[08] HIDDEN LIGHT

108 25 3
                                    

"Apa kau gila?" Tanya Ilhwa kepada suaminya.
Setelah makan malam yang baik, mereka berdua kembali bertengkar di ruang kerja.

"Umji harus mengetahuinya," jawab JinHo.

Ilhwa menghela nafasnya dan kembali mengambil nafas, ia menutup mukanya dan menangis, ia merasa putus asa dengan keadaannya sekarang.

"Ku mohon jangan sekarang. Umji baru saja sembuh!" Bentak Ilhwa emosional.

"Ilhwa, aku sudah menikah dengannya. Dia juga istri ku, dia harus tinggal di mana aku tinggal. Umji hanya perlu beradaptasi dengan suasana baru."

"Tetap saja itu tidak mudah untuknya. Apa kau pikir itu tidak menyakitkan? Apa kau pikir dia bisa menerima semuanya dengan mudah? Apakah kau tidak berpikir tentang kesehatan mentalnya?" Tanya Ilhwa sambil menatap JinHo.

JinHo terdiam menatap istrinya yang menangis tersedu-sedu.
"Apapun itu, Umji harus tau," ucap JinHo penuh penekanan.
Pria itu meninggalkan Ilhwa sendirian.

Ilhwa semakin menangis melihat tingkah suaminya yang keras kepala dan tidak pernah mendengar ucapannya.
"Maafkan ibu, Umji."

Sementara Umji, ia tengah membaca komik kesukaannya. Ia merasa lebih baik karena suasana rumah yang terlihat baik-baik saja, ruang makan yang sudah ramai karena JinHo yang mengajaknya mengobrol tidak seperti biasanya, ia juga melihat tawa Ilhwa.
Umji sempat berpikir jika ibu dan ayahnya tidak akur karena pertengkaran yang ia lihat malam itu.

Di sela-sela membaca komik, tiba-tiba handphonenya berdering.
Umji tersenyum lebar saat melihat nama seseorang yang ia tunggu-tunggu akhirnya menelepon dirinya.

"Halo? SeongHwa?"

"Umji, apa kabar? Maaf baru bisa menghubungi mu. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, aku sangat merindukanmu," jawab Umji dengan perasaan gembira.

"Bagaimana jika bertemu besok? Di cafe Sowon." SeongHwa mengajaknya untuk bertemu setelah cukup lama tidak bertemu.
Umji menyetujui itu, mereka membicarakan hal yang sudah lama tidak dibicarakan, tawa Umji telah kembali tanpa perasaan sedih.


***


"Terimakasih," ucap Inseong kepada pelanggannya yang telah pergi dari restoran keluarganya.

"Apa kau sudah selesai?" Tanya KiAe kepada Inseong yang membersihkan meja.

"Iya bu," jawab Insoeng.

"Terimakasih sudah membantu ibu," ucap KiAe kepada putra pertamanya.

"Iya, aku akan selalu membantu keluarga kita, jika aku mampu mengerjakannya," ucap Inseong tersenyum kearah KiAe.

"Ya ampun, senyuman putraku sangat manis." KiAe memuji ketampanan putranya.

"Hallo." Seorang wanita berbaju biru saat masuk kedalam restoran milik keluarga Jeong.

"Sowon?" Inseong menatap kehadiran Sowon dengan wajah yang bertanya-tanya.

"Ada apa?" Tanya Inseong kearah Sowon.

"Aku ingin berbicara denganmu," jawab Sowon seraya duduk dikursi makan.
Inseong menatap kearah KiAe yang berada dibelakangnya.

"Ah iya, aku akan kebelakang untuk mencuci, kalian silahkah mengobrol." KiAe pergi kebelakang, memberikan ruang untuk Inseong dan Sowon berbicara.

"Kau ingin berbicara apa?" Tanya Insoeng yang ikut duduk didepan Sowon.

"Aku sudah lama merasakannya. Aku bingung hingga aku tidak tidur semalaman, apa aku harus mengatakannya padamu atau tidak. Tapi, jika aku tidak mengatakannya padamu, itu semua membuatku tertekan," ucap Sowon tiba-tiba, membuat Inseong semakin bingung dengan apa yang diucapkan Sowon.

"Apa maksudmu?" Tanya Inseong mengerutkan keningnya.

"Aku menyukaimu," ucap Sowon.

"Aku tau kau mencintai Umji. Tapi aku harus mengatakan ini padamu, aku tidak bisa memendamnya terlalu lama. Tenang saja, aku tidak mengharapkan hubungan spesial." Sowon melanjutkan ucapannya, walaupun dalam hatinya ia menginginkan hubungan spesial dengan Inseong, ia berusaha menahannya.

"Sowon," panggil Insoeng saat sadar dari lamunannya.

"Iya?" tanya Sowon dengan wajah yang berharap jika Inseong menjawab sesuai dengan apa yang diharapkannya.

"Maafkan aku. Aku hanya menganggapmu teman," jawab Inseong dengan wajah yang tak enak hati.

Saat mendengar jawaban Inseong, Sowon berusaha tersenyum, walaupun dalam hatinya itu sangat menyakitkan.
"Tidak apa-apa. Aku sudah bilang aku tidak menginginkan harapan apapun darimu. Aku hanya ingin kamu tau jika aku menyukaimu." Sowon berkata sambil berusaha tersenyum.

"Aku akan menghilangkan perasaan ku padamu. Aku harap Umji juga membalas rasa cintamu," ujar Sowon seraya berdiri dari duduknya.

"Maaf sudah mengganggu waktumu. Aku pulang dulu." Sowon pamit lalu keluar dari restoran keluarga Insoeng.
Sosok Sowon dari mata Inseong mulai memudar.

Inseong bingung ingin berbuat apa, hal yang ia alami sekarang terjadi begitu saja. Sowon secara tiba-tiba mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Tapi apa yang harus ia harapkan dari Inseong yang mencintai Umji sejak sekolah menengah pertama.
Insoeng merasa bersalah karena melihat Sowon yang memendam perasaan itu sejak lama, tapi ia juga tidak bisa menerima Sowon tanpa rasa cinta.

Pria bermarga Jeong itu kembali kebelakang, menjumpai sang ibu yang tengah membasuh alat makan.
"Biar aku saja," ucap Inseong mengambil alih tempat cuci piring itu.

"Apa dia teman mu?" Tanya KiAe kepada putranya.
Inseong hanya mengangguk menanggapi pertanyaan itu.

"Dia menyukai mu kan?"
Inseong berbalik menatap KiAe yang tiba-tiba menanyakan hal seperti itu.

"Apa ibu menguping pembicaraan kami?" Tanya Inseong.

"Ibu tidak sengaja." KiAe menatap anaknya dan kembali menyambung ucapannya.
"Nak, kau tidak salah. Kau tidak mengkhianati nya kan? Dia juga mengatakan tidak menginginkan hubungan spesial antara kalian. Berhenti merasa bersalah," ucap KiAe sambil menepuk pundak putra sulungnya, ia kembali ke dapur membereskan apa saja yang akan ia bawa pulang ke rumah nya.

Inseong melamun ia memikirkan kembali apa yang di katakan ibunya, apakah benar ini salahnya atau bukan. Tapi, daripada melamun seperti itu, ia kembali mencuci piring dan berusaha melupakan hal itu.







































BERSAMBUNG

Hidden Light [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang