1. Olimpiade

29 7 3
                                    

Hai, aku manusia yang selalu terhanyut dalam imajinasinya.

Siap komen di setiap paragraf?

Lets read!

🌳

Hatinya senang layaknya langit cerah di luar sana. Biru terang, tidak ada awan-awan yang menggelantung di atas sana. Nampak dari jendela besar dalam kantor kepala sekolah.

"Damar!" Sebuah panggilan itu sukses membuat Damar terpelonjak dari duduknya.

"Eh, Bu Rihsa!" Lelaki itu mencium punggung tangan wanita paruh baya yang tengah membawa dokumen-dokumen penting dan berjalan ke kursinya yang berhadapan dengan--Damar.

Damaro Zeedayan. Nama laki-laki itu. Salah satu murid SMA Harapan Bangsa, kelas 11 Mipa 3. Biasanya, anak-anak laki-laki remaja sma pasti brutal dan susah diatur. Namun, Damar berbeda dari yang lain. Ia selalu patuh pada guru. Sering jadi juara kelas, bahkan lebih kerennya lagi, Damar pernah jadi brand ambasador sekolahnya ketika sekolahnya masuk ajaran baru.

"Damar, apa kamu yakin mau ikut olimpiade mipa ini?" tanya Bu Risha agak cemas.

"Saya yakin bu," jawab Damar mengangguk bersemangat.

"Tapi, olimpiade matematika juga sebentar lagi, apa kamu bisa mengatur waktu belajarmu?" Jujur, Bu Risha agak khawatir Damar mengikuti dua olimpiade sekaligus. Cemas kalau-kalau, dampaknya malah negatif bagi Damar.

Selain tampan, Damar juga memiliki otak yang sangat cair. Selalu memenangkan olimpiade-olimpiade antar sekolah sampai antar provinsi. Guru-guru SMA Harapan Bangsa sangat bangga memiliki anak murid yang seperti Damar.

"Emm ... keputusan saya sudah bulat bu. Saya mau ikut dua-duanya," Seraya mengukir senyum sumringah.

"Emm ... apa yang buat kamu bersemangat untuk memgikuti olimpiade-olimpiade seperti ini?" Tatapan Bu Risha mulai serius. Sebenarnya apa yang membuat Damar sangat ambisius mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba-lomba?

Damar mematung seketika mendengar pertanyaan yang cukup 'sensitif' bagi dirinya.

"Apa pertanyaan ibu salah?"

Buyar, "Ah, eng-enggak kok bu. Emm ... sa-saya cuma mau buat orang tua saya bahagia, gitu aja."

Dahi Bu Risha mengerut. Kenapa dia jadi tiba-tiba gugup gitu? Pasti ada sesuatu batin Bu Risha menerka-nerka.

Sebuah senyuman terbit di wajah Bu Risha. "Baiklah, kalau begitu besok kamu kesini lagi ya."

"Baik bu, saya permisi."

Tanpa kedua manusia itu sadari, ada yang menguping dari balik pintu ruang kepala sekolah. Saat Damar keluar, orang itu sudah tiada.

Buat banggain orang tua? Hah, itu cuma bulshit! batin orang itu merutuk.

Bersambung...

Senin, 22 Maret 2021

Jangan lupa tinggalin jejak kamu di sini ya 👇 ^^

DAMAR (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang