Rick duduk dipinggir ranjang dengan bertelanjang dada, dia menatap intens kearah wanita yang baru saja kemarin resmi menjadi istrinya, istri tercintanya.
Hera, wanita itu adalah tipe idaman Rick sejak dulu. Bisa dibilang bahwa Rick jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Hera. Tepat setelah mereka tak sengaja menjadi partner dansa di club malam. Ya, meskipun sangat sulit mendapatkan Hera pada saat itu, tapi dia berhasil memanfaatkan peluang untuk menikahi Herea.
Padahal niatnya Rick hanya ingin menjadikan Hera sebagai kekasihnya, tapi dunia berkata lain. Hera malah menjadi istrinya.
Namun, dibalik keras kepalanya Hera, tersembunyi sosok Hera yang lain dan itulah yang membuat Rick semakin mencintainya. Entahlah, tidak bisa Rick deskripsikan secara langsung, tapi Hera benar-benar membuatnya terpesona.
Mungkin dia juga sama, keras kepala. Namun di dua kepribadian yang sama-sama keras, Rick cukup bisa diandalkan untuk mengatasi masalah itu. Selagi dia bisa mengendalikan Hera, maka semua akan baik-baik saja. Rick cukup tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan istrinya.
"Masih pagi, kenapa sudah bangun Rick?"
Suara itu, membuat Rick menoleh dan tersenyum tipis merespon pertanyaan istrinya. Dia mengambil posisi tiduran dan langsung mendekap tubuh kecil Hera dengan erat.
"Uhmm, ac nya kecilin. Dingin Rick." keluh Hera. Sudah nyaman dan didekap Rick dalam pelukannya, wanita itu masih tetap merasa kedinginan.
Menuruti permintaan istrinya. Rick langsung mematikan ac dan kembali terfokus memandangi Hera. Hera sungguh manis, wajahnya begitu indah untuk dipandang dan Hera adalah wanita yang mampu membuat Rick sampai seperti ini.
Mengingat jika dirinyalah yang pertama kali menaruh rasa pada Hera, membuat dia kembali berpikir. Apa alasan pertama yang membuat dirinya menyukai Hera?
Jawabannya tidak ada.
"Sekali lagi?" tawar Rick, menggoda istrinya. Akan tetapi respon Hera cukup membuat Rick terpenganga.
Hera memberikan tatapan tajamnya, seolah memberi jawaban tidak untuk tawaran Rick. Yang awalnya dia masih mengantuk, sekarang matanya terbuka lebar-lebar, menatap lekat-lekat pada iris mata netra abu-abu milik pria di sampingnya.
"Karena aku sudah tidak mengantuk, mari bahas pernikahan kita ini." ucap Hera. Dia melepas paksa rengkuhan Rick di tubuh polosnya. Hera bangun dari posisi tidurnya dan bersandar disandaran kasur dengan tangan yang menahan selimut menutupi tubuh bagian depannya.
Melihat keseluruhan Rick yang bertelanjang dada, dan bercelana panjang, membuat Hera menghela napas kasar. Berbeda jauh dengan kondisinya yang hanya terbalut selimut.
Mengabaikan itu, Hera kembali pada topik utamanya.
"Jelas-jelas kita kenal dalam satu bulan. Dan itupun dalam satu bulan frekuensi pertemuan kita hanya dua kali. Saat kau mengajakku menikah, jujur aku terkejut tapi tak urung juga menerima ajakan itu. Kau tahu alasan dibalik aku menerima mu?" tanya Hera. Wanita itu terlihat tidak sabar mendengar respon dari Rick.
"Tahu."
"Apa?"
"Ingin mencari kebebasan kan?"
Mendengar itu Hera bersorak gembira, Rick--suaminya mengetahui keinginannya. Jadi tidak perlu repot-repot memberitahunya.
"Aku tidak menyesal menerima ajakan nikah darimu. Nyatanya inilah kebebasan sesungguhnya, setelah ini kamu bebas akan hidupmu begitupun aku yang bebas dengan hidupku. Mari anggap pernikahan ini hanya status saja Rick. Dan kau bisa bebas bermain dengan wanita manapun yang kau mau. Aku tidak akan cemburu dan melarang, kita bebas." jelas Hera dengan antusiasnya. Dan Rick yang mendengarnya hanya tersenyum miring, setelah ini entah Hera akan mengubah kalimatnya atau tidak, mengenai menyesal tidaknya akan pernikahan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding
RomanceHera Aurora, wanita keras kepala yang mau menikah hanya karena ingin terbebas dari belenggu keluarganya. Bagi dia, kebahasaan sesungguhnya adalah pernikahan. Dimana dia bukan lagi tanggung jawab orangtunya, melainkan suaminya. Tapi tepat setelah mal...