Di sepanjang jalan terasa sunyi.
Jennie meledak dalam pikirannya sementara Lalisa bertanya-tanya apa yang sedang terjadi?
"Tunggu Jennie, apa yang terjadi?" Lisa bertanya dengan bingung.
Sesaat, Jennie terdiam. Ia lantas menghela napas rendah dan kini wajahnya tampak lebih gugup dari sebelumnya.
"Tidak ada ... tidak ada yang terjadi, mengapa kamu berpikir jika sesuatu terjadi padaku?" Jennie menjawab dengan sedikit terengah-engah.
"Pertama, Kamu terlihat gugup dan cara bicaramu terlalu cepat dari biasanya." Lisa berhenti sejenak, sebelum dengan hati-hati menyatakan apa yang biasanya sangat ditakuti Jennie. "Kamu tidak pernah mencariku ketika suamimu ada di rumah."
Rasa bersalah segera menghantam Jennie, tapi sekarang sudah terlambat. Lalisa tahu betapa tegangnya wanita bermata kucing itu.
"Kamu benar ... maaf, aku hanya membutuhkanmu malam ini, Lisa."
"Aku tidak akan menyangkal atau menolakmu Jennie." Lisa memberikan senyuman menghibur yang membantu Jennie untuk merasa lebih lega. "Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Ya, Kami bertengkar ..." bisiknya, menghela napas lagi.
"Lagi?"
"Ya ... Dan aku tidak ingin membicarakannya." Jennie tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari jalanan yang ada di hadapannya.
Melihat itu, Lisa meletakkan tangan di paha wanitanya.
"Tidak masalah, aku juga tidak ingin membicarakan lelucon suamimu." Tangannya dengan ringan membelai paha kanan sang Guru. "Tapi katakan padaku, kemana kita akan pergi?"
"Hmm ... Tidak jauh, emhh." Jennie mengeluarkan erangan kecil ketika tangan Lisa meremas pahanya yang mengakibatkan tubuhnya bergetar dengan sentuhan itu, tetapi Jennie berhasil menahan diri.
Sisa perjalanan dilakukan dalam diam, Jennie mengemudi dengan tenang dan kali ini ia tampak tidak terlalu gugup dan tidak terburu-buru.
Mereka berdua meninggalkan kota ketika waktu menunjukan pukul satu pagi. Jennie bahkan tidak melihat begitu banyak pergerakan di sepanjang jalan.
Gadis bermata hazel menyalakan radio untuk memutar lagu apapun secara acak sembari bergumam mengikuti lagu yang sedang dimainkan sementara Jennie hanya memperhatikannya.
Suaranya terdengar parau dan rendah membuat Wanita yang lebih tua merasa santai. Jennie manyadari bahwa ia tidak pernah menghadiri salah satu pertunjukan band Lisa.
Karena wanita bermata kucing itu tidak pernah punya waktu bersama gadis itu selain ditempat tidurnya.
Sudah hampir sebulan sejak mereka mulai terlibat dan hanya sedikit hal yang diketahui Jennie tentang Lalisa.
Ia dalam hati mencaci dirinya sendiri ketika menyadari bahwa Lalisa hanya ia gunakan untuk memuaskan dirinya sendiri, dan ini jelas sangat egois.
Tapi apa yang bisa ia lakukan? Karena selama mereka terlibat, Lalisa tidak pernah menunjukkan ketidakpuasan dengan itu, justru sebaliknya, ia selalu terlihat bahagia ketika mereka bersama.
Rasanya sangat enak, sangat nikmat seperti surgawi, Jennie bahkan tidak bisa dengan cara apapun memahami mengapa begitu sulit untuk menolak Lalisa.
Pergerakan lalu lalang mobil di jalan hampir tidak ada. Lisa tidak tahu ke mana Wanita Kim itu akan pergi.
Mungkin ia akan pergi ke tempat yang benar-benar jauh dan sepi, sehingga Lisa akhirnya bisa memakan gurunya sekaligus dengan berbagai macam orgasme yang membuat keduanya menjadi gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
A TASTE OF SIN (G!P)
Romansa(Rated : 21+) Aku adalah desahanmu. Aku adalah erangan yang kau keluarkan ketika aku menghisapmu. Aku juga nafsumu, kesenanganmu, dan kegilaanmu. Aku adalah sebuah ledakan yang membuatmu tidak waras. Aku yang selalu berhasil membuat wajah kotormu ke...