Kriiing... Kriing...
Suara jam beker kecil menandakan waktunya untuk bangun. Bella membuka matanya lebar-lebar. Hari ini ia merasa sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah. Sepanjang perjalanan ia menyunggingkan senyum, membuat teman-temannya yang melihat curiga atau sesekali berbisik kepada teman di sebelahnya. Bella tak peduli, hingga ia tak sengaja menyunggingkan senyum ke arah pemilik mata coklat tersebut. Buru-buru ia menghilangkan senyuman di wajahnya dan melewati Heinz, namun Heinz terlihat tak acuh. 'Tunggu, kenapa juga aku mesti salah tingkah di depan orang itu,' pikir Bella dalam hati.
Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Heinz. Namun, belum sempat Bella mengucapkan sepatah kata, seseorang memanggilnya.
"Bell!"
Ialah Lili yang segera berlari menuju ke arahnya. Heinz yang melihat Bella seperti ingin berbicara, menunggunya mengatakan sesuatu.
"Eh, aku ganggu ya Bell?" tanya Lili bingung melihat Heinz dan Bella saling berhadapan.
Bella mengatupkan bibirnya, lalu tersenyum menatap Lili, "Ngga kok, yuk ke kelas." Ia menarik tangan Lili menuju kelas.
"Eh, kenapa? Gak jadi ngomong sama Heinz gara-gara aku?"
"Nggak kok, aku tadi cuman mau tanya tugas fisika kemarin, tapi gak jadi."
"Hah? Beneran? Aku mencium bau-bau mencurigakan diantara kalian nih. Cerita dong Bell, kenapa sih?"
"Ih, apaan sih, Lili!" gerutu Bella yang disambut dengan tawa jail Lili. Sepanjang pagi itu Lili terus menggoda sahabatnya.
TEEEETTTT...
Bel istirahat berbunyi, Bella langsung mengambil langkah seribu menuju ruang komputer, namun di tengah jalan ia berbalik kembali ke kelas karena ingat tidak membawa botol minum dan camilan untuk menemaninya chatting bersama Ayah dan Ibunya. Ruangan komputer hari ini lengang. Ia melihat komputer nomor tiga belas, karena hanya di komputer itu ada applikasi chatting MiRH yang dimaksud Bella, applikasi chatting anonim.
Komputer tersebut ternyata digunakan oleh seorang anak laki-laki. Ia menggigit bibirnya, melihat jam di dinding, ini pukul 12.10, tidak sempat kalau mencoba mengunduh applikasi itu di komputer lain, lagipula ia terlalu malas melakukannya. Bella lalu mulai menghampiri anak laki-laki tersebut.
"Maaf, aku memerlukan komputer ini. Bisakah aku menggunakannya?"
Anak lelaki tersebut membalikkan badannya, "Kamu kan bisa menggunakan komputer lain di ruangan ini."
Bella terkejut, ternyata yang menggunakannya adalah Heinz, 'Ha! Bagus juga dia muncul di sini sekarang!'
"Aku memerlukan komputer ini. Apa salahnya kalau kamu saja yang menggunakan komputer lain." Sergah Bella.
"Kenapa harus aku yang pindah? aku menggunakan komputer ini lebih dulu." Ucap Heinz santai.
Bella menggigit bibirnya lagi, "Karena ini satu-satunya komputer yang ada applikasi chat MiRH." Jawab Bella.
"Oh ya? Apa itu?" tanpa menunggu jawaban Bella, Heinz mencari applikasi tersebut, kemudian membukanya.
Username applikasi tersebut masih username Bella, karena memang yang memakai applikasi tersebut di sini sepertinya hanya Bella saja. Applikasi chat anonim tersebut memang applikasi jadul, tidak banyak anak muda sekarang yang masih menggunakannya, terlebih karena applikasi itu hanya mengirim teks saja, tidak bisa mengirim gambar, suara atau stiker-stiker.
R_ : [ Hai sayang ]
Room chat baru tiba-tiba muncul di layar komputer. Jantung Bella seperti mau copot, ia refleks menutupi layar komputer dari pandangan Heinz. Terlambat, Heinz sudah melihat isi chat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspedisi Beku
خيال (فانتازيا)Demi bertemu dengan kedua orang tuanya, akhirnya Bella memutuskan sebuah ide gila, menyusul mereka ke Arktika. Namun tak disangka-sangka, dalam perjalanan Bella malah bertemu dengan Lili, sahabat baiknya, dan Heinz, lelaki berdarah Jerman yang menyu...