°
Pagi ini Jimin terbangun dengan lengan Jeongguk yang masih melingkar di pinggangnya. Kencannya bersama Jeongguk kemarin sangat menyenangkan. Mereka berdua bahkan sempat tertidur di atas rumput, sampai akhirnya mereka terbangun karena kedinginan. Lalu setelah mereka pulang ke apartemen Jimin, mereka langsung berendam air hangat. Yang berakhir dengan seks panas di dalam bak mandi.
Sudah lama, mereka tidak pergi kencan keluar. Biasanya hanya menghabiskan waktu di dalam apartemen, entah itu makan bersama atau nonton film. Rasanya seperti mereka kembali ke masa awal mereka pacaran.
Setelah sarapan dan selesai bersiap-siap, mereka berangkat ke kantor bersama.
Namun suasana hati Jimin yang baik terusik, oleh pesan dari nomor tidak di kenal yang masuk ke ponselnya.
Jimin menghela napasnya ketika melihat pesan teks dari Irene. Wanita itu begitu ingin pamer bisa menggunakan nama depan Jeongguk. Jimin sebenarnya malas datang, dia tidak ingin bertemu dengan wanita itu lagi setelah pertemuan mereka di pesta.
Tapi Irene bilang Jimin harus datang jika tidak ingin menyesal, Jimin tau ini pasti ada hubungannya dengan Jeongguk. Karena itulah saat ini dengan berat hati Jimin pergi ke tempat yang wanita itu inginkan.
Saat Jimin masuk ke dalam kafe dia melihat sekeliling, tidak memerlukan waktu lama Jimin dapat melihat Irene duduk di salah satu booth. Jimin berjalan ke arah wanita itu, lalu Jimin mendudukkan dirinya di kursi di hadapannya.
"Kopi?" Wanita itu bertanya ketika Jimin sudah duduk.
"Jangan basa-basi, katakan apa yang anda inginkan."
Wanita itu mengambil sesuatu dari tas kecilnya. Lalu memberikan sebuah amplop coklat ke hadapan Jimin.
Jimin mengangkat alisnya bingung.
"Buka" kata Irene sambil menunjuk ke arah amplop itu dengan matanya.
Jimin membuka amplop itu, lalu mengeluarkan isi di dalamnya. Jimin terkejut melihat isi amplop itu, foto - bukan hanya satu tapi banyak. Foto-foto dirinya bersama Jeongguk saat di parkiran mobil, di arena es, saat mereka berciuman di dekat sungai Han. Dan bahkan di depan apartemen Jimin.
"Anda memata-matai kami?" Jimin tidak percaya bahwa wanita ini bertindak terlalu jauh hingga memata-matai dirinya dan Jeongguk.
"Tinggalkan Jeongguk, atau semua foto ini akan ada di halaman depan majalah dan televisi."
Jimin menatap wanita di hadapannya dingin.
"Seorang pria beristri terlihat bermesraan dengan orang lain, terlebih lagi sesama pria. Tentu kamu sudah tau apa akibatnya jika semua orang tau tentang kalian. Orang-orang akan menggunakan kesempatan ini untuk menyingkirkan Jeongguk dari posisinya sekarang."
"Apa anda begitu putus asa, hingga menggunakan cara kotor seperti ini? Jimin mendengus tidak percaya.
"Aku akan melakukan apapun agar tetap bisa berada di samping Jeongguk. Sekarang pilihan ada di tangan kamu."
"Kalau pun nanti saya pergi, bukan karena ini" Jimin memasukkan kembali semua foto yang wanita itu berikan ke dalam amplop.
"Tapi karena saya percaya pada Jeongguk. Saya berpisah atau tidak dengan Jeongguk, tidak akan ada bedanya untuk anda. Bukankah sangat menyedihkan? usaha anda untuk memisahkan kami akan sia-sia"
Jimin melihat wajah wanita itu merah, dia yakin wanita itu mati-matian menahan emosinya karena ini tempat publik. Lalu Jimin berdiri dari tempat duduknya dan pergi dari sana tanpa mengatakan apapun lagi. Membawa amplop coklat itu bersamanya.
~
~
Jimin akhirnya yakin dengan keputusan yang akan dia ambil. Berat memang, tapi ini adalah keputusan yang terbaik. Jimin mempersiapkan surat pemunduran dirinya dari perusaan dan meminta Namjoon untuk membantunya.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Go
FanfictionJimin tau, Jungkook bukan miliknya. Tapi tau bukan berarti siap. Karena Jimin tidak akan pernah siap untuk melepaskan.