2 - Mbak Owner

41 14 5
                                    

Hari ini Kun sama Winata beneran berangkat ke Semarang buat makan soto yang katanya paling enak se-Semarang kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Kun sama Winata beneran berangkat ke Semarang buat makan soto yang katanya paling enak se-Semarang kota. Mereka bakal berangkat pakai jet pribadi. Jangan salah, biar Kun keliatan hemat dan bersahaja, tetap aja namanya orang punya duit sering jajan sana sini. Rumahnya sebelas dua belas lah sama rumahnya Sisca Kohl. Garasinya juga udah penuh mobil sama motor, belum lagi lapangan belakang rumah buat parkir jet pribadi.

Pas sampe Semarang, Tesla model X warna putih udah nungguin Kun. Abis itu dia langsung gas ke rumah makan soto Pak Salim berdua sama Winata doang.

Rumah makan Soto Pak Salim udah di depan mata, rumah makannya enggak gede gede amat tapi rame banget karena sekarang udah jam setengah dua belas, waktunya makan siang.

"Lo yakin ini rumah makannya Win?" Kun mengerut, ngerasa nggak yakin kalo ini Resto Soto yang paling enak di Semarang.

"Yakinlah pak, gue udah liat banyak review dari food vlogger dan mereka bilang enak banget." Winata njelasin, tapi keliatan pengen cepet-cepet makan di sana.

Winata jalan duluan ke dalem, terus diikutin sama Kun. Terus duduk di deket pintu bagian pojok, soalnya udah rame banget.

"Mau pesen minum apa pak?" Winata ngeliatin Kun yang lagi asik mengamati rumah makan Pak Salim.

"Gue strawberry float aja," ujar Kun polos.

"Ha? Gimana?" Winata yang bingung sekarang. "Kaga ada lah, pak! Adanya teh anget, es teh, jeruk anget, sama es jeruk pak."

"Santai elah. Itu doang?" Winata ngangguk, masih dengan muka kesel. "Ya udah es jeruk aja gue."

Abis pesen Winata balik lagi ke meja. Nungguin sotonya, udah nggak sabar banget sebenernya soalnya aroma kuahnya udah menguar banget di ruangan ini.

"Lo yakin Win?" Kun noleh ke Winata yang ngeliatin mbak mbak lagi nuangin kuah ke mangkok.

"Astaga pak, lo udah tanya dua kali. Tunggu aja sotonya terus lo cobain seenak apa soto disini." Balik kesel lagi nih Winata.

Ya udah lah -batin pak CEO.

Setelah nunggu sekitar lima menit, akhirnya sotonya dateng. Winata udah ngeliatin berbinar mangkok soto.

Kun nyobain kuahnya dulu. Dan... matanya kayak mau keluar, saking enaknya.

"Win... Kok bisa ada soto seenak ini?" Kun masih speechless banget sama rasa soto Pak Salim ini.

"Kan udah gue bilang berkali-kali, lo mah." Winata mencibir bosnya sambil menikmati kuah soto rasa surga dengan penuh khidmat.

"Fix, harus masuk ini rumah makan ke plaza gue!"

***

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit, saat Wendy melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit, saat Wendy melihatnya. Udah waktunya buat tutup rumah makan.

Pas mau nutup rolling door, kok ada dua onggok manusia laki-laki duduk di kursi pojok. Disamperinlah sama Wendy. "Ada yang bisa dibantu, mas?" duh suaranya enak banget tapi jangan lupakan logat medoknya yang kental banget.

"Ah, saya dan bos saya mau ketemu sama owner rumah makan ini, mbak." Winata berdiri pas diajakin ngomong sama seorang wanita cantik dengan logat medok.

"Saya yang punya rumah makan ini. Ada keperluan apa ya?"

Giliran Kun yang berdiri. "Saya Arikunto Dentang Sanjaya, Direktur Sanjaya Foodz." 

"Ah iya. Silahkan duduk. Bagaimana mas Arikunto?"

Kemudian setelah mereka bertiga duduk. "Saya kesini untuk menawarkan mbak...?"

"Wendy"

"Menawarkan mbak Wendy untuk bergabung dengan plaza food baru kami yang akan rilis Agustus tahun depan." Kun menjelaskan maksud kedatangannya ke Rumah Makan Pak Salim.

"Kenapa harus rumah makan saya?" Wendy menaikkan alis, keliatan ragu. Wendy mikir jangan-jangan dia lagi mau ditipu, kan zaman sekarang banyak banget modus penipuan yang makin kreatif.

"Karena konsep yang kita usung makanan khas Indonesia, mbak. Dan saya akui soto di sini enak banget, belum pernah saya merasakan soto seenak ini. Jadi gimana? Tertarik?" Saatnya penentuan, jantung Kun deg-degan parah, pokoknya rumah makan ini kudu masuk ke plaza.

"Hng... Kayaknya saya belum tertarik deh, mas." duh duh ditolak guys. Kun terhenyak, heran juga bisa nolak tawaran istimewa ini. "Soalnya ini peninggalan bapak saya, saya dikasih amanah buat mempertahankan rumah makan ini di sini." Wendy menjelaskan alasan dia menolak tawaran hebat bapak direktur.

"Oh nggak gitu mbak. Rumah makan ini tetap dibuka di sini, bukan saya mau membeli atau saya bawa rumah makan ini ke Jakarta. Cara gampangnya, rumah makan ini buka cabang gitu di plaza saya, seperti itu mbak. Jadi nanti teknisnya saya bakal ambil keuntungan dari tempat yang saya sediakan untuk rumah makan-rumah makan yang bergabung dengan plaza saya. Bisa dibilang seperti mall pada umumnya, tapi mall yang hanya berisi makanan." Kun menjelaskan dengan menggebu-gebu tapi tetap jelas.

"Oh gitu, saya paham. Saya pikir-pikir dulu deh ya mas."

"Okay kalo gitu, ini kartu nama saya. Kalau mbak Wendy sudah menentukan jawabannya bisa hubungi saya di nomor ini." Kun buka dompet terus ngasih kartu namanya ke Wendy. "Kalau gitu, saya sama sekertaris saya permisi pamit. Sebelumnya terima kasih, mbak Wendy. Saya tunggu kabar baiknya."

Wendy mengangguk mempersilahkan tamunya pergi, dia ngeliatin mobil yang dinaiki Kun dan sekertarisnya hilang di tikungan. Wendy bingung harus gimana.

***
tbc

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan bagi yang menjalankan.

🌼

thank u semuanya

Soto SemarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang