02

64 12 5
                                    

Nako memandang langit-langit kamar barunya kosong. Sudah dua jam sejak Nako sampai di apartemen Haruto dan baru 15 menit lalu ia selesai merapikan barang-barangnya.

Pikirannya melayang membayangkan menjalani aktivitas dengan tubuh Haruto. Mengingat bagaimana stress nya dia sore tadi saat melihat 'bentuk aneh' bagian bawah tubuhnya itu.

"Dosa apa sih gue Ya Tuhan." Nako mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Banyak dosa lo tuh."

Nako menoleh lalu melempar bantal kearah Haruto kesal. "Ketuk pintu dulu bisa gak sih!"

Haruto mengangkat bahunya cuek. "Suka-suka gue lah, apartemen gue juga."

Nako mencibir. "Mau apasih ke kamar gue?"

"Keluar dulu, ngomongnya di ruang tamu."

Nako mendengus, kemudian dengan malas ia beranjak keluar mengikuti Haruto.

"Apa?!" tanya Nako ketus, begitu mereka duduk di sofa ruang tamu Haruto.

Tangan kecil Haruto mendorong kepala Nako pelan, "Gak usah ngegas babi."

"nye..nye..nye.."

Haruto memutar bola matanya malas.
"langsung ke intinya dah. Lo, sama gue, selama kita masih ketuker begini, kita harus saling kerja sama.

Lo bantuin gue tentang semua cara jadi cewek, gue bantuin lo semua tentang cowok. Apa yang harus dan gak boleh kita lakuin. Dan yang paling penting, jangan sampe kita ketahuan."

Kepala pria didepan nya mengangguk, "Gue tambahin, selama kita masih ketuker, lo harus jadi cowok gu-- ah ralat, lo harus jadi cewek gue. Kita pacaran."

"GAK! Lo gila? Gue lagi pdkt sama Wonyoung woy! Bisa-bisa dia mikir kalau gue itu playboy!"

Nako yang liat Haruto nge gas jadi ikut kesel, "LO PIKIR CUMA LO YANG PUNYA GEBETAN?! GUE JUGA KALI!"

"Dih emang ada yang mau sama lo?"

"Sembarangan! Gini-gini gebetan gue mantan kapten tim basket!"

Haruto tertawa mengejek, "Bang Guanlin maksud lo? YAKALI!"

"Terserah!"

Nako mengalah. Iya, daripada makin emosi.

Haruto masih tertawa. Dalam hati mengakui bahwa sebenarnya Nako itu cantik dan sangat imut. Badan kecil, mata bulat, dan senyumnya yang manis, pantas saja jika Guanlin menyukai Nako.

'Cantik tapi nyebelin' begitu kata Haruto tiap teman-temannya bertanya kenapa mereka selalu bertengkar.

"Pokoknya kita disekolah harus sering bareng. Kalo kita bilang kita pacaran, yang lain gak bakal curiga."

"Ck, gue gak bisa deketin Wonyoung lagi." ujar Haruto memasang wajah sok sedih.

Memang ya, ngomong dengan Haruto itu nguras emosi.

"Yaudah, lo deketin aja Wonyoung sana! Nanti gue deketin Kak Guanlin juga. Tapi, jangan salahin gue kalo lo dikira homo."

"Silahkan, toh lo juga bakal dikira lesbi." Ucap nya enteng.

Nako tersenyum remeh, "Oh ya? Lo gak tau buat orang-orang, cewek gandengan, pelukan, atau deket-deket itu wajar aja? Tapi kalo cowok yang gandengan tangan gimana ya?" tangannya mengetuk dahi seolah sedang berfikir.

Skak mat.

Haruto kalah. Apa yang Nako katakan itu benar. Dan untuk pertama kalinya Haruto merasa kesal terlahir sebagai pria.

---

Pagi nya Haruto dan Nako memutuskan untuk berangkat sekolah bersama. Tentu setelah semalam mereka saling berbagi informasi tentang kelas, teman, dan hal-hal kecil lainnya.

"HARUTO, LO UDAH SELESAI BELUM SIH?" teriak Nako yang sedari tadi sudah menunggu di meja makan.

Perasaan saat dirinya ditubuh lamanya dulu, dia tidak butuh banyak waktu untuk siap-siap, paling lama 15 menit.

Ceklek..

Haruto keluar dengan tangan yang menggaruk bagian bawah ketiaknya. Wajahnya terlihat kesal.

"Kenapa lo?"

Pria dalam tubuh gadis dihadapan nya memanyunkan bibirnya dan memandang Nako memohon.

"Nako, gue gak usah pake ini ya?" ujarnya masih dengan tangan dibawah ketiaknya.

"Gak usah pake apa?" tanya Nako.

"Pake ini, bra lo." ucap Haruto sambil menarik tali dipundak nya dari luar kemeja.

Nako membulatkan matanya mendengar ucapan Haruto, tangannya reflek memukul pelan kepala Haruto pelan. "Eh lo bego atau gimana sih?!"

Haruto mencebik, "Habisnya gatel. Susah juga ngaitin ke belakangnya."

Nako menghela nafas, berusaha lebih sabar lagi menghadapi Haruto. "Yaudah, besok gue beli yang bukan begitu. Tapi awas aja lo kalo sampe gak pake!"

Pria itu mengangguk kecil, kemudian mulai duduk di meja makan mengikuti Nako.

"Kaki gue gak nginjek lantai."

"Setan dong lo?"

"Bukan gitu hooman--

Kaki lo minimalis." ujarnya sambil menggoyangkan kakinya.

"Makasih pujian nya."

.
.
.
.
Hening

Mereka masing-masing sibuk memakan nasi goreng buatan Nako tadi.

"Gue udah selesai, buruan ayo berangkat."

Nako mengangguk, mengambil piring miliknya dan Haruto kemudian meletakkan nya di wastafel.

"Ayo" ujar Haruto, tangannya menarik pelan tangan Nako dan kemudian menggengamnya.

"Kenapa?" tanya Haruto saat merasa Nako menghentikan tangannya.

"Kenapa pake gandengan segala?"

Haruto mendongak menatap tubuh yang kini lebih tinggi dari dirinya dan tersenyum, "Lo kan pacar gue."

°°°°°°Hay Hayy👋 lama ya? Maaf baru sempet up, sebenernya part ini udh ada dari februari, tapi aku ngerasa aneh banget, makanya bikin ulang dehㅠㅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°
°
°
°
°
°
Hay Hayy👋 lama ya? Maaf baru sempet up, sebenernya part ini udh ada dari februari, tapi aku ngerasa aneh banget, makanya bikin ulang dehㅠㅠ

Doakan yaa semoga cepet dapet ide lagi supaya bisa cepet upㅠㅠ

Jangan lupa vote + komen nya✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Exchange // Haruto-NakoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang