2. Pencarian

16 7 1
                                    

Hari ini adalah hari kedua sejak Dewi Athargatis mengumumkan kehilangan tiara miliknya. Anemon membisikkan informasi pada setiap ikan badut yang bersandar padanya. Ikan pari turut mencari di timbunan pasir laut. Flashlight fish dan glowworm membentuk koloni dan menerangi pencarian para nymph. Lily juga ikut melakukan pencarian bersama holi dengan mengajak seekor hiu putih.

"Hei hiu putih, apakah kau memiliki nama?" Tanya holi

Hiu putih itu menjawab, "Tidak."

Holi terlihat kecewa, "Ku dengar para nymph laki-laki sering memberi nama  ikan yang mereka jaga. Kenapa mereka tidak memberimu nama?"

Lily menyimak sambil mengamati hiu putih itu dengan seksama, badannya besar dan terlihat kuat. Lily selama ini sibuk belajar hingga belum pernah mengamati hiu putih dari dekat.

Hiu putih itu tertawa, "Bukan salah mereka, Holi. Nymph yang bertugas menjaga predator sepertiku, biasanya menamai yang sering berkunjung. Aku ini pandai bersembunyi dan berpindah-pindah jadi hanya sesekali melewati Thalassa. Nymph yang menjagaku di luar Thalassa juga selalu berganti-ganti."

"Oh, begitu..." Holi mengangguk mengerti.

"Bagaimana jika kami memberimu nama?", usul Lily.

Hiu putih itu tertawa lagi, "Boleh saja."

Lucy berpikir, "Bagaimana jika Bradd?"

"Atau Alvin?", Lucy ikut memberi usul.

Hiu putih itu menyeringai, "Hm, keduanya terdengar seperti nama laki-laki."

Holi dan Lily membelalak tidak percaya. "Kau Betina???!"

Hiu putih itu tertawa geli sekali. "Tentu saja aku betina."

Lily sangat menyesal, "Maafkan aku. Aku bodoh sekali. Ku harap kau tidak tersinggung."

Holi mengibaskan ekornya dengan gusar. "Aku juga tidak tau. Bodohnya aku."

"Jangan dipikirkan, nymph yang baik hati. Ini hal yang biasa terjadi. Ayo, beri usul nama yang lain." hiu putih itu mengangkat siripnya hingga sekarang berada di atas Lily dan Holi, nyaman sekali, seperti pelukan. Lily berenang menyamping agar bisa tetap melihat wajah ikan ini.

"Lucy?" Usul Lily dengan hati-hati.

"Aku suka itu. Aku akan menggunakannya sebagai namaku. Terima kasih, Lily."

Lily senang sekali mendengarnya.

"Lucy, kau belum mencium apapun?" Holi bertanya.

"Sejauh ini belum ada apa-apa.", jawab Lucy.

Lily merasa mereka sudah berenang sangat jauh. Jika lebih jauh lagi, mereka akan sampai di perbatasan Athalassa. Lily dan Holi belum diperbolehkan keluar sebelum mereka menjadi nymph dewasa yang siap bertugas. Lalu Ia mendengar Holi terkesiap dan berkata, "Lucy, luka apa itu?"

Lily mengamati luka yang diamati Holi. Mengerikan. Lukanya panjang dan dalam. Lucy terlihat sedih. "Luka karena terserempet senjata manusia. Aku masih ketakutan tiap mengingat kejadian itu."

Manusia. Lily sudah sangat sering mendengar kejahatan manusia saat belajar. Perusakan terumbu karang, penangkapan ikan yang berlebihan, hewan-hewan yang mati akibat sampah plastik, dan pencemaran air laut. Beberapa nymph dewasa bahkan bercerita manusia menggali paksa dasar laut dengan logam-logam  yang sangat besar dan menyedot  minyak di dalamnya. Ini pertama kalinya Lily melihat bukti secara nyata.

"Maukah kau menceritakannya pada kami? Beberapa hari lagi kami siap menjadi nymph dewasa, ceritamu mungkin akan menambah pengetahuan kami." Pinta Lily.

"Tentu saja, Lily. Luka ini aku dapat saat aku mengikuti arus air hangat. Airnya menyenangkan sekali hingga aku ingin mampir. Namun rupanya aku mendekati sebuah pulau manusia. Aku lengah sehingga tidak terlalu mencium bau mereka. Aku ingin pergi, namun para manusia yang menggunakan pakaian kembar mengejar dan mengepungku."

"Pakaian kembar?" Holi bertanya

"Ku dengar para manusia menggunakan pakaian kembar untuk menandai kelompok mereka." Jelas Lily.

Lucy melanjutkan ceritanya. "Airnya terlalu dangkal untukku bebas bergerak. Aku sangat ketakutan, aku memberontak dan menunjukkan taringku. Aku menggigit kapal mereka agar mereka membiarkan aku pergi. Namun mereka justru menembakkan senjata-senjata mereka ke air. Sebuah besi tajam yang panjang, aku berenang pergi secepat yang aku bisa namun salah satu senjata mereka mengenai kulitku. Aku sangat beruntung mereka berhenti mengejarku, karena perahu mereka mengalami kebocoran akibat gigitan ku. Sejak saat itu, aku sangat berhati-hati kemana pun aku berenang."

Holi menatap Lucy iba, "Apakah masih sakit, Lucy?"

"Sudah tidak terlalu." Lucy tersenyum.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak  bicara. Hingga mereka menyadari mereka telah sampai di perbatasan.

"Lily, sepertinya kita harus kembali.", Kata Holi.

Lucy terlihat berpikir, "Sepertinya aku mencium bau waqi."

Holi dan Lily melonjak girang. "Benarkah? Ada di sekitar sini?" Lily memfokuskan matanya ke terumbu karang di bawah mereka.

"Bukan, bukan di sini. Baunya sangat samar. Sepertinya tiara Dewi Athargatis sempat berada di sini, atau terbawa arus melewati tempat ini. Aku yakin tiara itu ada di luar perbatasan"

Lily dan Holi kebingungan. "Menurutmu bagaimana, Lily?" Tanya Holi.

"Entahlah. Apa kita coba saja keluar perbatasan?" Usul Lily.

Holi terkejut, "Kita belum dewasa, Lily."

"Tapi kita sebentar lagi dewasa, mungkin tidak apa-apa."

Holi berpikir sejenak lalu berucap, "Tidak. Jangan. Bagaimana pun kita harus patuh pada aturan yang sudah dibuat. Bagaimana jika terjadi sesuatu di luar sana?"

"Apa kita pulang saja, lalu memberi kabar pada Dewi Athargatis?"

"Apa boleh buat, sepertinya cuma itu yang bisa kita lakukan."

Lucy menyela, "Maaf, Holi, Lily, sepertinya aku akan kelelahan jika berenang menemui Dewi Athargatis dan kembali lagi ke sini..."

"Benar juga, bagaimana ini, Lily?" Holi kebingungan.

Lily kembali memberi usul, "Sebaiknya kita pulang, dan Lucy tetap berenang di sekitar sini hingga kita kembali lagi."

"Boleh saja." Lucy menyetujui.

Mereka baru hendak pergi saat melihat kumpulan nymph dewasa menghampiri mereka.

_________________________
Jangan lupa follow, dan vote ya. Jika berkenan, beri juga kritik, saran, dan apresiasi di kolom komentar! 😘

Beyond ThalassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang