Gunting

18 4 0
                                    


Hari ini aku sedang menemani adikku bermain di kamar. Dia sudah menginjak usia 5 tahun. Ya... Masa di mana anak-anak sangat aktif.

Oh... Iya, aku lupa. Nama adikku adalah Hana. Hana sangat aktif akhir-akhir ini. Aku saja yang selalu bersamanya sampai kewalahan dibuatnya. Mulai dari bermain masak-masakan, bermain Ibu dan anak, pasien rumah sakit, dan lain-lain.

Aku sangat senang menemani Hana. Tapi... Ada kalanya juga, aku merasa tidak senang. Yaitu... Ketika dia selalu saja banyak bertanya. Entahlah itu seputar hewan lah, benda, ini kenapa bisa seperti itu, kok bisa gini, kok bentuknya kek gitu, dan sifat nakalnya yang kelewatan. Akh... Ingin sekali rasanya aku menjambak rambut panjangnya itu dengan kencang.

Aku memperhatikan Hana yang sedang fokus bermain. Tak sadar, sebuah senyuman terukir di bibir.

"Kakak, kok kakak bisa gede sih? Kok Hana nggak?" tanya Hana tiba-tiba sembari mengerucutkan bibir kecilnya.

"Kakak bisa gede karena makan sayur lah. Hana nggak suka makan sayur 'kan? Makanya Hana nggak besar kayak kakak," balasku sembari menggoda Hana.

"Ih! Hana suka kok makan sayur,"

Aku tertawa kecil, "Hahaha... Hana suka makan sayur? Buktinya kalo Mama nyuruh makan sayur, kamu malah lari."

Hana tiba-tiba menarik rambutku dengan cukup kuat. Lalu memukul kepala ku dengan keras.

'Akh... Sialan anak ini, mungkin salah ku juga malah menggodanya'

"Hana!" Bentak ku.

Dengan cepat aku menggenggam tangannya sembari melototi kedua matanya yang terlihat sedikit berembun.

"Hana, sudah! Iya... kakak salah. Maaf ya?" ucapku setelah ingat sesuatu.

Hana menghempaskan tanganku. Lalu berbalik menjauh, dan duduk di pojokan kamar bersama mainannya. Ku perhatikan wajahnya saksama, rautnya kusut seperti baju aja.

'Huh.. aku ngantuk'

"Hooaaamm..."

"Awww...!"

Sesuatu yang sangat keras mengenai kepala. Aku meraba kepala ku, dan tanganku terasa agak basah. Aku melihat tangan ku terkena darah.

Seketika aku menoleh ke arah Hana. Aku melihatnya menatapku dengan tatapan sinis dan senyum mengejeknya.

'Ohoho... Ternyata kau!' kataku dalam hati kesal.

Dadaku naik turun menahan emosi, dan nafas tak karuan.

Hana hanya tersenyum mengejek lalu menjulurkan lidahnya

'Sialan... Cukup sudah, aku sudah tak bisa menahannya'

Aku segera berdiri mengambil gunting dari lemari lalu menerjang Hana dengan cepat. Aku menindihnya dan membekap mulutnya, takut dia akan menjerit keras. Di tangan kiri, aku sudah menggenggam erat gunting. Mengangkatnya agak tinggi, lalu menusukkannya dengan keras ke arah dada Hana. Dia menjerit di dalam bekapan tangan ku. Karena licin, aku menggantinya dengan bantal. Gunting   itu berkali-kali ku hujam ke dadanya. Terasa gerakan pahanya mengenai punggung ku. Rupanya dia mencoba meloloskan diri.


Perlahan, jeritan Hana yang kencang kini semakin pelan dan sudah tak terdengar apa pun lagi. Dadanya sudah ku hiasi dengan tusukan bertubi-tubi.

Aku tersenyum.
'Hana, kau cantik sekali'

Tiba-tiba..
"Kak! Bantuin Mama sini!"

Terdengar suara mama dari arah dapur. Aku pun mulai berdiri, lalu membersihkan tanganku yang terkena darah dengan tisu. Lalu menoleh sebentar ke arah Hana sebelum aku meninggalkannya sendirian di dalam kamar.

Creepy HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang