e m p a t

15 3 0
                                    

'Patah hati terberat adalah, ketika kita harus mengikhlaskan orang yang kita sayang bersama orang lain'
-Rheana
_
_
_
_

**

"Lo suka sama gue?" tanya Selatan.

Rhea mematung di tempat, matanya hanya berkedip lucu, ia binging harus menjawab seperti apa.

"I-iya" jawab Rhea, lalu ia mulai menunduk.

"Gamungkin. Haha" kata Selatan, lalu Selatan tertawa terbahak bahak membuat Rhea melongo melihatnya.

"Rhe, suka sama Selatan." Rhea mengulang kembali ucapannya.

"Jangan becanda Rhe. Haha, lo tau kan kalo kita cuma temenan aja,?"

"Tapi Rhe nyaman sama kamu, Tan!"

"Rheana, rasa nyaman itu manusiawi."

"Terus, perasaan Rhe ga manusiawi gitu?" Rhea berujar dengan serius.

Selatan terdiam, apakah benar Rhea menyukainya?
Wajah Selatan berubah menjadi datar, lalu netranya fokus menatap Rhea.

"Gue cuma anggep lo temen, jadi lo jangan bawa perasaan Rhea!"

Deg

"Rhea juga gatau Tan, kalo Rhe bisa milih, Rhe gamau suka sama cowo kaya kamu." kata Rhea dengan mata berkaca kaca. "Perasaan, gabisa dicegah!" lanjutnya sambil menatap wajah Selatan.

Selatan hanya diam, ia bingung harus bersikap bagaimana, persahabatannya dengan Rhea sudah terjalin lama. Ia fikir Rhea tidak akan menyukainya.

"Kita pulang, udah larut!" kata Selatan, dan nada bicaranya sudah dingin.

Rhea hanya menunduk, lalu ia mengangguk ia menyesali setiap kata yang ia lontarkan kepada Selatan. Harusnya ia bisa menahan perasaannya lebih lama lagi.

Selama diperjalanan pulang Rhea hanya diam dan matanya masih tetap fokus melihat gelapnya malam.

Bahkan sampai depan rumah Rhea pun, Rhea masih enggan membuka suara.

"Lo masuk dulu abis itu kita lupain kejadian yang tadi!" kata Selatan dengan wajah datarnya. Rhea mendongak menatap tak percaya Selatan, sebegitu tidak peduli kah Selatan akan perasannya.

"Lo gausah nangis, gue sekarang mau balik lagi ke tempat tadi mau nganterin Marsya."

"Dih, siapa juga yang nangis!"

"Lo!"

"Ga!"

"Yaudah, masuk sono"

"Ngusir?"

"Loh, inikan rumah lo bego."

Rhea menepuk jidatnya, lalu dirinya terkekeh. Kemudian ia masuk ke dalam rumahnya tak lupa juga ia mengacak kasar rambut Selatan. Hal yang selalu Rhea lakukan, bahkan Selatan pun sudah terbiasa.

"Dasar," gumam Selatan.

Rhea segera masuk ke dalam kamarnya, hal pertama yang ia lakukan adalah, menangis.

"Aaaa, bego banget sih. Kenapa gabisa nahan perasaan Rhe. Coba aja kalo Rhe ga ngungkapin perasaan ini mungkin aja Selatan ga dingin kaya tadi." Rhea berucap lirih.

**

"RHEANA, BANGUN!"

"Eugh, berisik banget sih pagi pagi" gerutu Rhea yang masih setia bergulat dengan selimutnya.

365 HARI - Rheana&SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang