Chapter 3

1.6K 157 2
                                    

"Hmm ... ide paman boleh juga. Oh ya, Gulf mau tanya pada paman soal orang tuaku. Boleh?" Tanya Gulf.

"Tentu saja boleh. Apa yang mau Gulf tanyakan?" Tanya Thanit.

"Soal blackcard yang ditinggalkan orang tuaku dan villa di Khao Yai. Kapan orang tuaku merubah menjadi namaku dan juga mansion orang tuaku yang dikuasai paman dan bibiku" tanya Gulf.

"Gulf .. bukan harusnya paman panggil Kana kan ya" tanya Thanit.

"Tidak. Paman tetap boleh memanggilku Gulf. Tapi diluar panggil aku Kana" jawab Gulf yang disertai anggukan dari Thanit.

"Jadi begini, papamu Alexander sudah tahu kalo Ron itu bukanlah orang baik dan dia juga menginginkan seluruh harta keluarga Traitipattanapong. Jadi dia membuatkanmu black card dan merubah nama villa di Khao Yai dan mansion menjadi namamu. Tapi Ron tidak tahu kalo mansion yang dia tempati sudah dirubah ayahmu menjadi namamu. Bodoh sekali" cengir Thanit.

"Kalo begitu jangan salahkan Gulf yang akan berbuat kejam dengan cara mengusir mereka keluar dari rumahku" ucap Gulf dengan tangan mengepal.

"Oh ya Gulf, mengenai tubuhmu......ehm....."

"Ada apa paman? Katakan saja" ujar Gulf.

"Hari itu kamu mengatakan kalo dada kirimu sakit bukan?" Tanya Thanit.

"Iya paman. Lalu..." tanya Gulf.

"Apa sebelumnya mereka membawamu ke dokter?" Tanya Thanit.

"Tidak paman. Mereka tidak tahu mengenai sakitnya Gulf" jawab Gulf.

"Tidak tahu? Hahahaha .... pintar sekali mereka. Mereka membuatmu seolah-olah kamu yang mau bunuh diri dengan obat itu" kesal Thanit.

"Maksud paman?" Tanya Gulf.

"Maksudku adalah mereka dengan tega sudah memberi racun dalam makanan dan minumanmu sedikit demi sedikit sampai kamu mati. Racun itu untuk membuat kinerja jantungmu bergerak dengan lambat sampai kamu mati" jawab Thanit.

"Ja-jadi racun itu sekarang berada dalam jantungku?" Tanya Gulf menaikkan 1 alisnya.

"Iya Gulf. Itupun aku tahunya sewaktu aku memanggil sahabatku yang seorang dokter datang memeriksamu sewaktu kamu pingsan" jawab Thanit.

"Racun apa yang ada dalam tubuhku paman?" Tanya Gulf.

"Digoxin. Sebenarnya itu adalah obat. Tapi kalo dikonsumsi terus bisa berubah menjadi racun dan menghentikan kerja jantung" jawab Thanit.

"Aaaahhhhh .... kenapa mereka begitu kejam padaku? Padahal aku sudah menganggap mereka sebagai pengganti orang tuaku" ujar Gulf menghela nafasnya dengan kasar sambil memegang dadanya.

"Gulf .... jangan bersedih lagi" hibur Thanit.

"Apakah aku masih bisa disembuhkan?" Tanya Gulf.

"Sangat tipis harapan untuk bisa sembuh dari racun itu. K̄hxthos̄ʹ na" sesal Thanit.

"Tidak paman. Jangan menyesali itu. Sebelum aku mati, aku akan membalaskan rasa sakit hatiku pada mereka. Uuuhhhhuuukkkk ... uuuhhhhuuuukkk...."

"Gulf, minum dulu. Usahakan jangan terlalu stress. Istirahatlah" saran Thanit sambil memberikan air putih.

"Baik paman" jawab Gulf yang dituntun Thanit menuju ranjangnya.

"Tidurlah. Besok merupakan hari yang panjang untukmu, karena kamu akan langsung menempati mansionmu. Paman sudah berencana tahun depan kamu akan menggantikan posisi paman di perusahaan" ujar Thanit.

"Baik paman. Aku janji tidak akan mengecewakan paman" janji Gulf.

"Aku tahu Gulf. Sekarang istirahatlah na" ujar Thanit sambil membelai halus kepala Gulf sampai dia tertidur.

Drrrttt ... drrrttt

"Iya. Ada apa?" Ujar Thanit saat mengangkat telepon.

"........"

"Sekarang dia berada di mansionku. Tahun depan dia akan menempati posisinya sebagai CEO. Walaupun belum saatnya, tapi aku takut dia mati karena racun itu" jawab Thanit.

"......."

"Aku harap dia bisa bertahan. Btw, kapan kamu akan pulang?" Tanya Thanit pada orang tersebut.

"......"

"Baiklah. Aku menunggumu" ucap Thanit sambil mematikan telepon tersebut dan menuju kamarnya untuk beristirahat karena besok akan menjadi hari yang paling berarti baginya.

Keesokan paginya Thanit menelepon bagian pemasaran yang memperkenalkan mansion pada Gulf dan meminta bertemu pada jam makan siang. Selesai sarapan Thanit dan Gulf menuju kantor dengan memakai supir. Dalam perjalanan ke kantor Thanit memperlihatkan document yang akan dia bawakan di rapat nantinya.

Setelah melihat document tersebut Gulf meminta untuk menambahkan sesuatu di dalamnya dengan harapan untuk menarik customer lebih banyak. Thanit pun menyetujuinya. Sesampainya di kantor, Gulf pun memasuki ruangan CEO dan duduk disitu. Tak berapa lama Thanit pun pamit untuk rapat. Gulf pun hanya mengangguk.

Didalam ruangan tersebut pikiran Gulf menerawang memikirkan kembali apa yang dikatakan Thanit kalo orang tuanya sudah meramalkan apa yang bakal terjadi padanya sehingga membuat orang tuanya mempersiapkan sesuatu agar nantinya sang anak kalopun diusir dari rumahnya sendiri, setidaknya masih ada pegangan dan tidak harus terlunta-lunta di jalanan.

Selesai rapat Thanit memberitahukan pada Gulf kalo Ron menentang keras atas putusannya karena itu merugikannya. Gulf menyeringai dan mengatakan kalo itu baru permulaan. Pelan-pelan Gulf akan membuat Ron kehilangan segalanya.
Siangnya sesuai janji yang dibuat dengan bagian pemasaran kalo mereka akan bertemu di mansion yang dibeli oleh Gulf.

"Siang khun....."

"Kana. Namaku Kana" ujar Gulf dengan nada dingin.

"Khun Kana. Ini kunci mansion nya. Khun tidak mau melihat-lihat ke dalam?" Tanya pria tersebut yang di name tag nya tertulis nama Can.

"Tidak usah. Aku percaya padamu tidak akan memberiku rumah yang atapnya bocor bukan" jawab Gulf.

"Ten-tentu saja tidak khun. Mansion ini baru siap 2 bulan yang lalu dan dikenal paling mahal. Awalnya aku sempat mengira kalo rumah ini pasti tidak akan laku karena rumah ini dihiasi dengan granit yang paling mahal di kelasnya dan juga interior nya yang mewah" ucap Can membanggakan mansion tersebut.

"Tapi ternyata ada yang mau membelinya bukan. Aku bisa pastikan kalo kamu akan mendapat komisi yang banyak dari bosmu" ujar Gulf.

"Tidak juga khun. Bos kami sangat pelit. Oh ya khun hampir lupa untuk mengembalikan black card milik khun yang sudah aku potong untuk membayar penuh mansion ini" jawab Can sambil menyerahkan black card milik Gulf.

"Khop khun" ujar Gulf sambil mengambil black card nya dari tangan Can.

"Kalo begitu aku pamit khun. Selamat beristirahat" pamit Can sambil berjalan keluar dari mansion Gulf.

Gulf pun naik keatas menaruh pakaian nya didalam lemari dan segera membersihkan tubuhnya. Selesai mandi Gulf pun menuju dapur untuk memasak masakan kesukaannya, kemudian makan dan melanjutkan ke balkon untuk menyatroni mansion orang tuanya yang ditinggali oleh Ron dan Len beserta kedua anak mereka.

Gulf yang melihat Ron sekeluarga sepertinya berbahagia diatas penderitan nya sangatlah membuat Gulf semakin marah. Dia berjanji pada dirinya sendiri kalo kebahagiaan mereka tidak akan bisa bertahan lama, karena pelan-pelan Gulf akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi miliknya. Emosi Gulf yang menggebu itu membuat kerja jantungnya semakin cepat dan dia pun sulit untuk mengontrolnya dan dia pun jatuh pingsan.

My Little Mafia ManWhere stories live. Discover now