Bab 1 - Posesif

9 1 0
                                    

That Should Be Me
(Bab 1 – Posesif)

Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut sebahu berwarna dusty lilac itu sedang tersenyum lebar sambil menatap memuja pada laki-laki yang ada di depannya, tanpa dia sadari bahwa ada sepasang mata tajam yang terus merekam apa yang sedang dia lakukan.

Kimi merasa sangat beruntung karena laki-laki yang dia sukai hari ini mengajaknya berbicara berdua. Rival adalah salah satu laki-laki incaran hampir semua mahasiswi di Universitas Granika dan Kimi termasuk salah satu dari mereka. Rival memang memiliki rupa yang nyaris tanpa cela ditambah kelihaian memainkan bola basket di lapangan yang membuatnya tambah populer. Hanya satu kekurangannya, playboy. Semua orang sudah hapal betul bagaimana kebiasaan Rival yang seringkali bergonta-ganti pacar. Namun, anehnya para gadis di universitas ini seperti tak perduli.

“Kak Rival ngapain kesini?" tanya Kimi dengan senyum terkembang sempurna.

Rival berjalan mendekat sehingga jarak mereka berdua sedikit terkikis, lalu menunduk dan berbisik, "Mau ngobrol sama Kimi," jawabnya sambil mengerlingkan mata. Kimi yang melihat itu langsung tersipu. Malu. Lalu obrolan pun mengalir tanpa bisa dicegah, Kimi yang mulai terbawa gombalan-gombalan Rival pun bertambah bahagia, seakan-akan bunga sedang beterbangan di hatinya.

Tak jauh dari posisi Rival dan Kimi berada, ada Sekala yang sedari tadi menatap tajam ke arah mereka. Sekala mengambil langkah lebar saat melihat tangan Rival yang hendak merangkul bahu Kimi.

"Kimi! Ayo pulang!" Sekala menarik tangan Kimi lalu membawa gadis itu untuk meninggalkan Rival.

"Woy, Bro! Calm down! Gue lagi ada perlu sama Kimi! Biar nanti dia gue yang anter pulang," sergah Rival sambil menahan bahu Sekala agar berhenti berjalan.

Sekala berbalik masih dengan menggenggam tangan Kimi dengan erat, "Urusan? Urusan apa? Mau jadiin Kimi buat target selanjutnya? Itu urusan yang lo maksud?" ucap Sekala tajam.

"Kala," lirih Kimi.

"Apa?" tanya Sekala dengan wajah sangar.

"Gu-gue mau ngobrol dulu sama Rival," cicitnya pelan. Rival tersenyum mengejek ke arah Sekala mendengar perkataan Kimi. Sekala yang mendengar itu langsung mempererat genggaman tangannya pada gadis itu.

"Enggak! Kita.Pulang.Sekarang!" tekan Sekala. Saat Sekala hendak pergi, Rival kembali mencegah, "Apa hak lo larang-larang Kimi?" Rival terlihat mulai marah.

"Kenalin, Gue Sekala Bumi Mahameru pacar dari Kimi Anasya Deandra! Puas lo?" Lalu kini Sekala benar-benar membawa Kimi pergi meninggalkan Rival yang masih terkejut mendengar pengakuan Sekala.

***

Entah apa yang Sekala pikirkan saat menyatakan bahwa dia adalah pacar Kimi pada Rival. Otaknya sudah buntu. Pikirannya hanya satu saat itu, bagaimana caranya menjauhkan buaya darat semacam Rival dari Kimi. Sahabat sekaligus gadis yang dia cintai. Ya, Kimi adalah gadis satu-satunya yang Sekala cintai. Entah mulai kapan perasaan itu mulai tumbuh, hingga kini terus berkembang subur dalam diri Sekala.

"Kimi!" pekik Sekala

"Kimi! Berhenti!"

Kimi terus berjalan meninggalkan Sekala di belakangnya. Gadis itu merasa sangat kesal karena kesempatan untuk dekat dengan Rival pupus sudah. Sekala memang se-posesif itu! Padahal pacar Kimi saja bukan. Sekala berjalan tergesa, mengambil langkah lebar untuk menyusul gadisnya itu.

"Kimi! Please! Jangan kayak gini!" Sekala berhasil menyamakan langkah dan meraih tangan Kimi dan menarik gadis itu kehadapannya. Kimi pun berhenti berjalan namun masih tetap enggan menatap mata Sekala. Gadis itu masih merasa kesal.

"Kimi," lirih Sekala.

"Kal, lo tau 'kan kalau gue udah suka sama Rival semenjak masuk kuliah di sini? Terus dengan seenaknya lo bikin angan-angan gue buat deket sama dia pupus gitu aja? Tega lo!" Napas Kimi memburu emosi. Jangan tanyakan bagaimana hati Sekala sekarang, rasanya mulai ada suara patahan di dalam sana dan rasanya ... sakit. Katakanlah Sekala Bumi Mahameru itu terlalu bucin pada Kimi Anasya Deandra, dia tidak akan menyangkal itu karena memang kenyataannya begitu.

"Kimi, lo itu buta atau gimana sih? Lo tau sendiri kalau Rival itu buaya darat tapi masih aja suka sama dia? Bagusan juga gue kemana-mana tau gak!" sergah Sekala.

Kimi mendengkus, "Sayangnya gue gak perduli!" sentaknya.

Tangan besar Sekala menangkup kedua pipi Kimi dengan lembut, "Lo enggak perduli tapi gue perduli. Gue enggak mau lo cuma dijadiin maianannya dia doang, Kim. Please ngertiin perasaan gue.”

Kimi termenung sejenak menatap kedua mata Sekala yang terlihat jelas sorot khawatir di sana. Gadis itu menghembuskan napas lelah.

"Kal, kalau lo gini terus, kapan gue punya pacarnya? Kalau semua laki-laki yang mau deketin gue lo dorong mundur, bisa-bisa gue jadi perawan tua!" omel Kimi.

Sekala selalu merasa gemas jika Kimi sudah merajuk seperti ini, rasa-rasanya dia harus menahan diri agar tidak memeluk gadis di depannya ini sekarang.

"Pokonya lo enggak boleh pacaran sama Rival! Enggak sama siapa pun, Kim," ucap Sekala.

"Terus bolehnya sama siapa? Sama lo gitu?" tanya Kimi sambil memutar bola matanya malas.

"Tuh tau! Pinter bener sayangku ini!" Sekala mengacak rambut dusty lilac milik Kimi. Gemas.

"Sekarang gue gak mau pulang," ucap Kimi.

"Hah? Mau kemana emangnya?" tanya Sekala heran.

"Ke kedai es krim! Gue mau es krim!"

Untung sayang! Batin Sekala.

Bersambung ...

***

That Should Be Me (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang