Hai ;-;)/ yang follow akunku yang satunya pasti suda tahu kan, kalau semua fanfiksi aku pindah ke sini. Enggak semua sih, beberapa fanfiksi hihihi.
Berkomentar dengan bijak ya. Ingat, ini hanya fanfiksi. Dilarang menjiplak karya ini, aku yakin kalian lebih kreatif dan halunya luas.
Canon. Rate T
Selamat membaca~
✧✧✧
Boku no kokoro wa kimi ni itsumo kataomoi suki da yo.
Perasaanku padamu selalu bertepuk sebelah tangan, aku menyukaimu.
—Aimer, Kataomoi
✧✧✧
Pertarungan semakin menegangkan, kala dua belah pihak kehabisan chakra. Tentunya, ini menjadi penentu siapa yang akan menang, dan siapa yang akan pulang.
Perempuan bernama Delta itu kembali berdiri, mengambil pedang yang entah milik siapa tertancap di tanah. Dia tertawa sebelum berkata, "Pertarungan terakhirku, Uzumaki."
Laki-laki yang terduduk tak jauh dari Delta terlihat tidak berdaya, matanya menatap nyalang pada sosok perempuan bersurai raven berbaring di pahanya dengan darah segar keluar dari bagian perut, kepala, juga mulut.
"Jika memang kau akan pergi..." jeda Boruto, mengambil napas, "aku akan ikut, aku akan ikut pergi bersamamu, Sarada."
"UCHIHA DAN UZUMAKI YANG MALANG!" Delta berteriak, kemudian melompat dari tempatnya terjatuh tadi, melesat bagai angin hingga tiba tepat di depan Boruto....
"BORUTO-KUN!"
Seseorang berteriak, dari sisa-sisa tenaganya, orang itu berlari untuk bisa berdiri di depan Boruto....
Shhhh
Rasanya panas, perih, kala pedang itu berhasil menusuk dada sebelah kanannya.
Saat itu pula, Delta terjatuh bersamaan dengan gadis bersurai ungu yang berhasil menghalau pedang untuk mengarah pada Boruto. Sejurus kemudian, datang para ANBU, untuk membawa mereka pergi dari sana.
✧✧✧
Wangi obat-obatan begitu tercium sesaat kelopak matanya terbuka memandangi langit-langit kamar rumah sakit yang sedikit memburam. Kepalanya pening, dia tak bisa bangun. Ada rasa sakit yang teramat di bagian dada sebelah kanannya.
"Sumire-chan," sahut seseorang, membuat gadis itu menoleh ke kiri. "Ah, kau sudah siuman! Ada yang sakit? Mau kupanggilkan suster?"
Sumire tidak menggubris, dia seperti kehabisan suara. Sumire membiarkan Namida memencet tombol yang ada di bawah ranjang, hingga datang satu suster untuk memeriksa keadaan Sumire.
"Jika ada apa-apa, jangan sungkan untuk memanggil kami."
Begitu suster pergi, Namida menyeret kursi duduknya untuk semakin dekat dengan ranjang. Dari tatapannya, Sumire tahu bahwa Namida pasti akan menanyainya banyak hal.
"Kenapa kau mengambil misi itu tanpa sepengetahuan kami, hah?" tanya Namida.
Sumire menghela napas. "Misi itu diberikan Hanabi-sensei untukku, Namida-chan. Lagi pula saat itu kau sedang belajar jutsu baru dengan Wasabi-chan, mana bisa aku menganggu?"
"Ya ampun, Sumire-chan! Kau tahu? Karena misi itu kau hampir kehilangan nyawamu!"
Sumire menutup satu kupingnya, berharap sudah seperti karet setiap kali mendengar teriakan nyaring Namida.
Gadis bersurai coklat itu kembali duduk dan melipat kedua tangan di dada. "Jangan bilang, kau pergi karena ingin melindungi Boruto-kun."
"Aku pergi atas keinginanku sendiri."
"Kalau begitu, jauhilah dia! Tidakkah kau tahu bahwa Boruto-kun sangat mencintai Sarada-chan?"
Sumire diam sesaat, sebelum mengangguk. Mendengar pertanyaan Namida, membuatnya mengingat saat Sumire merelakan diri untuk melindunginya, saat telinganya mendengar bahwa Boruto akan ikut pergi bersama Sarada.
Sumire tahu betul, seberapa cintanya Boruto pada Sarada. Namun Sumire juga menyadari satu hal, bahwa Boruto sama seperti dirinya: bertepuk sebelah tangan. Karena, Sarada menyukai Mitsuki. Sarada mendekati Boruto sebagai jembatan, untuk bisa menyebrang menuju Mitsuki.
Dan Boruto tidak sadar dirinya telah dilukai.
"Hentikan perasaanmu padanya, saat ini juga dia tidak peduli padamu. Padahal kau yang menyelamatkan nyawanya."
Sumire menoleh. "Memang di mana Boruto-kun sekarang?"
"Tidak akan kuberi tahu, karena sakitnya mencintai satu pihak, antara kau dan-"
"Hentikan, Namida-chan! Jangan bahas itu lagi, aku akan berhenti!"
Tidak.
Melihat Namida membulatkan matanya karena dibentak, Sumire memilih bungkam untuk tidak melanjutkan perdebatan. Apa yang dikatakan satu rekan timnya ini memang benar adanya—Boruto tak menyukai Sumire. Parahnya, mungkin Boruto tidak pernah menganggap Sumire pernah hinggap di hatinya, Sumire ada dan menjadi penolongnya, Sumire mencintainya.
Mungkin, bagi Boruto, Sumire hanyalah teman seperjuangan sewaktu di akademi dulu, tidak lebih.
Namida Suzumeno bangun dari tempatnya duduk. "Cepatlah sembuh, aku pergi dulu untuk mengabari Hanabi-sensei bahwa kau telah siuman."
Sumire tidak menjawab, selain membiarkan gadis -si tukang menangis- begitu disebutnya, itu pergi dari kamar rumah sakit tempatnya berbaring.
"Bahkan saat dia melindungi gadis lain, mau-maunya kau pergi mengorbankan nyawa untuknya, yang jelas-jelas peran utama di hatinya bukanlah dirimu, Sumire," ujar Sumire bermonolog, kemudian kembali menutup mata.
Bagi Sumire, jika kenyataan memang jahat untuk tidak memihaknya, mungkin alam bawah sadar---mimpi itu lebih baik. Di sana Sumire bisa mendapati Boruto lebih perhatian padanya, lebih baik padanya, lebih mencintai dan menyadari keberadaannya.
Menjadi Cinderella dengan gaun mewah, kerajaan, sepatu kaca, kereta labu dan menari dengan pangeran, kemudian pulang dan menjadi pembantu itu sangatlah menyakitkan.
✧✧✧
Namida melompat dari atap ke atap untuk mendekati gerombolan manusia yang tengah membicarakan sesuatu di depan papan umum penanda pengumuman. Kakinya berhenti dan berpijak, mencoba mengecilkan diri demi bisa masuk; mendorong manusia-manusia itu untuk bisa menjadi yang terdepan, dan melihat ada pengumuman apa yang membuat orang-orang heboh.
Biasanya, pengumuman yang membuat heboh hanya pengumuman hari libur buruh dan ujian Chuunin, Jounin.
"Hari festival kembang api dengan peragaan fashion show kerajaan jaman dahulu?" tanya Namida setelah membaca beberapa baris tulisan pengumuman yang tertera di sana.
Sejenak, Namida berpikir sebelum bibirnya menarik senyum gembira.
Ada kabar baik untuk Sumire!
✧✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
BoruSumi | Sukida
Romansa"Tidak apa jika tidak memiliki, asal dengan melihatnya dari jauh tertawa dengan orang lain, aku sudah bahagia." Itu yang dikatakan Sumire Kakei setelah menyadari bahwa sang pujaan hati lebih memilih gadis lain, Sarada Uchiha yang diduga sahabatnya s...