d u a

22 3 0
                                    

'Inget ya, ada kalanya juga kita istirahat dari lelahnya dunia. Tapi kamu harus tunjukin bahwa tenaga mu masih banyak buat berjuang dapetin apa yang kamu mau'
-Rheana

••

"Rhe cape ah, haus." Rhea datang dengan nafas yang tersengal sengal.

"Minuman gue, aaa!!" rengek Sofie saat Rhea mengambil mnuman yang sedang ia pegang dan meneguknya hingga tandas.

"Ish, nyebelin lu Rhe!" ketus Sofie melihat nanar botol minumannya yang sudah berada di tong sampah.

"Haus gue, abisnya Pak botak kaga ada ahlaq hukum keliling lapang coba, 15 putaran... Bersihkan sel kulit mati dan ko--"

"Gausah nyanyi bego!" sentak Levi, ia sudah bosan melihat Rhea yang selalu bercanda dalam semua hal.

"Ngegas... trus...," ucap Rhea sambil menaikan nada suaranya diiringi dengan tawa khasnya.

"Lu sih, pake kesiangan segala," kata Sofie dengan nada meledeknya.

"Kalau bukan karena Pak Botak, yah gue gabakal dihukum lari 7 turunan 8 tanjakan--"

"30 tikungan." sahut Levi dengan nada malasnya.

"Nah, udah pinter lu Vi." Rhea terkekeh begitupun dengan Sofie.

"Eh Rhe, tuh ada si Setan," tunjuk Sofie ke arah tiga cowo yang sedang berjalan menuju kantin.

Rhea membalikan tubuh dan kepalanya 90 Derajat. Membuat Levi dan juga Sofie melongo.

"Aaaa ayang Atan dong," bisik Rhea lalu mulai menghampiri Selatan dan teman temannya.

Sofie dan Levi hanya bisa menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan Rhea yang tetap kekeh memperjuangkan Selatan, yang jelas jelas hanya nganggep dia sebagai teman dan ngga lebih.

"Hai Set-- eh, Selatan maksudnya," sapa Rhea tersenyum dengan kedua tangannya dibelakang dan menggoyang goyangkan tubuhnya.

"Hai juga bebep Rere," jawab Angga sambil menggoda Rhea. Rhea yang dipanggil bebep tersebut hanya menjulurkan lidahnya.

"Cacingan lo,?" tanya Selatan meledek dan diirngi tawa renyah oleh mereka.

"Iya nih turunan cacing soalnya. Hehe," kata Rhea tersenyum, lalu kemudian bibirnya sudah maju 10 senti ke depan.

"Gue cium juga tuh bibir lo, gemes!" kata Selatan.

"Gila luh!" sentak Rhea lalu melenggang pergi ke arah Sofie dan Levi.

Selatan dan kedua temannya mengikuti arah duduk Rhea, dan seperti biasa mereka selalu makan bersama di kantin.

"Lo, ga risih tan di gelendotin tuh curut mulu,?" tanya Levi Tu The Point. Rhea yang sadar bahwa Levi sedang mengatainya memukul jidat Levi dengan sendok Hello Kitty miliknya.

"Becanda luh ga islam!" ketus Levi tak terima jika rambut Poni nya harus bau bakso akibat ulah Rhea.

"Nona Sofie, gelendotin Abang Angga juga dong," goda Angga dengan menaik turunkan alisnya. Sofie bergidik ngeri begitupun dengan teman temannya. Hanya Rhea seoarang yang tertawa.

"Panas luh?" tanya Selatan lalu tangannya terulur menyentuh jidat Rhea.

"Ini yang sakit," jawab Rhea sambil menunjuk ke dadanya.

"Rasa ingin merema--Aduh, sakit bego!" damprat Selatan saat perutnya di cubit, siapa lagi pelakunya kalau bukan Rhea.

"Kalo ngomong tuh di saring!" sentak Rhea, Selatan hanya mengedikan bahunya acuh.

365 HARI - Rheana&SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang