2 (A). Pesona Sang Viscount

1.9K 278 12
                                    

Pagii senin, happy reading yah semua. Ingat masih 18++++++++++ untuk part ini, awas aja kalau protes



💗💗




Richard melemparkan senyum mematikannya pada sosok wanita yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu terlihat begitu menginginkannya sejak tadi dan Richard memiliki jam terbang yang sangat banyak untuk tahu apa yang wanita itu inginkan darinya.

Bukan hanya wanita itu saja yang sejak tadi berusaha menarik perhatiaanya, tapi hanya wanita itu yang cukup berhasil menarik perhatian Richard. Itulah kenapa Richard memberikan senyuman pada wanita itu. Agar wanita itu tahu bahwa umpan yang wanita itu tebar untuknya berhasil menarik dirinya.

"Tolong singkirkan senyuman memuakkan itu dari wajah menyebalkanmu itu," dengus Deverell.

Richard yang mendengarnya terbahak. Suara tawanya yang menawan semakin membuat para wanita yang berada di sekitarnya menatap pria itu penuh pemujaan. Tidak hanya pada Richard tapi juga pada Deverell dan Gervase yang berdiri di dekatnya.

"Kalau saja kau bukan sepupuku sudah aku rusak wajah tampan dan cabulmu itu sekarang juga," Deverell kembali mengungkapkan ketidaksukaannya.

Bukannya mereda, tawa Richard semakin kencang, berbanding terbalik dengan wajah kesal Deverell dan Gervase yang tercipta di wajah tampan mereka.

Diantara kelima saudara prianya, Richard memang terkenal sebagai sang cassanova. Sosok pria yang memiliki aura sensual paling kental diantara semua saudaranya yang lain. Bukan hanya aura sensual yang selalu menarik para wanita mendekat padanya, tapi juga wajah tampan serta tubuh indahnya, dan jangan lupakan kekayaan serta keluarga besar yang menaungi namanya.

Semua wanita yang mengenal Richard tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menarik hati sang Viscount. Meskipun hingga saat ini tidak pernah ada wanita yang benar-benar berhasil mendapatkan sang Viscount secara utuh. Richard memang mudah di dekati tapi akan jadi sulit ketika sudah menyangkut sebuah hubungan serius.

Entah wanita seperti apa yang Richard cari. Hampir semua wanita menawan tertarik padanya, tapi entah kenapa tidak ada satupun yang menarik perhatian Richard. Iya, kecuali hanya untuk diajak bersenang-senang.

"Kalian terlalu serius, pantas saja tidak ada wanita yang berani mendekati kalian."

Deverell dan Gervase mendengus bersamaan.

"Lihatlah, kalian seperti saudara kembar. Kalian selalu melakukan gerakan yang sama hampir bersamaan," Richard mengedip. "Jangan bilang kalau kalian saling mencintai."

"Dasar sinting," maki Gervase yang sedari tadi memilih diam. Ia sangat tahu kalau apa yang Richard katakan hanya sebuah guyonan, tapi ia juga tahu kalau Richard memang paling bisa membuat lawan bicaranya kesal. Dan meskipun sudah mengenal Richard puluhan tahun, baik dirinya, Deverell ataupun Matthew selalu berhasil dibuat kesal oleh tingkah menyebalkan Richard.

Di balik semua itu, semua saudara juga tahu kalau Richard menyayangi mereka semua, sama seperti mereka yang juga menyayangi Richard.

"Sabarlah, kita bisa ikut sinting jika menanggapi pria sinting ini," tegur Deverell.

Richard menghentikan tawanya. Kedua tangannya di lingkarkan di bahu Gervase dan Deverell. "Kalian terlalu serius. Sepertinya kalian butuh pelepasan," Gervase dan Deverell menatap datar Richard yang saat ini tersenyum lebar padanya. "Kalian lihat kumpulan wanita itu," Richard mengedip pada salah satu wanita yang berhasil menarik perhatiannya. "Mereka dari tadi terus menatap kearah kita dan aku yakin mereka tidak akan keberatan jika kita menarik mereka ke salah satu ruangan di rumah ini untuk memuaskan diri, bagaimana menurut kalian?"

Richard menaik turunkan alisnya pada kedua saudara yang saat ini menemaninya menghadiri pesta dansa. Richard sangat tahu jawaban yang akan diberikan kedua saudaranya, tapi ia memang sangat suka ketika menggoda keduanya seperti yang saat ini dilakukannya.

Gervase menyingkirkan tangan Richard di bahunya. "Cukup kau saja yang menjadi penjahat kelamin, jangan bawa kami pada pergaulan tidak sehatmu itu."

"Kalian seperti biksu saja, tidak tahu nikmatnya bersenang-senang," gerutu Richard dengan bibir dimanyunkan layaknya anak kecil.

"Kau benar-benar menjijikkan," maki Deverell ketika melihat Richard memanyunkan bibirnya. Ia juga ikut menyingkirkan tangan Richard dari bahunya.

"Baiklah kalau kalian tidak mau bersenang-senang denganku tidak masalah, aku akan bersenang-senang sendirian kalau begitu," Richard menghabiskan anggur dalam gelasnya dan menyerahkannya pada Deverell. "Cobalah buka mata kalian pada wanita lain, jangan hanya berfokus pada satu wanita saja," pesan Richard sebelum berlalu meninggalkan keduanya dengan senyuman di wajahnya. Ia berharap kedua saudaranya itu memahami apa yang diucapkannya karena ia tidak ingin kedua saudaranya saling menyakiti satu sama lain hanya karena memiliki perasaan yang sama pada seorang wanita.

Richard memberi isyarat pada wanita yang sedari tadi terus menatapnya untuk mengikutinya. Wanita itu tersenyum tipis, berbasa-basi pada temannya sebelum mengikuti Richard yang kini sudah berjalan ke arah lorong yang sepi.

Baru saja wanita itu memasuki lorong sepi itu, sebuah tangan besar menarik pergelangan tangannya. Ia hampir saja berteriak jika saja Richard tidak segera menutup bibirnya dengan tangannya.

"Jangan berteriak, ini aku," bisik Richard di telinga wanita itu. sengaja ia melakukannya karena Richard tahu betul daerah-daerah sensitif para wanita.





💗💗
29032021

(PO) Sang Viscount (Season series #5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang