[02] HIDDEN LIGHT

212 30 3
                                    

Tirai yang menutupi jendela kaca itu terbuka. Memancarkan sinar cerah dari matahari sore, menerangi wajah wanita yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Tangan yang sudah di beri infus, dan nasal kanul yang tertancap di hidungnya. Matanya perlahan terbuka, penglihatannya sedikit kabur. Ia melihat langit-langit kamar rumah sakit yang berwarna putih. Aroma harum dari bunga lavender memenuhi kamar, membuat siapa saja betah berada di sana untuk menjaganya.

Di sampingnya, ada seorang perawat yang kembali menyuntikan cairan ke dalam infusnya. Perawat itu tidak menyadari jika pasien yang ada di depannya sudah setengah sadar.

Umji ingin berbicara, tapi mulutnya terasa berat. Ia hanya bisa menatap perawat itu. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk memberikan insyarat jika ia telah sadar.

"Nona Kim? Kamu sudah sadar?"

Perawat itu memeriksa Umji. Ingin memastikan jika Umji sudah sepenuhnya sadar. Setelah memeriksa, ia berlari keluar. Memanggil dokter yang akan memeriksa Umji lebih lanjut.

Dengan pandangan yang masih sedikit kabur. Umji melihat seorang dokter dan 4 orang perawat datang. Segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Umji tidak melihat orang tuanya di sana.
Hanya ada dia, seorang dokter, dan 4 perawat.

"Pasien sudah sadar. Segera panggil tuan Kim dan nyonya Shin."

Suara dokter itu terdengar ke telinga Umji.
Kembali teringat di otaknya, kejadian semalam. Yang membuatnya panik, bahkan sampai pingsan dan di rawat di rumah sakit.

Pada akhirnya, dokter dan semua perawat itu keluar. Meninggalkan Umji yang masih terbaring. Umji sudah di pastikan sadar sepenuhnya. Tapi tubuhnya masih lemah jika harus bergerak lebih banyak.

Di ruangan yang cukup besar itu, hanya ada Umji sendirian.
Ia menunggu ayah dan ibunya untuk datang. Sudah cukup lama, hingga pintu kamarnya terbuka. Umji segera melihat ke arah pintu itu.
Ternyata Sowon dan Insoeng, bukan ayah dan ibunya.

Sowon terlihat khawatir, ia memegang tangan Umji. Dan mengusap kepala sahabatnya itu.
"Kim Umji. Kamu baik-baik saja kan?"

Umji hanya mengangguk pelan, ia tidak menjawab dengan kata-kata.
Umji bisa melihat Inseong dan Sowon yang berada di sisinya.

"Ibu dan ayah mu pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Tapi jangan khawatir, aku dan Inseong akan menjaga mu. Kau tenang saja," kata Sowon.

Umji menggelengkan kepalanya. Ia berusaha membuka mulutnya untuk berbicara.
"Mereka bertengkar," ucap Umji terbata-bata. Air mata itu tiba-tiba saja mengalir dari mata Umji.

Sowon menatap Inseong yang ada di depannya. Ia tak tau ingin mengatakan apa lagi.
Seketika suasana kamar itu menjadi hening.

"Lupakan itu. Kita harus fokus kepada penyembuhan mu. Jangan terlalu memikirkannya. Mengerti?" Inseong berusaha untuk membuat Umji melupakan kejadian buruk yang terjadi semalam.

Umji tak menjawab. Ia kembali menatap langit-langit kamarnya.

"Permisi, nona Sowon. Dokter ingin berbicara denganmu," ucap seorang perawat yang tiba-tiba datang.

"Ah iya. Inseong, tolong jaga Umji sebentar."

Inseong mengiyakan ucapan Sowon. Ia duduk di samping ranjang Umji. Ia melihat Umji dengan seksama. Sedangkan wanita yang di lihatnya, hanya melihat ke atas.

Hidden Light [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang