Chapter 9

536 50 0
                                    

"Kalau seperti yang p' katakan Ron yang menjebak Nanon, apa tujuannya?" tanya Gulf bingung.

"Mungkin Nanon ada tahu sesuatu tentang Ron?" tanya Mew.

"Hmmm ... mungkin ini tidak ada hubungan nya, tapi Nanon pernah mendengar kalau khun Ron akan membunuh khun Thanit tepat di ulang tahun nya. Hanya itu." jawab Ron.

"A-apa?! Membunuh paman Thanit? Mungkin karena masalah itu dia mau memenjarakan Nanon agar tidak bicara?" tanya Gulf.

"P' rasa anak yang meninggal itu mau menikamnya. Tapi kenapa tiba-tiba beralih ke p', akan p' selidiki." jawab Mew.

Beberapa hari setelah berada di rumah sakit, Mew sudah diijinkan untuk keluar. Nanon dititipkan pada Win untuk diurus dan mereka makin dekat. Nanon yang sudah masuk ke sekolah barunya dibantu Win itu pun berkenalan dengan teman sekelasnya, Ohm dan Chimon yang bisa menerima Nanon apa adanya.

"Nanon, kamu pulang dijemput p' Win?" tanya Ohm saat mereka sedang berada di kantin.

"Gak. Hari ini daddy pulang dari rumah sakit. Jadi p' Win menjemput papa dan daddy." jawab Nanon sambil makan.

"Oh. Kalau begitu boleh aku mengantarmu pulang?" tanya Ohm.

"Jadi aku siapa yang antar pulang?" tanya Chimon.

"Kamu kan bisa pulang sendiri, Mon. Lagian rumah kamu kan dekat aja. 2 langkah nyampe." jawab Ohm.

"....."

"Gak pa-pa Ohm. Aku bisa kok pulang sendiri. Lagipula aku masih ada urusan lain mau ketemu teman sesama pengemis." ujar Nanon.

"Horeee ... karena Nanon gak bisa, kamu antar aku ya, Ohm.." mohon Chimon.

"Ya udah deh." pasrah Ohm.

Bel pulang sekolah Nanon yang pertama langsung keluar kelas dan berlari keluar dari pintu gerbang setelah menyapa security yang berjaga di pintu gerbang sekolah. Nanon menuju apotik untuk membeli obat, lalu dia terus berjalan dan akhirnya sampai di sebuah kolong jembatan.

"Pre ... Pre, dimana kamu?" teriak Nanon yang kuatir dengan keberadaan Pre.

"Di..disini p'.." teriak Pre yang membuat Nanon menuju asal suara dan dia kaget saat melihat sesosok pria yang tengah menodongkan pistol kearah Pre yang disandera oleh seorang pria tegap.

"Halo ... Nanon." sapa pria itu.

"Mau apa kamu kemari? Bukankah waktunya masih lama." ujar Nanon.

"Memang masih lama, tapi aku sudah tidak mempunyai kesabaran setelah anak itu mati." jawab pria itu.

"Jadi anak yang di mall itu kamu yang membunuhnya?" tanya Nanon memastikan.

"Iya. Kamu kaget?" tanya pria itu kembali.

"Bagaimana kamu bisa membunuhnya?" tanya Nanon ingin tahu.

"Aku menyuruh pihak medis di ambulance untuk menyuntik mati anak itu, karena kuanggap dia tidak berguna lagi." jawab pria itu.

"Lalu sebenarnya anak itu mau membunuh siapa? Membunuhku?" tanya Nanon.

"Bukan. Melainkan membunuh Gulf. Siapa sangka daya ingat anak itu sangat buruk dan yang dia tikam malah anaknya Jongcheveevat. Sebelum menjadi perkara, aku membunuh anak itu dulu." jawab pria itu.

"Lalu kedatanganmu kemari.....

"Menagih hutang." jawab pria itu.

"Selain itu? Bukankah perjanjian kita bulan depan? Aku masih memata-matainya sekarang. Untuk masuk ke ruang kerjanya saja susah. Bagaimana mungkin aku bisa begitu cepat untuk mengambil data-data perusahaan nya." ujar Nanon.

"Hmmm .... benarkah sangat susah? Aku harap itu tidak melibatkan perasaanmu. Dengar-dengar kamu juga berhutang dengan nya." tebak pria itu.

"Hahahaha ... tentu saja tidak. Aku justru sangat mengharapkan kematian nya." jawab Nanon.

"Baguslah. Baiklah. Aku akan memberimu waktu lagi sampai batas waktu yang ditentukan. Kalau kamu tetap tidak bisa menemukan data yang kumau, maka nyawa temanmu yang akan menjadi tebusan nya." ujar pria itu.

"Iya. Baiklah. Aku mengerti. Sekarang lepaskan dia. Dia sedang sakit. Jangan menyakitinya." mohon Nanon sambil melipat tangan nya.

"Baiklah. Lepaskan dia!" pinta pria itu pada anak buahnya dan memberikan obat ke tangan anak itu.

"Ingat pesanku, nak. Kesabaranku ada limitnya. Oh ya, 1 hal lagi. Apa kamu pikir kalau temanmu yang bernama Pre itu benar-benar sakit? Apa kamu tidak pernah mencurigai dia karena dia mengonsumsi obat terlarang?" tanya pria itu yang membuat Nanon kaget.

"Pre, apa itu benar?" tanya Nanon yang sekarang sudah dipapah olehnya.

"I-iya Nanon. Maafkan aku yang sudah berbohong padamu." jawab Pre dengan jujur.

"Jika kamu bisa lebih cepat memberikan apa yang kumau, aku jamin kebutuhan obat Pre akan kuberikan." ujar pria itu sambil berjalan pergi.

"Pre, sudah kukatakan jangan mengonsumsi obat terlarang lagi. Gak bagus untuk kesehatanmu." ujar Nanon menasehati Pre.

"Maafkan aku Nanon. Aku sudah kecanduan dan aku sudah tidak bisa berhenti lagi." jawab Pre.

"Tapi bagaimana pun juga kamu harus berjuang, Pre." ujar Nanon menyemangati sahabat nya.

"Ngomong-ngomong, apa kamu mau melakukan apa yang dikatakan pria itu?" tanya Pre.

"Entahlah. Aku bingung. Di 1 sisi dia keluargaku, di sisi lain aku tidak mau kalau dia mengapa-apakan kamu, Pre." jawab Nanon.

"Nanon, ikutilah kata hatimu. Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan melakukan apa yang dikatakan pria itu. Bersusah payah kamu sudah mendapat keluarga bahagia yang menyayangimu dan bisa dikatakan kalau masa depanmu pasti cerah. Apa sekarang kamu mau menghancurkan nya begitu saja?" tanya Pre.

"Kamu sudah tahu jawaban nya. Untuk apa lagi ditanyakan. Tapi masalahnya aku juga tidak mau kehilanganmu, Pre. Aku tidak mau kehilangan sahabatku satu-satunya." jawab Nanon.

"Nanon, aku tidak penting. Aku hanyalah seorang pemakai narkoba. Keluargamu pasti akan membenciku jika mereka tahu kalau aku seorang pemakai." ujar Pre sedih.

"Tidak. Keluargaku bukan orang seperti itu, Pre. Aku jamin mereka pasti akan menerimamu. Percayalah." jawab Nanon.

"Ya sudah. Hari sudah mau malam. Pulanglah. Pasti keluargamu sudah menantimu di rumah untuk makan malam." ujar Pre.

"Ikut pulanglah bersamaku. Kita makan malam dirumahku bersama-sama." ajak Nanon.

"Hmmm ... tidak Nanon. Kamu pulanglah." jawab Pre menolak halus permintaan Nanon.

"Baiklah. Tapi sebelumnya aku belikan makan malam untukmu dulu ya. Tunggu aku." ujar Nanon melangkah pergi membeli burger kesukaan Pre. Tak berapa lama Nanon pun kembali dan memberikan burger itu untuk Pre dan dia pun pulang.

Pre sangat bahagia melihat kalau Nanon sudah mempunyai keluarga dan masa depan nya sekarang sudah cerah. Tapi Pre merasa kalau dia adalah penghambat Nanon untuk bahagia, maka Pre pun memakan semua obat yang diberikan pria itu dan dari mulut Pre keluar buih yang menandakan kalau Pre telah mengalami overdosis dan meninggal di tempat tanpa ada yang tahu.

Sementara Nanon yang berjalan kaki pulang ke rumahnya sambil berpikir apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus jujur pada orang tuanya yang sudah memberikan kebahagiaan padanya?

My Little Mafia ManWhere stories live. Discover now