Chapter 1

116 6 1
                                    

Chapter 1

Di tengah kota Nipo terdapat sebuah kedai makan kecil bernama Roya. Harga di kedai itu terbilang murah, namun karena lokasinya yang berada di ujung gang dan juga sempit, membuat orang-orang berpikir dua kali untuk singgah dan makan disana. Terutama karena tempat makan di sekitar kedai itu mempunyai bentuk yang jauh lebih menarik, walaupun dengan harga yang lebih mahal.

"Oi Viel! Ambilkan daging dan sayuran lagi dari kulkas. Menu paket A 3 buah!" teriak Rosto dari depan konter kedainya.

"Baik, Paman!" jawab Viel dari dalam.

Kedai itu tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang sempit. Dengan dua buah meja masing-masing berkapasitas empat orang, dan sebuah konter yang hanya bisa memuat sekitar lima orang dengan sebuah TV kecil di ujungnya. Di balik konter terdapat gelas-gelas yang disusun dengan rapi, dengan berbagai jenis minuman disimpan disana, siap untuk diramu. Di seberang konter terdapat sebuah kompor besar yang di atasnya terdapat dua buah penggorengan dan sebuah panci tempat Rosto membuat masakan untuk kedainya. Di balik kompor besar itu, dipisahkan oleh sebuah tembok dan jendela berukuran 50cmx40cm, merupakan dapur dari kedai itu. Berisi lemari es, tempat cuci piring dan lain-lain. Disanalah Viel bekerja, memotong atau menggiling daging, mencuci dan memotong sayuran, mencuci piring dan gelas, sampai membuang sampah di tempat pembuangan sampah di gang kecil di samping kedai.

Siang ini kedai Roya cukup ramai, tidak seperti biasanya. Rosto dan Viel pun menjadi sangat sibuk melayani para tamu yang datang. Rosto memasak sambil tersenyum lebar, senang akan banyaknya tamu yang datang siang ini, sementara Viel hanya diam sambil terus bekerja melakukan tugasnya. Ketika jam menunjukkan pukul empat sore, Viel kembali ke dapur dan mengecek lemari es untuk melihat stok daging dan sayuran. Ia meringis ketika melihat stok daging yang hanya cukup untuk sekali masak saja.

"Kenapa tadi aku tidak sadar ya? Untung saja sudah tidak ada tamu lagi." batinnya. Ia pun berjalan ke depan konter menghampiri Rosto.

"Paman, stok dagingnya hampir habis, hanya tinggal 1 porsi. Maaf aku tadi tidak sadar." lapor Viel pada Rosto. Rosto terdiam sebentar memandangi wajah Viel, berusaha mencerna perkataan Viel.

"Yah, hari ini kita cukup sibuk, aku tak menyalahkanmu kok, Viel. Hmm, besok pagi saja aku membeli dagingnya. Hari ini aku lelah sekali, malas rasanya berjalan ke toko daging." ujar Rosto sambil merebahkan diri di kursi. Viel hanya tersenyum melihat Rosto, "Harusnya aku yang lebih lelah, karena pekerjaanku lebih banyak dan lebih berat darimu." batin Viel sambil meringis.

"Baiklah, Paman. Kalau begitu aku membersihkan dapur dulu." Ujar Viel. Rosto hanya melambaikan tangannya.

Viel berjalan ke meja dan membersihkan piring dan gelas serta mengelap meja yang kotor. Setelah itu ia masuk ke dapur dan membersihkan potongan daging dan sayuran, memasukkannya ke dalam plastik hitam besar, mengikatnya dan membawanya keluar lewat pintu samping. Ia menumpukkan plastik sampah di tempat pembuangan sampah, kemudian berjalan ke depan kedai untuk menyapu jalan di depan kedai. Ketika Viel tengah menyapu jalan, Rosto keluar dari dalam kedai.

"Ah, Viel. Barusan temanku menelpon, ada urusan mendadak, jadi aku harus pergi sekarang. Kurasa aku tidak akan pulang sampai malam. Aku sudah mencuci piring dan gelasnya, tolong kau bereskan sisanya ya. Sekalian tolong tutup kedainya. Kalau kau mau masak untuk makan malam, masak saja dagingnya, habiskan saja." jelas Rosto. Viel hanya mengangguk pelan dan menggumam, "Baiklah, hati-hati di jalan, Paman.". Rosto tersenyum dan menepuk pelan kepala Viel, "Terima kasih. Aku pergi dulu."

Viel melanjutkan menyapu jalan dan menyirami tanaman di sekitar kedai. Lalu ia mengambil papan menu kedai yang diletakkan di depan, dan juga menurunkan spanduk nama kedai dari atas pintu dan menyimpannya di dalam kedai. Setelah itu ia menutup dan mengunci pintu, lalu bergegas naik ke lantai dua melalui tangga di samping konter. Di lantai dua hanya ada 2 buah kamar dan sebuah kamar mandi. Disanalah Viel dan Rosto tinggal.

Setelah sampai di atas, Viel membersihkan dirinya di kamar mandi yang terletak di ujung, di sebelah kamar Rosto yang besar. Air yang dingin menyegarkan tubuhnya yang lelah, tetapi juga semakin memperkuat rasa kantuknya. Viel pun bergegas menuju kamarnya, yang terletak persis di samping tangga dan di depan kamar Rosto, lalu merebahkan diri di kasurnya. Hari ini terasa lebih melelahkan dari biasanya karena jumlah pengunjung yang tiba-tiba banyak. Tak lama kemudian, Viel tertidur.

******************************************************************************

CHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang