Prolog

6.8K 103 0
                                    

Di sebuah rumah cukup besar untuk di tempati oleh keluarga Mahesa yang sudah ditinggalinya bertahun-tahun.

Namun insiden terjadi pada malam itu karena anak sulungnya bernama Jinan Safar Mahesa membunuh semua anggota keluarganya dan sekaligus asisten rumahnya dengan membabi-buta.

Namun insiden terjadi pada malam itu karena anak sulungnya bernama Jinan Safar Mahesa membunuh semua anggota keluarganya dan sekaligus asisten rumahnya dengan membabi-buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahnya bernama Dyo Djuhairi Mahesa mati dengan cara digantung di kamarnya seperti hewan sedang dikuliti.

Ibunya bernama Melody Nur Mahesa mati dengan cara dimasukan ke dalam bathtub dan terdapat luka pada kepalanya.

Kakaknya yang pertama bernama Vivi Yona Mahesa mati dengan luka sayatan di lehernya dan juga perutnya yang mengakibatkan organ tubuhnya keluar.

Kakaknya yang kedua bernama Natalia Mahesa mati dengan tangan dan kakinya diamputasi dan dia digantung seperti hasil buruan di kamarnya.

Dan yang terakhir semua asisten rumahnya dibunuh dan tubuhnya disusun membentuk kata "Maniac"

Dari kejadian itu membuat Jinan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak tahu apa yang dia lakukan, setelah melakukan semua itu dia keluar dengan menggunakan pakaian yang sudah berlumuran darah dan membawa pisau berjalan tak tahu arah dengan tatapan kosong.

Pada saat dia berjalan ada seorang tetangganya melihat Jinan dengan keadaan seperti itu dan menelpon polisi setempat.

Beberapa saat kemudian polisi datang ke rumah Jinan dan juga menangkap Jinan karena kemungkinan dari polisi dia adalah pelakunya.

Selama perjalanan menuju kantor polisi Jinan hanya diam dan tiba-tiba tertawa sendiri tanpa ada lawakan atau bercandaan di dalam mobil polisi itu, polisi yang sedang bersamanya keheranan dengan sikap Jinan apakah dia gila atau bagaimana.

Ketika sampai di kantor polisi, Jinan diintrogasi dengan polisi namun Jinan hanya diam.

"Apa benar kamu yang membunuh keluarga kamu sendiri?"

Jinan masih dalam keadaan diam, polisi itu tidak bisa menahan emosinya langsung memukul Jinan cukup keras sampai Jinan terjatuh dari kursinya.

"Jawab pertanyaan saya!!"

Bukan jawaban yang diterimanya namun sebuah tertawaan dari Jinan.

"Hahahaha"

Polisi itu cukup frustasi dengan interogasi ini dan memutuskan untuk keluar ruang.

Di ruangan sebelah ada beberapa polisi dan psikolog yang mengawasi interogasi itu, polisi tadi masuk dan memijat kepalanya.

"Saya ngga habis pikir sama itu anak saya cape dan stress sendiri" polisi itu memijat pelipisnya

"Coba kalo saya yang tanya apakah boleh?" Psikolog itu menawarkan diri

"Kalo itu bisa membantu boleh tapi saya awasi dari dalam" polisi itu mempersilahkan

"Baik"

Psikolog dan polisi itu masuk ke dalam ruangan interogasi Jinan. Psikologi membantu Jinan untuk duduk kembali ke tempatnya semula dan dia duduk di hadapannya.

Psikologi itu bertanya, "apakah benar kamu yang membunuh keluargamu?"

Jinan melihat wajah psikolog itu dan menganggukkan kepalanya dengan senyuman tidak bisa diartikan. Psikolog dan polisi itu kaget dengan respon Jinan.

"Kenapa kamu melakukan itu?"

Jinan pertama kalinya menjawab pertanyaan, "Karena saya merasa puas"

Psikolog itu berpikir apa yang selanjutnya dia tanyakan, "Kenapa kamu merasa puas setelah membunuh keluarga kamu?"

"Karena saya sudah tidak tahan lagi hahaha"

"Apa yang membuatmu tidak tahan?"

"Karena sikap mereka semua seperti mengabaikanku"

"Apakah kamu tau yang kamu lakukan itu salah?"

"Sama sekali tidak karena saya ingin kebebasan"

Psikolog itu menulis beberapa jawab kemudian pergi dari sana diikuti polisi itu.

Dia memasuki ruangan yang mereka tempati tadi dan memberikan kesimpulan awal.

"Dari yang saya analisis dan evaluasi, dia mengalami kecenderungan kepribadian ganda dan sebab mungkin dari keluarganya yang menyebabkan dia seperti itu"

"Terus apakah ini bisa dipidanakan?"

"Menurut saya jangan karena dia dikategorikan sebagai pasien bukan pelaku karena dia butuh bimbingan agar dirinya kembali bisa mengontrol itu"

"Kalo menurut anda seperti itu kita sesuaikan dulu dengan penyelidikan apakah benar atau tidak dugaan anda"

Pada saat perbincangan itu tiba-tiba Jinan merasakan kesakitan pada kepalanya, dia memukul kepalanya dan juga membenturkannya di meja depannya.

Melihat itu yang ada di ruangan itu langsung panik dan menuju ruangan Jinan, polisi tadi menahan Jinan agar dia menghentikan itu.

"Tolong saya"

Polisi itu mendengar suara dari Jinan dan kemudian mendekatkan dirinya ke Jinan.

"Tolong saya"

"Anda kenapa?"

Mendengar itu polisi tadi memanggil psikologi tadi dan mencoba mendengarkan ucapan Jinan.

"Dia berusaha menguasai tubuh saya"

"Siapa?"

"Juno"

"Juno siapa?"

"Yang anda lihat tadi Juno bukan saya"

"Sekarang anda siapa?"

"Saya Jinan"

Psikoloi itu memanggil bagian medis untuk memberikan suntikan obat bius agar Jinan tertidur.

"Coba kalian bawa ke tempat tinggal saya dan cari anggota kalian yang mau jaga di tempat saya"

"Baik, anda butuh berapa orang?"

"Cukup 3 saja agar tidak terlalu ramai"

"Baik, saya usahakan"

"Kalo gitu segera bawa ke tempat saya agar dia tidak melakukan hal aneh"

"Dan satu lagi, jangan kasih tau siapa-siapa kasus ini, jika ada yang menanyakan tentang pelakunya dia sudah di eksekusi mati"

"Baik kalo gitu"

Para polisi itu membawa Jinan dengan memborgol tangannya dan membawanya menuju mobil tahanan bersama psikolog itu.

***

Haloo semua mau tampil beda nih bikin cerita tentang brutal...

Mohon maaf ya barangkali masih ada salah penulisan atau tata bahasa saat interogasi...

Semoga kalian suka sama cerita ini...

Split (18+) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang