From +62 123 4567 8901
Selamat malam Mas Kun, ini Wendy.
Boleh saya minta proposal plaza?Setelah bangun, Kun langsung mandi, lanjut menuju walk in closet untuk memilih pakaian apa yang akan dikenakan. Tujuan selanjutnya yaitu dapur untuk sekadar menyeduh kopi dan meletakkan roti pada toaster. Sambil menunggu roti terpanggang sempurna, Kun membawa cangkir kopinya menuju ruang keluarga untuk menyalakan TV pada saluran berita. Tidak ada pegang HP di rutinitas pagi Kun.
Selesai dengan urusan paginya, Kun berangkat menuju kantor. Setelah turun dari mobil, inilah waktunya Kun membuka smartphone-nya. Berjalan dengan kepala menunduk dan jari tangannya membuka aplikasi chat berwarna hijau. Membuka chat dari paling bawah, seperti admin saja.. Sampai saatnya membuka room chat dari nomor tak dikenal.
"WINATA!" beruntung Kun telah sampai di lantai 23, yang mana lantai tersebut hanya ada ruangan CEO dan dua ruangan sekertaris. Yap, Kun memiliki dua sekertaris, Winata dan Sarah. Winata menjadi langganan untuk kunjungan di lapangan, sedangkan Sarah lebih banyak di kantor, kecuali jika ada meeting di luar kantor.
"Siap pak." ucap Winata, jujurly kaget.
Kun menunjukkan HP-nya tepat 10 cm di depan wajah tampan Winata.
"Oh.. Mbak Wendy." kemudian berjalan mendahului Kun untuk membukakan pintu ruangan CEO. Sedangkan Kun melongo, tak beranjak dari tempatnya berdiri. Apa-apaan, pikirnya.
"Kenapa seneng banget sih, pak? Padahal udah sering bapak ngalamin ini. Bahkan malah mereka yang sering minta sebelum kita nawarin." sedikit aneh memang.
Kun terdiam selama 5 detik, iya juga ya.. pikirnya. Lanjut mengambil langkah menuju ruangannya, Kun mengedikkan bahu saat melewati Winata.
"Lo bisa balik ke ruangan lo, Win."
***
To Mbak Wendy
Oh ya Mbak Wendy.Untuk dokumennya dikirim lewat email saja bagaimana mbak?
From Mbak Wendy
Ribet mas, lewat WhatsApp saja.To Mbak Wendy
Baik mbak.
Proposal Plaza Foodz 2From Mbak Wendy
Makasih mas, saya baca dulu.***
Sebagai tulang punggung keluarga, Wendy berusaha sekuat mungkin buat cari uang. Banyak kebutuhan yang harus dia penuhi, mulai dari keperluan sehari-hari sampai sekolah Arjuna. Terkadang dia lupa akan kesenangan dirinya sendiri. Biasanya perempuan di usianya yang menginjak awal 30an, sedang bahagia-bahagianya dan jaya-jayanya, bersama suami dan anak yang mungkin masih kecil, bukan berarti Wendy nggak bahagia. Kadang dia berangan-angan gimana jadinya kalau hal itu nggak terjadi di dirinya. Namun, secepat mungkin dia menghapus pikiran seperti itu, gimanapun ada Arjuna yang jadi penyemangat hidup setelah semuanya kembali ke kebahagiaan abadi.
"Mbak, soto sama es teh 2 ya?" Wendy berjengit kecil.
"Oh iya, ditunggu ya mas."
"Ngelamunke opo Wen? Nganti kaget ngono." Ngelamunin apa Wen? Sampai kaget gitu. Egi berjalan dari depan etalase kaca dengan membawa sekantong kresek.
"Hm? Ora og." Enggak kok.
"Ora opo, wong aku ndelok kok." Enggak apa, orang aku liat kok. Yah sebenarnya Egi sudah berada di depan ruko beberapa saat lalu.
"Kowe ki gak iso diapusi ncen. Btw aku wis njaluk proposal e.." Kamu nih nggak bisa dibihongin emang. Btw aku dah minta proposalnya.. Jelas Wendy akhirnya.
"Bagus lah. Aku dukung banget, kesempatan jangan disiasiakan Wen. Sopo ngerti ada sesuatu yang lain, iyo po iyo?" Siapa tau ada sesuatu yang lain, iya apa iya? Asli, rasanya Wendy pengen nggeplak muka Egi yang menaik turunkan alisnya.
"Sesuatu opo lah, ra sah macem-macem. Dia kan bukan orang sembarangan, apalah aku. Dan jangan lupain aku wis ono Arjuna."
"Nek ncen jodone?" Kalau emang jodohnya?
"Terserahlah, Gi" Wendy berjalan membawa nampan dan meninggalkan Egi.
Setelah kembali mengantar pesanan, Egi mengulungkan minuman kekinian alias boba kepada Wendy yang dilanjut dengan sesi cerita, curhat, dan ghibah. Biasa perempuan. Dan tak lupa tetap melayani pelanggan. Sampai akhirnya jam makan siang, Egi pamit pulang untuk menjemput anaknya pulang sekolah dan Wendy melanjutkan kewajibannya melayani pelanggan.
Jam dinding menunjukkan pukul 2 siang, Weny bergegas menyiapkan motor untuk menjemput Arjuna. Sudah kebiasaan untuk menjemput Arjuna, yah kadang kalau pelanggan sedang banyak-banyaknya, Wendy akan meminta Arjuna untuk pulang sendiri naik angkot.
***
Setelah selesai dengan urusan beres-beres rumah makan, Wendy naik ke atas outletnya. Jam dinding menunjukkan pukul 22.34 namun Arjuna masih saja di depan televisi yang menayangkan film barat di channel TR*NS TV.
"Istirahat Jun, dah malam. Besok masih sekolah." seru Wendy ketika melihat anaknya fokus melihat televisi.
"Iya, sebentar lagi selesai ini." Arjuna ini hm, bilang iya tapi nggak berangkat.
"Kalau telat bangun, bunda nggak urusan loh ya?" kalimat ini adalah salah satu jurus sakti Wendy jika Arjuna seperti ini.
Pernah satu kali Arjuna tidur hampir pukul 1 dini hari, Wendy sudah mengingatkannya berkali-kali bahkan dirinya sampai pergi ke alam mimpi lebih dulu. Sampai pagi harinya, Arjuna terbiasa bangun sendiri pukul setengah enam, namun anak lanang ini belum bangun juga. Wendy sengaja tidak membangunkan Arjuna, agar anaknya itu tahu dan kapok untuk tidur hampir menjelang pagi. Sampai pukul setengah tujuh pagi, Wendy baru membangunkan Arjuna dan membuat Arjuna telat masuk kelas. Sampai saat Arjuna pulang sekolah baru Wendy memberi tahu maksud dia tidak membangunkan Arjuna. Dan sampai sekarang jika Wendy sudah bersabda semacam itu maka Arjuna akan segera pergi ke kamarnya.
"Inggih ndara ibu.." benar kan langsung manut padahal filmnya belum selesai.
***
Untung saja Arjuna masih bisa bangun pagi tanpa harus terburu-buru untuk berangkat sekolah. Omongan orang tua itu benar adanya guys, jadi jangan bantah mereka ya selagi sarannya baik.
Wendy sudah final dengan keputusan ini, rencananya siang nanti dia akan membicarakan ini dengan Arjuna, karena bagaimanapun yang dia punya hanya Arjuna.
Seusai menjemput Arjuna dari sekolah, Wendy mengajak anak lanangnya itu untuk mampir dulu ke kedai boba langganannya. Benar untuk membicarakan yang tadi.
Setelah mendapatkan pesanan mereka, Arjuna memilih tempat dudun persis di sebelah tembok berwarna putih.
"Arjuna, bunda mau kasih tau sesuatu." ucap Wendy seraya menusukkan sedotan pada cup minuman bobanya. Sedang Arjuna hanya mrnampilkan ekspresi seakan bertanya 'Apa?'
"Kamu tahu tawaran Om Kun tempo hari kan? Bunda udah ambil keputusan untuk itu."
Arjuna setia menyimak apa yang ibunya katakan dan menunggu kelanjutannya. Arjuna berharap ibunya menyetujui ajakan tersebut.
"Jadi.., sepertinya bunda mau menerima tawaran Om Kun. Gimana menurut kamu?"
Yapp akhirnya sesuai dengan harapan Arjuna. Dirinya sedikit terkejut dengan memelototkan matanya, lucu sekali.
"Bagus dong bunda. Aku juga sebenarnya pengen bunda ambil keputusan itu. Ya walaupun aku nggak paham-paham betul masalah begini, hehe." Arjuna hanya suka dengan perlakuan Om Kun pada dirinya, seperti punya teman tapi teman yang lain, dirinya pun bingung teman seperti apa yang dia maksud.
***
To Mas Kunto Plaza
Selamat siang Mas Kunto, ini Wendy.
Saya sudah ambil keputusan, jadi saya menerima tawaran Mas Kunto untuk ikut bergabung dengan Plaza milik Mas Kunto.To Mas Kunto Plaza
Jadi saya harus gimana ya mas setelah ini?***
🌼🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
Soto Semarang
Fanfiction"Win, ayo ke Semarang," final Kunto. "Lagi, Pak?!" protes Winata. - - "Nggak usah macem-macem lagi kamu ya di sekolah!" sentak Bunda Wen ke anak lanang. "Nggak kok, Bun. Kemaren cuma pengen tau rasanya masuk ruang BK, hehe," nyengir deh anak lanang.