2. Acuh

21 5 1
                                    

Haloo, gimana kabarnya? Sehat? Semoga selalu sehat dan jangan lupa untuk tersenyum. Semoga hari-harimu bahagia^^

Siap komentar di setiap paragrafnya?

Selamat membaca!

🌳

Ting nong

Ponsel Damar yang tergeletak di meja berbunyi. Menganggu keseriusan belajar pria 16 tahun ini. Tangannya tergerak untuk mengambil telepon genggamnya.

WhatsApp

Amar
Lo seneng ya kalo gue udah mati?

Di tengah larutnya malam, ada saja yang tiba-tiba mengirim pesan seperti ini. Dahinya mengerut. Kepalanya langsung dipenuhi pertanyaan-pertanyaan aneh.

Amar kan udah meninggal, kok? Bi- ah kayaknya gue kecapean gue harus tidur Damar membatin. Berusaha menepis pikiran negatifnya. Ia melihat jam dinding yang terpajang di dinding kamarnya. Jarum jam menunjukkan ke angka 2. Damar membereskan buku-buku dan menyimpannya ke tempat yang semestinya.

Membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan tangan masih memegang ponsel. Ia berniat untuk memasang alarm pukul 5 pagi. Namun, dering notifikasi berbunyi lagi.

WhatsApp

Amar
Gue nggak nyangka Mar, lo bakal seseneng itu kalo gue mati

Apaan sih anjeng? Lo kan udah mati. Batinnya kesal. Kepalanya yang berat dengan pelajaran tambah berat karena 2 pesan yang seakan menerornya. Dia memutuskan untuk mematikan hp nya di nakas dan buru-buru tidur.

🌳

"Kenapa? Apa dia sibuk, sampe-sampe pesan dari gue nggak dibaca? Orang macam apa kalo gitu?" Damar bermonolog.

Lagi-lagi tempat yang sunyi yang disinggahi. Tempat yang jarang sekali dijamah oleh rakyat SMA Harapan Bangsa. Mungkin dari 100 persen rakyat hanya 0,001 persen yang sering datang ke tempat ini.

Perpustakaan sekolah. Tadinya, Damar ingin menyendiri di loteng, namun ia sadar bahwa itu adalah markasnya the most wanted. Sebagai murid yang dipandang sempurna oleh guru-guru, Damar jelas tak mau terjerumus ke dalam geng itu.

Bisa-bisa reputasinya hancur di mata guru.

Bermenit-menit lamanya. Damar belum juga mendapat balasan chat dari ayahnya. Pengumuman Olimpiade Matematika sudah diumumkan satu sekolah.

WhatsApp

AYAH

Yah, damar udah penuhi permintaan ayah
Damar juara satu olimpiade matematika se-provinsi yah
Yah
Yah
Ayah seneng gk?
Kok ayah diem aja?

Lama-lama kesal juga menatap ponsel yang sedari tadi belum juga berbunyi.

"Apatis! Kesel gua!" dumel Damar sendirian di perpustakaan. Damar menutup chat itu. Dan berniat memasukkannya ke saku celana.
Namun ... dering notifikasi berbunyi.

Ting nong

Ternyata notifikasi itu bukan berasal dari ayahnya.

WhatsApp

Amar
Brengsek lo!

"Eh monyet! Lo kan udah mati, bisa-bisanya lo ngechat!" Sembari mendorong bangku yang berjejer di perpustakaan. Bunyi berisik memekik ke seluruh penjuru ruangan.

"Hei! Harap tenang!" titah penjaga perpustakaan--Pak Fatih.

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejakmu di sini ya (○_^) 👇

Selasa, 23 Maret 2021-

DAMAR (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang