10

203 24 0
                                    

Semenjak hari itu, Bright dan Teen menjadi lebih dekat lagi, meski belum ada kepastian dalam hubungan mereka. Bright sebenarnya ingin sekali membuat Teen menjadi milik Bright seutuhnya, tapi Bright terlalu takut mendengar kalimat yang sama keluar dari bibir Teen, kalimat yang mengatakan jika Teen tak dapat membalas perasaan Bright.

Bright melihat jam tangan yang kini menunjukan pukul 4 sore, sudah hampir setengah jam Bright menunggu Teen di parkiran, tapi Teen tidak kunjung datang. Mau tak mau, Bright pergi ke fakultas Teen, mencari keberadaan pemuda manis yang akan menjadi masa depannya.

Bright sempat bertanya pada beberapa mahasiswa, tapi tak satu dari mereka yang melihat Teen. Bright sempat menghubungi Teen, tapi Teen tak kunjung menjawabnya. Hingga tak sengaja ia melihat Man dan Arm yang sepertinya hendak pulang.

"Man?" Panggil Bright berlari kecil menghampiri Man yang tampak tengah bertengkar kecil dengan Arm.

"Phi Bright? Beruntung kau ada disini, aku tadi melihat Teen di seret oleh Nine, aku ingin menolongnya tapi pemuda sialan ini tak mengizinkan Ku." Ucap Man dengan sedikit makian untuk Arm, Arm mendelik tak suka, bisa-bisa nya Man memaki dirinya.

"Dimana Teen?" Tanya Bright setengah khawatir. "Tadi aku melihat Nine menyeret Teen ke toilet disana, phi cepat kesana." Ucap Man dengan menunjuk toilet yang ada di ujung sana. Dengan segera Bright berlari menuju toilet itu, takut-takut jika nanti Teen akan terluka.

Bright memutar Kenop pintu dan betapa sialnya karna pintu itu di kunci dari dalam. Dengan sedikit emosi, Bright menendang pintu itu hingga terbuka. Mata sipitnya menemukan Teen yang tengah di pojokan oleh Nine, oh sungguh! Bright tidak bisa menahan emosinya.

Bright menari bahu pemuda itu dan langsung memberi pukulan diwajah Nine, sudut bibir Nine mengeluarkan darah, Bright menarik kerah seragam Nine, menatapnya tajam seakan siap membunuh Nine. "Jangan menyentuh milik ku! Teen itu milik ku sekarang, bukan milik mu lagi!" Ucap Bright dengan menekan kata 'milik ku'.

Bright mendorong Nine hingga membentur dinding di belakangnya. Setelah itu, Bright menarik tangan Teen untuk keluar dari sana.

Teen bersyukur karena ia bisa terbebas dari Nine sialan itu, Teen tidak tau bagaimana jadinya jika Bright tidak datang.

Bright menghentikan langkah kakinya dan melihat Teen. Ia membolak-balik tubuh Teen, seakan mencari sesuatu disana. "Teen? Apa kau terluka?" Tanya Bright yang di jawab gelengan kepala dari Teen.

Teen memeluk Bright, jujur saja ia takut. Ia sangat takut saat menghadapi Nine sendiri, Teen takut jika Nine akan melakukan hal nekat pada nya, Teen takut jika nanti ia akan membuat Bright kecewa dan berakhir meninggalkan Teen. Tapi semua ketakutan itu hilang saat Bright datang, terlebih saat Teen mendengar kalimat yang Bright lontarkan pada Nine.

"Phi, aku sangat takut." Ucap Teen. Bright dapat rasakan punggung Teen yang mulai bergetar karena tangis, Bright juga dapat mendengar suara Isak tangis Teen.

Bright mengusap punggung gemetar itu, Bright tak peduli jika kini banyak pasang mata yang menatap dirinya dan Teen, yang Bright pedulikan saat ini hanya Teen, tidak ada yang lain.

"Tak apa, aku disini untuk menjaga mu." Bisik Bright menenangkan. Teen semakin mempererat pelukannya, mungkin Teen akan menjadi pemuda paling bahagia jika sampai memiliki Bright.

...

Bright memarkirkan mobilnya di pelataran rumah Teen. Sejenak mereka saling menatap didalam sana, tangan Bright terulur menghapus jejak air mata di wajah manis Teen.

"Phi Bright, terima kasih sudah mengantar dan menolong ku." Ucap Teen. Bright hanya menanggapi dengan senyuman saja, tangannya kini mengusap sayang Surai Teen.

Fuck Off ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang