Ruang tengah sudah terlihat rapi dibandingkan sebelumnya yang dipenuhi oleh mainan. Yerim memijat pinggangnya selesai membereskan kekacauan yang dibuat Iel, sebentar lagi Jungkook pulang dari kantor dan dia belum memasak apapun sekarang karena terlalu sibuk.
Kakinya melangkah ke kamar Iel yang terletak di samping kamarnya, "Iel, sudah selesai mandinya?" Tanya Yerim saat membuka pintu. Tadi sebelum membereskan rumah dia sudah memandikan Iel lebih dulu dalam artian membantu memakai sabun dan sampo sampai membersihkannya kembali, tapi Iel meminta sedikit waktu untuk bermain dengan bebek-bebeknya, jadi Yerim menyetujui asal jangan terlalu lama.
"Sudah sayang. Nanti kulit Iel keriput." Yerim mengangkat bocah itu dari bathtub, menyimpan kembali bebek-bebeknya dengan rapi sebelum membungkus Iel dengan handuk dan meraihnya ke dalam gendongan.
"Mommy, bebek Iel kenapa kuning semua? Iel kan mau yang warna ungu." Tanyanya pada sang mommy sembari memainkan rambut Yerim.
"Loh memangnya Iel sudah pernah lihat bebek warnanya ungu?" Yerim bertanya kembali, untuk membuat Iel paham pada pemkirannya sendiri. Iel dijatuhkan di kasur, nampaknya masih mencoba berpikir mengenai jawaban atas pertanyaan Yerim. Sampai Yerim sudah kembali ke hadapan Iel setelah mengambil baju putranya, Iel masih terdiam. Gemas sekali, apa harus berpikir sekeras itu ya masalah bebek ungu.
"Iel sayang, bebek tidak ada yang ungu." Yerim lebih memilih memberitahu, Iel memiringkan kepalanya mendengar pernyataan Yerim.
"Kenapa?"
Ini yang membuat Yerim bingung, untuk seusia Iel, semua hal harus diiringi alasan. Yerim harus membuat alasan sendiri untuk suatu hal agar bisa diterima otak si kecil.
"Karena ibunya tidak berwarna ungu." Jawab Yerim, Iel mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Kini bajunya sudah terpasang dan Yerim sedang merapikan rambutnya.
"Iel tunggu daddy pulang ya, mommy belum masak untuk makan malam." Yerim mengangkat Iel kembali ke gendongannya, wangi anak kecil yang khas menguar dari badan Iel, kemudian Yerim mendudukan bocah itu di sofa setelah menyalakan televisi.
Belum sempat Yerim berbalik, pintu sudah terbuka dengan Jungkook berdiri disana. "Oh, Oppa. Sudah pulang?" Jungkook tersenyum, menyimpan sepatu pada tempatnya. Kakinya menapak santai ke arah Yerim dengan tangan terbuka, hendak mengecup bibir Yerim namun berhasil di halau. Wanita itu melirik ke arah Iel yang anteng duduk di sofa sambil melihat keduanya.
"A-ah Iel ya." Jungkook menggaruk belakang kepalanya. Padahal dalam hati 'Sial. Untung anak sendiri.'
"Daddy tidak beli es krim untuk Iel?"
"Kan kemarin sudah, Iel." Jawab Jungkook. Di sisi lain Yerim mencoba membuka jas suaminya serta membawa tas Jungkook untuk di simpan ke kamar.
"Beda daddy, kalau kemarin ya kemarin. Kalau sekarang ya sekarang." Jungkook berdecak pelan, sudah mulai pandai menjawab rupanya, tubuh Iel diraih untuk dibawa ke pangkuannya. "Kalau Iel terlalu sering memakan es krim nanti giginya bolong." Iel langsung terdiam wajahnya sedikit cemberut, dia tahu sendiri mengenai hal itu dari film yang ia tonton, Iel bisa menerima alasan yang diberikan sang daddy.
Perlahan-lahan Jungkook membuka kemeja kerjanya sampai menyisakan kaos putih polos yang mencetak tubuhnya lalu menyimpan kemeja tadi di sisi kosong di sebelahnya, melihat itu Iel mencoba bersandar pada dada Jungkook tapi kemudia menegakkan kembali duduknya membuat Jungkook bingung.
"Kenapa Iel?"
"Tidak empuk seperti punya mommy." Protesnya dengan wajah polos. Jungkook spontan melotot, tentu saja tidak empuk dia kan laki-laki. Lagipula apa tadi tempat kesayangannya disebut-sebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FanfictionJeon Jungkook, Kim Yerim, dan si kecil Jeon Aciel. Ini cerita mengenai kehidupan klasik mereka yang terasa hangat untuk dibaca.