Permintaan mu seakan perintah bagiku, tak peduli apa, jika kau yang meminta akan tetap kulakukan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah seharusnya bagiku menggantikan dirimu mengemban tugas seberat ini. Kau tak akan kuat, lebih baik diam saja dan perhatikan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku akan selalu bersamamu, menjadi bayanganmu, mendorong dirimu untuk terus maju.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan memaksakan diri untuk tegap, bersandar lah padaku, bahu ini selalu tersedia untuk membagi beban mu padaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan bersedih Satoru, tak akan kubiarkan kau sendirian menitikkan air mata.
.
.
.
.
.
Tak akan pernah✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧
Anak dengan rambut seputih salju itu menatap bayangan yang tercipta dari makhluk disebrangnya dengan fusuma bercorak bunga dan awan sebagai pemisah.
"Hei nak, apa kau tersesat? Apa yang kau lakukan di kuil ini?"
Anak itu dengan santainya duduk, melepas tas hitam yang ia gendong sebelumnya lalu mengambil sesuatu. "Tidak juga, tapi yah...bisa dibilang begitu" tuturnya sembari mengemut permen berbatang.
"Sebenarnya aku terkejut karena banyak kutukan berkumpul di halaman kuil. Bahkan sebagian dari mereka melakukan bersih-bersih" lanjutnya.
Anak berambut putih itu kembali mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ia membuka bungkus Snack kentang tersebut, lalu memakannya sambil lanjut mengoceh, mengabaikan remah-remahan yang menjadikan lantai kuil itu kotor.
"Tak seharusnya anak kecil seperti mu berada di sini saat malam hari, pulanglah"
Tak menggubris rentetan kalimat dari lawan bicaranya, anak itu masih tetap memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya. "Kudengar kau bisa mengabulkan permintaan"
Makhluk yang tidak diketahui sosoknya itu berdehem bingung, pembicaraan kali ini membahas tentang dirinya. "Itu memang benar, kenapa? Apa kau ada permintaan?"
Anak kecil tersebut mengangguk kuat,
"Katakan, apa permintaan mu"
"Permintaan ku cukup sederhana." Anak itu kembali menjeda perkataannya, membuka bungkus coklat batangan lalu melahapnya. "Aku ingin kau mengabulkan semua permintaan ku sejak persetujuan ini terjadi sampai aku mati"
Sosok dibalik fusuma merubah sedikit posisi duduknya. "Sederhananya, kau menjadi babu ku" ia kembali berucap, dengan batangan coklat terakhir yang menyusul.
"Aku tidak setuju dengan kalimat terakhir mu itu. Tapi aku bisa saja mengabulkan semua permintaan mu. Namun mungkin kau tau, untuk hal yang tak jelas dan nyaris tak berujung seperti itu tidaklah gratis, dan bayarannya juga cukup tinggi"
Surai putih itu bergoyang pelan, tanda empunya mengangguk paham, sementara mulutnya masih saja mengunyah. "Berhentilah mengunyah! Anak kecil seperti mu lebih baik pulang saja, dan jangan lupa membersihkan mulutmu!"
"Baiklah, baiklah. Namaku Gojou Satoru, kau?"
Ia terkekeh pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Netsubou
FanfictionPermintaan, hasrat, keinginan, nafsu, harapan. Semuanya hanyalah sekedar bentuk dari emosi manusia, rapuh dan juga fana. Ketidakpuasan yang tidak pernah berdasar, selalu menyelubungi sanubari manusia tiap detiknya, saat keinginannya terpenuhi ataup...