"Dokter Bunga, pasien yang baru saja masuk harus segera di operasi. Tapi perwaliannya mengatakan yang diselamatkan harus satunya lagi."
"Ada dua orang?"
"Iya."
Bunga segera melangkah masuk dan memeriksa keduanya. Semuanya memang terluka parah, tapi yang lebih parah memang yang terkena tembakan pada kaki kirinya. Dan satunya lagi dibagian kanan tangannya.
"Kita berikan pertolongan keduanya. Saya butuh Dokter Pandu."
"Dokter Pandu sedang menangani pasien yang lain."
Bunga menatap Rio yang kini telah menginformasi hal itu. Suasana IGD sore ini memang sangat rame. Padahal mereka kekurangan dokter.
"Baik kamu bantu saya untuk menangani ini semua."
"Siap."
*****
Bunga mengernyitkan kening saat melihat siapa perwalian dari dua pasien tadi. Polisi yang kemarin mengantarkannya pulang. Saka.
"Jadi, mereka semua?"
Bunga menatap Saka yang tengah menandatangi berkas pendaftaran.
"Satunya perampok yang berhasil kami ringkus, dan satunya partner kami bekerja."
Bunga menganggukkan kepala menatap Saka yang tengah serius mengisi formulir pendaftaran.
"Saya menginformasikan yang bernama Gito, harus di opname dulu karena luka di kakinya parah. Dan untuk yang bernama Randi sudah bisa rawat jalan. Nanti saya..."
"Kenapa Gito harus dirawat? Kami segera akan membawanya ke kantor untuk penyelidikan lebih lanjut."
Ucapan Saka membuat Bunga menatapnya. Pria yang sore ini mengenakan jaket kulit warna hitam serta kaos hitam itu tampak menyeramkan baginya. Tatapannya tajam dan penuh dengan intimidasi. Tapi dari awal Bunga juga tidak nyaman dengan Saka. Karena pria itulah yang membawanya ke seluruh peristiwa dua kali berturut-turut dan itu membuat Bunga menjadi sedikit trauma. Apalagi, kemarin saat Dika mengaku kalau dia juga terlibat. Sungguh hancur dunianya. Bahkan Bunga merasa malu harus bertemu dengan Saka lagi.
"Pasien perlu perawatan Pak."
Jawaban tegas Bunga membuat Saja mengernyitkan kening. Tapi kemudian menganggukkan kepala.
"Baik. Kami akan mengirimkan polisi untuk mengawasinya. Bagaimanapun ini tersangka."
Bunga menyetujuinya "Silakan lakukan sesuai prosedur. Tapi bagi kami, siapapun yang masuk ke sini untuk diperiksa dan diobati adalah pasien dan kami tidak akan membedakannya. Baik itu penjahat ataupun tidak."
*****
Bunga akhirnya meregangkan tangannya. Sejak tadi berada di IGD membuat tubuhnya terasa begitu lelah. Ada dua dokter magang yang tidak masuk dan dia harus menghandle semuanya. Kini setelah shiftnya berakhir, hari sudah terlalu larut malam. Akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di tempat yang telah disediakan untuk para dokter kalau situasi memang mendesak mereka untuk tidak pulang.
Baru saja akan merebahkan tubuhnya dering ponsel membuatnya kembali terjaga. Dia melirik ponsel yang ada di sampingnya dan menjawab.
"Halo, Nye, ini Mama. Kamu kenapa dari sore tadi nggak bisa dihubungi?"
"Owh, Ma Anye lagi selesai shift. Ada apa?"
"Mama denger kasus pacar kamu itu si Dika. Tante Tika sendiri yang menelepon Mama. Astaga Nye, kamu nggak ikut terseret kan?"
Bunga memijit pelipisnya mendengar suara khawatir Mamanya. Sebenarnya keluarganya dan keluarga Dika itu saling kenal. Makanya selama ini dia tidak ragu menjalin hubungan dengan Dika karena kedua keluarga merestui.
"Kemarin Anye sempet dimintai keterangan Ma. Cuma semua udah beres kok. Mama nggak usah khawatir."
Ada helaan di ujung sana "Kamu baik-baik saja kan sayang? Mama nggak nyangka Dika jadi begitu. Kamu yang sabar ya? Udah nggak usah dipikirin lagi itu cowok kayak Dika. Tadi Mama juga udah bicara sama Rika. Kalau Mama nggak mau anak mama nikah ama Dika."
Bunga sedikit tersenyum mendengar ucapan sang mama.
"Iya Ma. Udah ya, Bunga capek banget ini. Besok pas off Bunga pulang deh.""Baik sayang, jaga diri ya."
Bunga meletakkan ponselnya kembali ke atas bantal. Dia lalu memejamkan mata. Memang sangat menyedihkan kisah cintanya ini. Hanya saja dia tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Banyak hal yang harus dia prioritaskan. Termasuk pendidikan dan karirnya.
*****
Paginya, Bunga memang mendapatkan jatah off-nya. Saat bergegas keluar dari rumah sakit tidak sengaja dia melihat Saka. Pria itu sepertinya yang menjaga sendiri di sini. Tapi kemarin Bunga sempat melihat beberapa polisi juga yang berjaga di depan kamar perawatan tersangka.
Dia mencoba menghindar agar tidak terlihat, tapi...
"Dokter Bunga."
Sapaan itu membuat Bunga menghentikan langkahnya.
Lalu menatap Saka yang tampak menunggunya berbicara."Pagi, Pak Saka."
Saka menganggukkan kepala "Mau pulang?"
Bunga kembali menganggukkan kepala. Saka tampak mengedarkan pandangan ke sekitar tapi kemudian menatap Bunga lagi.
"Boleh bicara sebentar?"
Bunga mengernyitkan kening mendengar ucapan Saka. Ada perlu apa mereka berdua harus berbicara?
"Tentang?"
"Kekasih anda. Saya perlu info yang lebih."
Tapi Bunga segera menggelengkan kepala
"Masalah itu sudah kemarin saya utarakan semua di kantor polisi dan sepertinya tidak ada lagi yang perlu saya bicarakan. Permisi."Bunga segera melangkah menjauhi Saka. Dia tidak mau berada dalam situasi seperti ini. Baginya masalah Dika sudah tutup buku.
"Dokter Bunga."
Bunga tidak menghiraukan panggilan itu dia terus berjalan. Tapi kemudian teriakan Saka membuat Bunga sedikit menoleh ke belakang dan saat itulah tubuhnya tiba-tiba di tarik dan dengan cepat jatuh tersungkur di atas tubuh Saka. Nafasnya menderu bahkan dia masih begitu terkejut saat Saka sudah beranjak bangun lalu menghubungi seseorang kemudian menatap Bunga.
"Nggak apa-apa?"
Bunga hanya menganggukkan kepala karena memang buktinya dia tidak terluka sedikitpun. Yang terluka malah tangan Saka dan tampak berdarah. Tapi pria itu segera beranjak berdiri dan membantu Bunga.
"Anda terluka biar saya obati dan..."
Saka tampaknya tersadar dan menatap tangannya tapi kemudian menggelengkan kepala.
"Tidak ada waktu. Saya harus mengejar mobil tadi."
Dan sebelum Bunga bisa mengatakan apapun pria itu sudah berlalu dari hadapannya. Kenapa kalau mereka bertemu pasti situasinya seperti ini? Bunga menghela nafas dan meneruskan langkahnya. Bersinggungan dengan pria seperti Saka itu memang memacu adrenalin. Dia merapatkan sweater yang dipakainya, dia berharap tidak akan lagi bertemu dengan Saka.
Bersambung
Ramein yuk ramein
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKA
RomanceSAKA BUMI RESPATIH dan BUNGA ANYELIR PUTRI dipertemukan dalam keadaan yang tidak terduga. Dalam suatu kasus yang sedang ditangani Saka. Wanita yang pernah diselamatkannya adalah Dokter Bunga yang akhirnya menyelamatkan nyawanya. Bisakah dua orang d...