Sementara Hesa mulai menggemari bola basketnya, Nara tertarik untuk masuk ke dunia organisasi. Sudah banyak acara yang di laksanakan organisasi tersebut dan keringat Nara alhasil masuk kedalam daftar pencapaiannya.Hesa pernah satu kali mendapati Nara sedang berjongkok di ujung ruangan, mungkin berniat untuk istirahat sebentar dari segala agenda acara.
Laki-laki itu menghampiri Nara dengan satu gelas es milo ditangan kanan dan satu bungkus nabati coklat di tangan kiri, kesukaan Nara.
"Jangan sakit, aku enggak suka" katanya. Nara tidak punya kewajiban untuk mengiyakan, pun tidak punya keberanian untuk mengabaikan. Kepala yang sedang menunduk kelelahan itu dengan reflek di tepuk pelan oleh si laki-laki.
Nara suka sekali combo es milo dengan nabati coklat ditangannya, ditambah lagi yang memberikan adalah si laki-laki.
—
Mereka tidak mendapat kelas yang sama pada tahun pertamanya. Terlebih lagi kedua kelas itu berada pada jarak yang tidak bisa dibilang dekat. Karena itu juga konsentrasi keduanya tidak lagi berpusat pada presensi satu sama lain. Dua orang itu sedang sibuk dengan dunianya masing-masing.
Hingga pada suatu hari, teman Nara, Amel, berkata, "Kayaknya gue suka deh sama Hesa."
Karena pada waktu itu nama Hesa di sekolah mereka ada dua, Nara penasaran, "Hesa yang mana?" lalu Amel dengan riang menanggapi, "Mahesa, Nar."
Tidak tahu di bagian mana yang salah, binar di kedua mata Nara seketika redup. Berkali-kali ia pastikan bahwa yang disebutkan sahabatnya adalah Hesa yang itu, Mahesanya.
Ah, benar Mahesa Adrian.
Nara senang? Tentu iya.
Nara bohong? Iya juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hesa, Nar.
Teen FictionSatu yang tetap sama, Kinara tetap yang tercantik di mata Mahesa.