Sufi jadi-jadian

15 0 0
                                    

Seorang pemuda lusuh sedang berjalan diantara riuh ramai suasana malam minggu. Setapak demi setapak ia lewati mencari jamu-jamu penumbuh sayap yang dapat membantunya meraih cita-citanya menggapai bulan, dengan anggur dan arak sebagai perantaranya.

"Biasa bang 3 botol" Seru pemuda lusuh itu pada pedagang jamu pinggir jalan langganan-nya.
"Baru terima gaji rupanya kau Dir" "Sudah tidak pakai drama-drama patah hati butuh intisari tapi belum turun gaji lagi kau malam ini" Ucap pria paruh baya kepada pemuda lusuh yang sudah menjadi langganan-nya sejak dia masih berada di bangku SMA.

"Jaga ucapmu itu wahai anak tua bau tanah"Seru pemuda lusuh itu dengan gaya orang suci yang sedang menceramahi anaknya yang ketahuan mabuk lem.
"Saya Dirgantara Paku Bumi, tidak pernah melalukan hal nista semacam itu"Lanjutnya lagi berubah gaya bicara menjadi Rahwana yang sedang membanggakan dirinya sendiri pada Sinta.

"Lama-lama kulempar juga moncongmu itu pakai botol"Balas pria paruh baya itu kesal sembari mengacungkan botol jamu kosong digenggaman-nya kepada dirgantara.
"Lemparlah aku dengan botol air surga itu, siramlah aku dengan jamu penumbuh sayap itu. Aku ingin pergi menuju bulan, aku sudah muak dengan bumi yang berulang kali membuatku patah hati" Balas dirgantara kepada pria paruh baya itu dengan gaya bak seorang prosais kondang yang sedang naik daun.
"Aku adalah Dirgantara seorang sufi yang telah patah hati oleh salah satu mahkluk bumi jelmaan bidadari surga berhati neraka penuh siksa. Akulah sang Dirgantara" Lanjut Dirgantara dengan gaya yang masih menirukan seorang prosais kondang yang sedang naik daun.

"Bocah somplak" Seru pria paruh baya itu seraya tertawa hambar. Sebab ia tahu betul bahwa ada segurat derita dari lontaran kalimat yang dibungkus dengan canda itu.
"Hahaha.. Sudahlah aku sudah ditunggu kawanku di rumah, ini uangnya"Ujar dirgantara seraya memberikan uang senilai 'dua ratus enam puluh ribu' kepada pria paruh baya penjual jamu tersebut.
"Yasudah terimakasih" Ucap pria paruh baya itu kepada dirgantara seraya menerima uang yang diberikanya
"Sana pergi! muak aku lama-lama tengok sufi jadi-jadian karena gagal jadian bertampang jelek macam kau disini" "Sepi sudah daganganku hari ini, gara-gara kau kesini" Ujar pria paruh baya itu seakan mengeluh bahwa kehadiran dirgantara akan membuat dagangan-nya sepi malam ini.

"Hahaha.. yasudah bang saya pamit" "Jangan lupa kau urus itu semua biaya pemakaman kau, urusan kuburan kau nanti, biar aku yang gali GRATIS jika itu untuk abang" Seru Dirgantara sembari berlari kecil menjauh dari warung jamu tersebut.
"Kesini lagi kubakar kau hidup-hidup" Teriak heboh pria paruh baya itu kepada Dirgantara yang sudah menjauh dan menyebabkan-nya menjadi tontonan sebagian pengguna jalan yang sedang lalu lalang.
Dirgantara hanya tertawa riang mendengar teriakan pria paruh baya penjual jamu bernama togar itu.

Lalu ia kembali berjalan santai, raut-raut tawanya yang tadi ia tunjukan pun seakan sirna.Berganti dengan raut wajah penuh guratan kecewa dan derita.
Ia terus berjalan menyusuri jalan dengan banyaknya kendaraan lalu lalang yang mendampingi perjalanan-nya menuju rumah.

"Kenapa siksa ini begitu kejam tuhan!" Teriak dirgantara dalam hati seraya memandang langit malam di tengah perjalanan-nya menuju rumah.
"Setidaknya aku bisa sedikit melupakan-nya malam ini dengan jamu-jamu ini" Ucapnya dalam hati saat sudah sampai di depan pagar hitam bangunan tingkat serupa kandang penuh kekang yang disebutnya sebagai rumah.

Sufi jadi-jadian

Aku adalah seorang sufi jadi-jadian
Yang telah patah hati pada salah satu makhluk bumi

Yang menjadikanku tungku tanpa api;
Korek tanpa bara;
Laut tanpa pantai;
Petang tanpa senja.

Benar dirinyalah yang membuat hidupku tak bernilai seperti ini.

Aku adalah sufi jadi-jadian
Yang telah patah hati terhadap dunia
Tapi malah mengutuk surga yang sudah menurunkan bidadari pencabut renjana seperti dirinya.

_

___________________

Ini tulisan pertama gua jadi mohon dimaklum ya wkwkw

Jangan lupa vote dan komen-nya

Kiritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar guys

SELAMAT MEMBACA

FANA: Menikmati Buih-Buih FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang