¤
¤
¤««Basket»»
Aldan menatap gerbang sekolah di depannya, dengan duduk diatas motor miliknya. Sesungguhnya ia enggan untuk datang ke sekolah ini, terlebih ini adalah sekolah Alkhis, musuhnya.
Sekarang ia menggunakan baju basket dari sekolahnya, ia sengaja datang lebih awal ke sekolah ini dari pada menunggu teman-temannya dan para suporter beserta guru yang sengaja diikutkan untuk meriahkan perlombaan ini.
Sekolah ini tampak mulai ramai, beberapa yang datang ada dari sekolah lain juga. Aldan mengedarkan pandangannya dan melihat Zela menggunakan seragam sekolah Alkhis sedang berlari ke arahnya.
Setelah mengatur nafasnya, Zela menatap Aldan dengan senyumannya.
"Kak Aldan, ngapain di sini? Ini kan sekolah baru Zela, terus kakak juga pakai baju basket mau ngapain? Main basket, kan ini bukan sekolah kakak"
"Menurut lo? Udah lo masuk sana, entar gue dikeroyok lagi" Ucap Aldan sambil mengusir gadis didepannya. Ia sudah tau kalau gadis itu akan bersekolah disini, sama seperti kakaknya.
Zela mengerucutkan bibirnya, dan pergi meninggalkan Aldan dengan kaki yang sengaja ia hentak-hentakkan.
Sekarang di lapangan basket SMA Harapan Sakti, berdiri dua tim dari perwakilan masing-masing sekolah. Entah takdir atau apa, kedua pemimpin basket dari dua sekolah itu dipersatukan dalam permainan basket kali ini.
Mereka saling menatap satu sama lain, terlihat dendam diantara keduanya.
"Lo masih bisa hidup tenang disaat lo udah buat adek lo terpisah dari keluarganya sendiri? Gue nggak nyangka bro" Aldan mengucapkan itu dengan senyum smirknya, dan ia juga sudah berhasil membangunkan singa dalam tubuh Alkhis.
Bunyi peluit dari wasit dan bola yang dilemparkan keatas mereka, membuat keduanya sadar akan dimulainya permainan itu. Kedua tim bermain dengan lincah. Dilihat dari cara bermainnya, mereka memiliki skill yang sama sehingga poin yang mereka cetak selalu sama hingga babak dua.
Kali ini Alkhis bermain dengan keras, emosi yang sejak awal ia bendung kini ia tumpahkan di permainan itu. Dan membuat lawannya sedikit kekalahan.
Angga memandang aneh ke cara bermain Alkhis yang tak seperti biasanya. Jika biasanya ia selalu bermain dengan melibatkan timnya, sekarang tidak terjadi lagi. Sampai saat mereka memenangkan perlombaan, ia melihat binar emosi dalam mata sepupunya itu, dan melihatnya menghampiri Aldan.
Seketika seluruh para suporter dibuat histeris dengan perkelahian antara dua kapten itu.
Beberapa kali Aldan terjatuh dan berhasil memberikan bogeman pada Alkhis, tak juga membuat ia berhenti memancing emosi Alkhis.
"Kenapa? Lo nggak terima kalau gue bilang, lo yang buat adek lo hilang? Emang kenyataannya gitu, LO MASIH BISA HIDUP TENANG DISAAT DIA NGGAK TAU DIA DIMANA" Ucap Aldan dengan berteriak.
Alkhis seketika terdiam, dan menatap Aldan dengan tatapan mautnya yang tak berekspresi. "Lo emang benar, gue adalah kakak yang paling bego, dan asal lo tau, GUE NGGAK PERNAH HIDUP DENGAN TENANG"
"Bagus deh kalau gitu, walaupun itu nggak akan pernah sebanding dengan yang dia rasakan" Aldan pergi dari lautan manusia yang menonton ia berkelahi, dan berjalan ke arah parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Bernyawa
Teen FictionJika seseorang merasa bahagia di manapun, tapi percayalah jika orang itu masih merasa belum lengkap. Sama seperti Lolyta Safa Mentari, gadis cantik dan cerdas yang hidupnya belum pernah merasa kebahagiaan yang lengkap. Kalian pasti tau, kebahagian y...