t i g a

21 2 0
                                    

'Apakah setelah kamu mengetahui perasanku kamu masih mau menjadi temanku?'
-Rheana
_
_
_
_

**

Setelah kejadian di sekolah tadi, yang membuat badan Rhea dan juga Fajar sakit sakit. Disisi lain Rhea merasa bersalah karena ia yang membuat punggung Fajar luka luka.

"Arghh, gimana ini?" gerutu Rhea kepada dirinya sendiri.

"Kenapa sih Rhe,?" tanya Lina saat dirinya sudah duduk di dekat putri bungsunya.

"Eh ibu, gapapa ko. Hihi," jawab Rhea cengengesan.

"Ada masalah, di sekolah?" Lina bertanya dengan memicingkan mata.

"G-aada ko Bu," jawab Rhea yang mulai gelapagapan.

"Jangan bilang kamu dihu--"

"Aduh, Rhe lupa belum ngerjain PR. Kalo gitu Rhe ke kamar dulu yah, dah Ibu Mwah." Rhea memotong ucapan sang Ibu, lalu ia Beralibi. Kemudian bergegas ke kamarnya setelah mencium pipi sang Ibu.

Lina geleng geleng kepala dengan kelakuan Putrinya. Tanpa Lina sadari, ternyata Andra sedari tadi sudah memperhatikan percakapannya dengan Putrinya.

"Udahlah, Rhea kan udah gede."

"Tapi, Yah--"

"Come One Baby," kata Andra, lalu dirinya mengedipkan sebelah matanya tanda menggoda. Linda tersipu malu lalu ia menghampiri sang suami.

"Let's Go," ucap Linda, lalu keduanya terkekeh.

"Ibu, sama Ayah mau kemana?" tanya Rhea secara tiba tiba menyembulkan kepalanya di pintu kamar.

Linda dan juga Andra saling melempar tatapan.

"Jangan bilang, kalian mau bikin dede lagi.? Huwa Rhe gamau, Rhe mau jadi yang teakhir. Huwe, huwe" Rhea merengek keras ibarat anak kecil yang minta dibelikan eskrim.

"Berisik, bego!" sahut Satria keluar dari kamarnya yang hanya menggunakan sarung.

"Ih, Abang jangan gitu." kata Linda lalu menghampiri Rhea yang masih terududuk di lantai.

"Ibu, gaakan bikin dede lagi kan?" tanya Rhea kearah sang ibu, lalu matanya mulai berkaca kaca.

"Iyalah, udah punya cucu juga gamungkin."

"Syukurlah," ucap Rhea dengan mengelus dada.

"Oh iya, tadi ada temen kamu kesini," Lina mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Siapa?" tanya Rhea.

"Selatan lah, siapa lagi." bukan Lina yang menjawab, melainkan Satria yang sudah berada si dapur.

"Ngapain?"

"Ya gatau lah, kan nanyain nya juga kamu Rhe" kata Lina, lalu setelah mengucapkan itu ia bergegas pergi entah kemana.

'Selatan ngapain kesini,?' Rhea membatin.

"Mungkin, mau ngajak lo jalan kali, lo kan suka sama si Setan." ucap Satria yang memang sudah hafal raut wajah adiknya.

"HEH! sembarangan ngatain orang!"

"Dih, kaya yang gapernah ngatain orang aja luh" jawabnya sewot.

"Rhe gpernah yah ngatai--"

"EA, PONSEL KAMU BUNYI NIH, ABANG ANGKAT YAH," teriak seorang dari dalam kamar Rhea, Rhea seperti mengenali suara ini, seperti suara Abangnya.

Rhe berdiri lalu ia menatap Sang Satria.

365 HARI - Rheana&SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang