Blacklist

250 156 54
                                    

Setelah makan malam di kantin asrama, acara wajib belajar yang dilakukan di kamar masing-masing membuat semua murid berhamburan kembali kekamarnya. Dari jam 7.30 hingga 10 malam. Shaka pikir pasti akan ada yang memilih untuk bermain dari pada belajar, namun pemikiran nya salah. Karena Raihan saja yang kadang memilih tidur, kini tengah membaca buku pelajaran nya di atas lantai, dengan beberapa buku di sebelah nya. Dikta yang Shaka pikir akan memilih untuk tidur, kini tengah serius mengerjakan soal-soal di bukunya.

Duduk di tengah-tengah kamar, dengan beberapa buku di hadapan masing-masing. Hanya ada air minum tanpa cemilan.

Dan yang paling membuat Shaka bingung, setiap di jam wajib belajar pintu kamar diwajib kan tetap terbuka. Dengan beberapa lelaki berpakaian kemeja putih termasuk lelaki yang ia temui pagi tadi, tengah berjalan kesana-kemari memantau setiap murid yang tengah konsen belajar.

Sungguh sistem yang aneh, otak Shaka masih berusaha mencerna peraturan aneh di sekolah ini.

Satu jam kemudian, Raihan meletakkan kembali bukunya. Menyandarkan punggung nya di pinggir ranjang, mencoba memejamkan mata padahal setau Shaka, waktu wajib belajar belum selesai.

Danun, lelaki yang ia temi didekat gerbang memasuki kamarnya dengan tatapan tajam yang ia lontarkan kearah Raihan yang masih memejamkan mata.

"Bangun," ucap Danun dengan menggoyang kaki Raihan, menggunakan kakinya. Sedangkan kedua tangan nya berada di balik punggunya.

Raihan terbangun, menatap kearah Danun tanpa ekspresi, bahkan ia mengangkat salah satu alisnya.
"Kenapa?" tanya nya.

"Dilarang tidur," ucap Danun memoeringati.

"Nggak sekalian lo larang gue buat nggak nafas?" tanya Raihan yang kini telah berdiri sejajar dengan Danun.

Dikta hanya melihat kedianya seolah ini adalah pemandangan biasa.
"Nggak usah berulah Han," ucap Danun.

Raihan terkekeh pelan."Ok gue minta maaf ya, babu sekolah," ucap Raihan dengan smirk diwajahnya.

Shaka melihat kedua tangan Danun yang mengepal dibawah sana.
"Jaga ucapan lo," ucap Danun.

"Ah iya gue lupa, maaf ya pak ketos yang terhormat," ucap Raihan lagi.

Sebelum salah satu teman Danun masuk kedalam kamar, menyuruh Danun tidak membuat keributan dan mengajaknya keluar.

"Mereka pikir guw nggak cape belajar terus," gumam Raihan yang kini memilih tidur di ranjang nya.

Tepat pukul 10 malam, lampu kamar disebelah kamar Shaka, mati secara bergantian. Keadaan menjadi senyap, bahkna suara hewan malam pun terdengar, tidak ada suara keran air. Keadaan mendadak hening, Dikta sudah beranjak menuju ranjang nya untuk tidur. Raihan sudah dari tadi tidur di ranjang nya, Shaka masih duduk dimeja belajarnya, hanya bermodal lampu belajar yang sedikit minim penerangan nya. Karena lampu kamar sudah harus dimatikan.

Dalam artian tidak ada yang boleh beraktifitas diatas jam 10 malam. Sebuah peraturan aneh lagi yang Shaka lihat.

Berjalan menuju lemari baju miliknya, melapisi kaos miliknya dengan hoodie hitam miliknya. Melepas kaca mata yang sedari tadi ia gunakan, dan juga kensa kontak yang ia pakai.

Berjalan mengendap-endap kearah pintu, dan membukanya secara perlahan.

Menatap kesekeliling nya yang sepi, dan gelap. Hanya cahaya dari bulan lah yang dapat membantu Shaka malam ini.

blacklist - HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang