33. Periode Baru

2.9K 543 230
                                    

Halo bos,

Gunakan kesempatan sebaik mungkin.

~*~

Auditorium penuh sama peserta persidangan lagi, tapi bedanya pagi ini gak ada presidium yang duduk di meja sidang maupun jalannya pesidangan itu sendiri. Agenda pagi ini adalah pemilihan.

Changmin sama Suho selaku jajaran tertinggi udah nunggu di ruang pemilihan yang ada di sebelah auditorium, ruang kelasnya si Luhan. Sedangkan Luhan ngasih komando di ruang acara.

"Oke, sesuai kamar ya. Yang tertib, jangan desak-desakan. Inget-inget prosedur pemilihannya. Contreng satu calon saja, contrengannya jangan sampe keluar dari kotak foto calon. Hitung-hitung pembelajaran buat nanti pemilihan presiden." kata Luhan di depan.

Beberapa ketawa sama candaan receh si bapak bendahara.

"Untuk kloter pertama, kamar Abu Hurairah silakan." lanjutnya.

Anak kamar yang bersangkutan segera berdiri dan baris memanjang keluar dari ruangan, dipandu sama pembina kamar tentunya.

Di bangku peserta, Chanyeol, Baekhyun, Chen sama Dyo lagi ngobrolin tentang kiranya siapa yang bakal jadi ketua umum periode selanjutnya.

"Gue nebak sih Mas Dimas." kata Chanyeol.

"Yakin lo?" tanya Chen.

Chanyeol manggut.

"Tapi kok dibayangan gue bakalan banyak yang milih Mas Iching ya." kata Baekhyun, numpuh dagunya pake telapak tangan.

"Gue juga mikirnya gitu." timpal Dyo.

"Gue pun sama. Tapi banyaknya voting gak jadi patokan utama." lanjut Chanyeol.

Mereka diem, terhanyut sama pikiran masing-masing. Emang bener sih, jumlah banyaknya vote gak bisa dijadikan patokan utama dalam penetapan ketua umum. Kaya kejadian dua tahun lalu. Jadi gaknya ketua umum tergantung mudir yang jadi juri.

"Selanjutnya kamar Abu Daud." seru Mas Luhan setelah anak kamar Abu Hurairah udah pada balik.

Chanyeol sama anak kamarnya berdiri. Kaya anak kamar sebelumnya, mereka dipandu sama Mas Iching selaku pembina kamar buat ke ruang pemilihan. Di sana mereka ngantri. Bilik suara cuma ada empat, kudu gantian.

"Seger gitu wajahnya, Mas." kata Baekhyun ke Changmin yang ngebagiin surat suara ke dia.

Si Piyan ngekeh,

"Bentar lagi bebas, Ning." bisiknya.

Baekhyun ketawa sambil nepuk pundak kakak kelasnya.

"Iya deh yang bakal bebas." balesnya.

Chanyeol, Baekhyun, Chen sama Dyo dapet giliran. Mereka masuk ke bilik suara dan ngambil hak suara mereka. Agak berat buat mereka sebenernya. Mereka pengen milih Yixing, tapi dilihat dari seberapa pemikirnya pembina kamar mereka bikin mereka kudu mempertimbangkan berkali-kali.

Milih seseorang buat jadi pemimpin itu kudu dipikirin dari mampunya orang itu jadi pimpinan, yang bisa mengayomi, tegas, dan bijaksana. Bukan didasarkan pada suka sama orang itu atau perasaan bersifat pribadi lainnya. Ah tapi kebanyakan orang milih seseorang jadi pemimpin itu didasarin atas perasaan pribadi. Kalo suka dipilih, kalo benci diabaikan padahal yang dibenci lebih kompeten. Haha, hidup.

Norehin tanda centang di dalam salah satu foto calon kemudian dilipat. Mereka berempat keluar dari bilik suara barengan terus masukin surat suara ke kardus khusus buat nampung surat suara.

"Cap jari dulu biar gaul." kata Mas Suho ke Chanyeol dkk.

Empat remaja itu ketawa lalu ngehampirin Suho dan nekan jari mereka di bantalan stempel yang udah diolesi tinta stempel.

EXO Santri Modern ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang