Juni 2017 (2) - Final

554 82 9
                                    

Prom. Sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu murid tahun terakhir di SMA. Sebuah momen kebersamaan terakhir yang dibalut dengan glamour dan suasana romantis. Biasanya, prom juga dijadikan kesempatan bagi mereka untuk melakukan hal yang selama tiga tahun belum pernah mereka lakukan. Untuk berdandan total bagi para murid perempuan dan membuat semua orang pangling, untuk mengajak pujaan hati datang bersama, berfoto bersama, dan berdansa bersama, juga mungkin kesempatan untuk menyatakan perasaan yang selama ini terpendam.

Dibalut gaun krem keemasan berpotongan asimetris yang memeluk tubuhnya dengan pas, Freya juga terlihat bersemangat menyambut acara malam ini. Gaun yang dipakainya adalah gaun custom made yang sudah disiapkan beberapa bulan lalu. Ia juga membayar jasa MUA untuk menyulap wajahnya menjadi semakin memesona.

Usaha maksimalnya berhasil karena Eros terlihat terpana begitu ia menemui cowok itu di ruang tamu. Matanya tidak pernah lepas dari Freya, dan ia mendadak kesulitan menyusun kalimat. Hal yang juga dirasakan Freya ketika melihat Eros dalam balutan tuxedo hitam yang sangat cocok dengan tubuhnya yang proporsional. Eros terlihat seperti baru saja keluar dari majalah dan Freya harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh terlalu lama mengagumi mantan. Haram hukumnya.

"Kamu cantik," akhirnya Eros bisa menyusun kata-kata dengan benar.

Freya berusaha untuk tidak tersipu. "Thanks."

Mungkin mereka berdua terlihat aneh karena tetap berangkat prom bersama di saat hubungan sudah kandas. Freya sendiri sudah mencoret Eros sebagai calon pasangan promnya sejak ia mengucapkan kata pisah sebulan lalu. Tapi, setelah pertemuan mereka kemarin sore, entah bagaimana caranya, mereka setuju untuk menjadi pasangan satu sama lain.

Pertemuan mereka kemarin berlangsung cukup lama. Begitu banyak yang mereka bicarakan, baik dari sisi Freya maupun Eros. Keduanya saling mengucap maaf dan mengakui kesalahan masing-masing.

Tapi ternyata, hal itu tetap tidak mengubah banyak hal.

"Aku yakin kita punya ekspektasi masing-masing untuk hubungan ini, Ya. Dan yang salah di antara kita adalah, kita merasa kalau satu sama lain nggak bisa memenuhi ekspektasi yang kita buat sendiri," jelas Eros waktu itu setelah mereka sama-sama mengakui kesalahan. "Aku nggak bisa memenuhi ekspektasi kamu, dan kamu juga nggak bisa memenuhi ekspektasiku."

Semua yang dikatakan Eros memang benar. Tetapi, kenyataan itu tetap menyakitkan hati. Bagaimanapun bentuknya, apapun alasannya, berpisah tetap menyakitkan. Terlebih ketika mereka masih saling menyayangi, tetapi tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan karena dengan bersama, mereka hanya akan saling menyakiti.

"Jadi, segini aja, nih, kita?" tanya Freya. Matanya menatap Eros sedih.

Eros mengangguk yakin, walau ada gurat-gurat sendu di wajahnya. "Iya, mungkin kita segini aja."

Sekarang, sehari setelah percakapan panjang itu, Freya masih kesulitan mengendalikan perasaannya. Ya, Eros memang menyakitinya, tetapi ia tetaplah orang yang sama yang membuatnya jatuh cinta.

Tetapi, Freya tidak punya banyak waktu untuk bergalau ria karena sahabat-sahabatnya langsung menyambutnya dengan heboh begitu ia keluar dari mobil Eros. Tanpa menghiraukan Eros yang berada di sampingnya, mereka menyeret Freya begitu saja, memaksanya untuk menikmati prom sepenuhnya dan bersenang-senang hingga tengah malam nanti.

"Gue ngeluarin duit buat bayar DJ bukan biar lo galau, Frey. Pokoknya lo nggak boleh sedih malam ini!" Sheina berteriak mengalahkan musik yang menghentak-hentak di sekeliling mereka. Freya tertawa. Rasanya ia ingin memeluk sahabatnya satu-persatu karena selalu ada untuknya.

Walaupun mereka berangkat sebagai pasangan masing-masing, sepanjang malam itu, Freya hampir tidak pernah terlihat bersama Eros. Ia terlalu sibuk tertawa-tawa dengan sahabatnya, berfoto dengan teman-teman sekelasnya, bahkan tidak sekali dua kali ia memberikan tanda tangannya untuk beberapa teman seangkatan dari kelas lain. Yang terakhir itu berhasil membuat Freya geleng-geleng kepala dan tidak bisa menahan tawa gelinya.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang