02-new friend, ig?

7 2 0
                                    


Neo Cafe letaknya nggak terlalu jauh dari SMA Garuda dan baru dibuka sejak beberapa minggu yang lalu. Kafe ini terbagi menjadi dua lantai, dengan desain interiornya yang nggak terlalu berlebihan dan terkesan ringan ditambah beberapa spot instagrammable yang biasa dipake anak muda buat foto-foto aesthetic. Lantai dasar terdiri dari kasir, dapur, toilet, dan banyak meja dan kursi. Aroma kopi dan tanaman-tanaman hijau di sekeliling lantai dasar menambah kesan teduh lantai dasar Neo Cafe hingga mungkin membuat lo nggak bakal terpikirkan kalau kafe ini masih punya lantai dua. Padahal lantai dua juga nggak kalah keren, terdiri dari toilet, mushola, dan banyak meja dengan sofa sehingga lebih menambah kesan nyaman. Berbeda dengan lantai dasar, lantai atas dilengkapi dengan desain yang lebih friendly dengan anak muda. Dindingnya dipenuhi poster-poster band ternama dari berbagai generasi dan di penjuru ruangan dilengkapi lampu-lampu berwarna hangat. Yang lebih kerennya lagi, katanya di lantai dua bakal ada live music setiap hari-hari tertentu (biasanya weekend). 

Di saat gue dan yang lain datang, kafe ini tampak sepi. Kemungkinan karena hari ini masih weekdays atau malah Nancy sudah mem-booking keseluruhan kafe? Entahlah gue malas menebak-nebak jalan pikiran orang kaya.

Walaupun gue bukan orang yang kudet, gue belum pernah berkesempatan untuk datang ke sini, sehingga hari ini menjadi pertama kalinya gue mengunjungi Neo. Kayaknya Amanda pernah menyinggung soal waffle enak di kafe baru, yang mungkin maksudnya Neo Cafe. Gue jadi berniat mengajak Amanda, Wilona, sama Serena ke sini kapan-kapan.

Anak kelas gue memang nggak semuanya ikut, tapi saat itu mereka sudah bisa hampir memenuhi keseluruhan lantai atas, menyisakan sedikit meja kosong. 

"Kayak lagi ada acara aja, ya. Padahal tadi katanya mah cuma nongkrong," bisik Sei pelan.

Gue mengangguk-angguk saja dan menempati salah satu meja di tengah ruangan mengikuti Sei dan Yuri. Nancy dan beberapa orang lain menempati meja yang dekat dengan kita sehingga gue bisa melihat wajah berbinarnya dari sini.

"Kalian pesen aja yang kalian mau di sini. Nanti biar gue yang turun buat ngasih daftar pesenannya. Kalian boleh pesen apa aja, guys, santai aja kalo sama gue," Nancy berteriak sambil berdiri agar semua orang mendengar. Dalam sekejap, seisi lantai atas jadi riuh.

"Nancy ini beneran bukan prank, kan? Gue takut bakal ditagih nanti pulangnya," seru Hyunjin yang masih ada di mulut tangga.

"Astaga nggak, kok Jin. Lo mah."

"Gue curiga jangan-jangan Neo Cafe punya lo, ya," Chaeyoung menuduh pelan, yang masih bisa gue, Sei, dan Yuri dengar karena meja kita deketan.

"Eh, emang jelas banget, ya, Chae? Gue pengen sekalian syukuran gitu tapi nggak mau yang heboh banget," bisik Nancy lebih pelan, membuat baik seisi meja Nancy maupun meja gue melotot terkejut penuh kekaguman.

"Wow, pantesan!"

"Ya Allah rezeki anak shalehah ini kayaknya gue masuk IPA 6," Yuri berkata sambil menyenggol lengan gue.

Dalam hati gue juga berpikiran sama. Terima kasih sebesar-besarnya, deh, sama siapa pun yang udah membentuk kelas ini, dengan baik hatinya beliau masukin gue ke kelas ini. Kalo kayak gini caranya, gue bisa memprediksi kalo kehidupan kelas IPA 6 bakal sejahtera sampe lulus. Semoga uang KAS juga nggak ikut mahal, deh karena menyesuaikan strata ekonomi penghuninya.

Beberapa saat kemudian, beberapa orang yang juga berseragam putih abu-abu datang di tengah riuhnya anak kelas gue yang lagi bersemangat. Mereka menghampiri Nancy terlebih dahulu untuk sekadar menyapa dan mengobrol sebentar, sebelum akhirnya menempati meja yang kosong. Wajah-wajah mereka familiar, kayaknya anak kelas sebelah. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

( u n ) F O U N DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang