5. Bayang

12 4 0
                                    

Hai hai hai, ketemu lagi sama manusia yang nggak ada capenya nge-halu, giliran suru kerjain tugas nggak mau.

Oke, next. Komentar setiap paragrafnya, kalo nggak mau ya terserah, aku mah nggak maksa 😃

Mari membaca!

🌳

Kini, Damar berada di ruang UKS. Sebetulnya, sedari tadi anak-anak sudah kembali ke habitatnya masing-masing. Jadi, sekolah ini sudah sepi, hanya ada beberapa murid yang sedang latihan eskul.

Damar merenung. Pikirannya benar-benar kosong. Raut wajahnya sungguh datar. Wajahnya pucat seperti mayat hidup, juga beberapa lebam di mukanya.

"Siapa coba nyuruh mukul si Tara?"

"Lah mana gue tahu!"

"Gue kesel sama si Tara! Pasti dia yang ngirim chat kayak gini! Maksudnya apa coba?"

"Lo kenapa sih tiba-tiba habisin si Tara? Udah tahu dia anak kepala sekolah, jadi dipoin kan kita!"

"Eh anjing! Kok jadi nyalahin gue?!"

"Stop! Ribut mulu heran. Bisa diem nggak?"

"Lo yang diem! Gara-gara lo, kita jadi menderita!"

"Iya! Mangkanya jadi orang jangan sok baik!"

"Gue yang bikin kita terkenal di sekolah. Apa kalian nggak ngerasa, hah?"

"Argh! Jadi orang baik itu nggak ada gunanya!"

"Kalian udah capek jadi orang baik?"

"Iya, capek! Kenapa?"

"Oke, kita akhiri aja, apa susahnya?"

"Okeh, siapa takut."

Damar tersenyum kecut ketika melihat bayangannya yang hambar di cermin. Ia sudah lelah menjadi orang baik. Orang mungkin mengira jadi orang bereputasi 'baik' itu membuat bahagia. Namun bagi Damar itu semua hanya bulshit.

Atensinya teralihkan kala ia melihat sebuah cutter di dalam toples bening milik anak PMR. Tanpa ragu, Damar beranjak dari kasur. Dan, berniat membuka toples itu.

Cutter kecil berwarna kuning itu ia tempelkan di pergelangan tangannya. Dengan sedikit tekanan, darah segar pasti akan keluar.

Ceklek

"Damar!"

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejakmu di sini ya 👇

Kamis, 1 April 2021




DAMAR (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang