Hari ini tidak begitu buruk ternyata, sekolah berjalan normal. Aku menendang kerikil di depan ku. Kuharap aku tidak tersesat untuk sampai kerumah. Saat berangkat sekolah tadi aku sudah cukup mengingat jalanan nya. Sekolahku sekitar 800 meter dari rumah. Untuk kembali ke rumah cukup lurus, hingga bertemu pertigaan dan belok kiri, melewati toko kelontong kecil dan menaiki jalanan menanjak, disitulah rumahku. Aku masih mengingatnyaAku menatap sekitar, ada pertigaan. Cukup belok kiri saja. 10 menit aku berjalan tapi tidak kunjung kutemukan toko kelontong itu. Disekitarku tampak kedai kecil dan rumah rumah warga. ini jelas bukan daerah rumahku.
Aku tersesat.
Aku mengumpat dalam hati, kaki ku sudah pegal dan memutuskan duduk dibawah pohon pinggir jalan. Sore itu anginnya sejuk, air minum ku yang tinggal setengah botol kuhabis kan dalam sekali minum. Tersesat itu kan wajar, lagipula aku kan penghuni baru di kota ini. Aku dan Ayah pindah setiap tahun, itu sebabnya aku selalu berganti ganti sekolah dan tidak punya teman. Tapi kurasa kota ini akan jadi yang terakhir.
Aku memutuskan berjalan lagi, mengikuti insting yang entah kemana akan membawaku. Pemukiman ini terlihat nyaman, ada banyak per-tokoan dan rumah rumah disini sangat terawat. Pasti menyenangkan tinggal di daerah ini.
Aku berhenti di depan sebuah toko buku. Dari luar pintu kaca aku bisa melihat banyak buku tersusun rapi. Luar biasa! Bagaimana mungkin aku bisa menolak pesona sebuah toko buku. Aku melangkahkan kakiku dan mendorong sebuah pintu kaca yang memunculkan suara denting bel ketika di buka.
Di toko yang ukurannya sekitar 4x6 meter itu tersusun banyak rak rak buku, Aku mendongak ke atas, tinggi raknya mencapai atap. Lorong lorongnya lumayan sempit namun masih mudah di lewati. Toko ini terlihat tua namun terawat dengan baik. Aku menelusuri salah satu rak buku yang diatasnya terdapat papan bertuliskan 'buku fiksi' Astaga aku ingin tinggal di sini saja rasanya.
"Selamat datang di toko kami!" Terdengar suara seorang laki laki yang baru keluar dari balik pintu kasir "Ah Nala! Itu kamu?"
Aku menoleh ke arah suara yang tidak begitu asing.
Aksara?