"HOAHH" nguapnya Kun sama aja kayak kalian kok. :)
"Lama juga gue tidurnya, udah mau jam 2 aja."
Kruwkk
"Aduhh lapar. Kaga sarapan, mana ini udah mau sore lagi." Kun mulai beranjak dari tempat tidur.
"Makan sekalian di mall aja lah."
Abis ganti baju, Kun langsung gas pakai mobil yang kemaren menuju ke mall.
***
Langsung deh tuh Kun menggok ke salah satu restoran cepat saji. Setelah antri dan dapet makanannya, Kun nyari meja dekat tembok sekalian mau nge-cas hp.
Harusnya sih dia bawa power bank, tapi ketinggalan. Padahal Kun ini salah satu orang yang sangat sangat teliti. Ini lah buktinya kalau manusia nggak ada yang sempurna, Kun yang berlebih kelebihan aja masih ada kurangnya.
Nah itu ada satu meja kosong dekat tembok.
Eitt ada satu tangan megang kursi yang Kun pegang juga. Meja gue ini pokoknya, batin Kun.
Pas mau bilang gitu, Kun noleh dramatis dulu. Wait! Eh tapi kok...
"Mbak Wendy?"
"Loh?! 3M??"
"3M apaan Mbak?"
"Mas Mall Makanan."
"...."
Dari kejauhan Ajun liat bunda lagi ngobrol sama cowok, seumuran bunda juga sih kayaknya. Disamperin aja deh.
"Bunda?"
Dua orang tadi nengok ke sumber suara.
"Bunda?" Beo Kun.
Seolah tahu apa isi kepala Kun, Wendy langsung menjawabnya.
"Anak saya Mas."
O, gitu doang tanggepannya Kun.
"Siapa, bun? Pacar?"
"HEH!" semprot bunda.
"Oh bukan. Ngapunten bun." Maaf bun. terus nyengir.
Ngeliatin Ajun begitu, Kun ikutan nyengir juga. Ceplas-ceplos tapi takut sama maknya. Asik nih kalo ngerjain bunda. Eh!
Kun sering sendiri sih pas masih remaja. Bukan anak cupu tanpa teman, tapi kurang ada yang apa ya, tulus? Yang benar-benar mau temanan, kebanyakan karena Kun anak orang kaya. Jadi ya, Kun cuma punya 3 teman, sahabat deng. Ah termasuk Winata, jadi 4 deh.
Kun juga punya satu kakak laki-laki usianya nggak jauh beda, dua tahun lebih tua dan sudah menikah. Bang Tio namanya, CEO perusahaan properti yang sudah cukup besar namanya.
"Jadi..., kita duduk mana bun?" Sambung Ajun.
"Yang mepet tembok, tinggal ini doang." Ini Wendy ngomongnya beneran kayak ngusir Kun banget.
Kun jadi merasa nggak enak, lebih baik mengalah pikirnya.
"Saya di sana aja, silahkan dipakai mejanya." Kun senyum dan hampir melangkah menuju meja di tengah ruangan, bersamaan Ajun mengultimatum dua orang dewasa tersebut.
"Bareng sama kita aja, Om, nggak apa-apa. Lagian kursinya juga ada empat."
Giliran Wendy yang melongo.
***
Berakhirlah mereka bertiga makan di satu meja mepet tembok.
"Jadi Om Kun ini mau buka cabang rumah makan soto nya bunda?" Untung ada Ajun yang bisa mencairkan suasana sebelum meja dekat tembok ini sedingin kutub utara.
"Bunda belum setuju, Jun." Intrupsi sang bunda.
"Iya, Om Kun berharap banget supaya Bunda kamu bisa setuju dengan projek ini." Jawab Kun nggak lupa sambil senyum.
"Hm gitu."
Abis itu pada diem lagi. Fokus makan. Sampai Ajun berucap lagi.
"Om Kun ada main game nggak?"
"Game online?"
Dianggukin sama Ajun. "Iya, kayak Free Fire atau Mobile Legend?"
"Free Fire om main, tapi kadang-kadang banget. Sekali dua kali dalam seminggu."
"Boleh aku minta akunnya Om? Biar bisa main bareng."
Bunda melirik udah siap buat mau 'boom' ke Ajun. Tapi dia urungkan, masih di tempat umum. Ajunnya malah nggak ngeh. Game tetap nomor satu.
"Boleh. Sini mana hp kamu?" Dah lah mereka mengabaikan seorang wanita cantik.
Beneran berakhir dengan Wendy yang dicuekin. Nggak tau gimana caranya dua orang lelaki tadi bisa secepat itu deket. Sampai selesai makan pun mereka masih ngomongin pasal game. Baru berhenti setelah Wendy mengintrupsi Ajun untuk mengajaknya pulang.
"Jun, ayo pulang. Udah sore."
"Oh, iya bun. Udah sore aja, cepet banget."
"Kalo gitu, saya sama Arjuna duluan pamit pulang Mas Kun." pamit Wendy pada Kun.
"Saya anterin aja gimana? Kalau mau ke rumah makan searah ini."
"Nggak usah mas. Saya sama Arjuna naik motor." Wendy menolak, padahal Ajun masih ingin mengobrol dengan Om Kun.
"Oh naik motor ya. Hati-hati kalau gitu." Dianggukin aja sama Wendy.
"Duluan ya Om. Nanti kalau dah sampe rumah aku ajak Om buat mabar." pamit Ajun sambil dadah-dadah karena dah diseret sama bunda.
"Siapp. Ditunggu ya Jun." Kun juga ikut melambai deh. "Asik juga tuh anak." abis itu senyum.
***
Di perjalanan pulang.
"Bun kok bisa sih Om Kun nawarin tawaran hebat gitu ke kita? Padahal perusahaannya Om Kun kan udah terkenal, kok carinya sampai ke Semarang gini."
"APA LE??! BUNDA RA KRUNGU!!" BUNDA NGGAK DENGAR!!. Kalian tahu kan gimana susahnya ngobrol di atas motor yang lagi membelah padatnya jalan.
"Ah udahlah. NGGAK JADI!!" menyerah adalah jalan terbaik saat ini....
(mungkin gini suasana hatinya Ajun)
***
tbc
🌼
terima kasih~
KAMU SEDANG MEMBACA
Soto Semarang
Hayran Kurgu"Win, ayo ke Semarang," final Kunto. "Lagi, Pak?!" protes Winata. - - "Nggak usah macem-macem lagi kamu ya di sekolah!" sentak Bunda Wen ke anak lanang. "Nggak kok, Bun. Kemaren cuma pengen tau rasanya masuk ruang BK, hehe," nyengir deh anak lanang.