Bab 04 Perkenalan

4.7K 1.1K 47
                                    

Lagi-lagi Bunga terjebak di tengah hujan deras. Dia paling tidak suka kalau shiftnya berakhir dan harus menghadapi cuaca yang seperti saat ini.

"Dokter Bunga belum pulang?"

Pertanyaan Agung salah satu staf bagian administrasi yang melihatnya duduk termangu di kantin rumah sakit menyapanya. Bunga menggelengkan kepala.

"Belum. Masih ujan."

Agung ikut bergabung di depannya dan menarik kursi.

"Dokter beneran nggak apa-apa? Kok kemarin dengernya ikut kena peristiwa yang..."

Bunga tersenyum kali ini dan menggelengkan kepala.

"Udah clear sih, tapi karena itu kasus besar dan yah orang yang aku kenal termasuk TO makanya aku masih keseret sampai saat ini."

Bunga menghela nafas, gosip itu atau lebih tepatnya berita itu memang sudah menyebar. Kalau kekasihnya, Dika adalah salah satu orang yang termasuk dalam sindikat itu. Sejak pertemuan dengan Saka tempo hari yang mengabarkannya bahwa bisa jadi dia juga diincar, membuat hati Bunga tidak tenang. Bahkan karena berita ini, dia lebih memilih untuk diam ketika ada yang bertanya. Sebenarnya hubungannya dengan Dika memang hampir seluruh orang tahu. Siapa yang tidak kenal Dika? Pengusaha muda yang masuk dalam kriteria semua cewek. Ganteng, kaya dan mapan. Banyak yang mengatakan mereka serasi, tapi berita ini membuat pandangan orang menjadi berbeda.

"Yang sabar ya Dok."

Bunga hanya menganggukkan kepala. Saat itulah ponselnya berbunyi. Dia menatap ponsel yang ada di atas meja dan menemukan pesan pop up di sana.

08653217821 : Halo. Saya Saka. Ini nomer saya ya. Anyelir

Bunga mengernyitkan kening saat menatap pesan itu. Saka. Saat itulah Agung berpamitan karena masih ada urusan. Bunga menganggukkan kepalanya dan kini mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Bunga : Owh iya Pak...eh maksud saya Saka.

Bunga langsung menyimpan nomer itu. Dia menghela nafas lagi dan menatap hujan deras yang mengguyur di luar sana. Sebenarnya dia tidak baik- baik saja saat ini. Hatinya terluka karena Dika. Dan kehidupannya yang tidak berjalan lancar. Selama ini dia memang tidak begitu memperhatikan setiap kehidupan percintaannya. Yang cocok ya dilanjut yang nggak suka dengan kehidupannya yang serba tidak teratur ya diakhiri. Nah selama ini, Dika yang bisa menerimanya. Tapi kenyataannya pria itu juga menyimpan rahasia yang busuk.

Saka : Sedang di mana? Bisa ketemu

Bunga mengernyitkan kening saat membaca pesan yang lagi-lagi dikirimkan oleh Saka. Tapi kemudian dia mengetikkan sesuatu lagi.

Bunga : Masih di rumah sakit. Terjebak hujan

Saka : Saya jemput

*****

Tanpa basa basi memang. Pria itu datang masih dengan seragamnya. Menjemput Bunga dan membawanya ke cafe tempo hari tempat mereka bertemu
Bunga menurut karena ada yang ingin mereka bicarakan. Itu Saka yang bilang. Tapi setelah kopi pesanan mereka datang, Saka masih saja hanya terdiam.

"Jadi...ada perkembangan dari kasus kemarin?"

Bunga mencoba untuk mengajak bicara. Kali ini Saka menggelengkan kepala.

"Semua masih dalam proses. Mengenai anda yang menjadi target, kami juga masih mempelajari. Tapi jangan khawatir, anda aman."

Bunga makin bingung dengan penjelasan Saka. Jadi untuk apa mereka saat ini bertemu? Kalau tidak untuk membicarakan kasus itu.

"Berarti tidak ada yang akan dibicarakan?"

Mendengar pertanyaannya kali ini pria gagah di depannya menggelengkan kepala tapi kemudian mengangguk membuat Bunga makin bingung. Sikapnya yang datar membuat Bunga tidak bisa menerka.

"Ehmm saya hanya ingin, berkenalan. Dengan penolong saya."

Itulah yang diucapkan Saka membuat Bunga kali ini tersenyum. Pria di depannya ini memang kaku.

"Wah makasih. Padahal nggak perlu seperti itu. Tugas saya memang menolong."

Saka hanya mengangkat satu alisnya mendengar ucapan Bunga. Tapi Bunga tahu, pria di depannya ini tulus.

"Kalau saya ingin mengenal lebih dekat boleh?"

Sungguh, pria yang langsung pada intinya. Tidak ada basa basi sama sekali. Ini termasuk pendekatan?

Bunga tergeragap dengan pertanyaan itu. Dia mengambil cappucino miliknya dan menyesapnya. Saka masih terus menatapnya dan menunggu jawabannya. Hal itu membuat Bunga sedikit merasa malu.

"Maksud anda?"

Akhirnya Bunga mengatakan hal itu. Membuat Saka yang masih menatapnya mengerjap. Pria itu kini menegakkan tubuhnya dan menyugar rambutnya.

"Lebih dekat sebagai pria dan wanita. Bolehkah?"

Astaga. Kenapa dia sangat gamblang dan tegas?, Pikir Bunga dengan terkejut. Dia belum pernah didekati seorang pria yang terlihat begitu langsung tanpa basa basi.

"Boleh. Tapi kita kan baru...."

Saka memotong ucapan Bunga dengan menganggukkan kepala.

"Baiklah. Saya, Saka Bumi... Siap menjadi pelindung anda. Anyelir."

Saka mengulurkan tangan dan membuat Bunga makin terkejut. Tapi dia kemudian mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Saka. Tangan itu terasa hangat dan mantap saat menggenggam jemarinya.

"Bunga Anyelir."

Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang saat ini. Secepat inikah?

Bersambung

Ramein yuk... Kenalin cerita ini ke temen kalian ya biar rameee...

Biar semangat ketiknya...

Follow akun ceptybrown juga ya ...

SAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang