Pagi ini ana berangkat sekolah bersama chan.
Sampai di depan gerbang, ana menyapa satpam yang ada disitu. Tapi bukannya menjawab sapaan ana, satpam itu malah melihat ana dengan tatapan yang sulit diartikan.
Saat berjalan di koridor sekolah, semua orang menatapnya dengan tatapan aneh.
“mereka kok pada ngeliatin gua gitu si?” tanya ana bingung. Dan soal panggilan mereka, itu ana yang minta ganti jadi lo-gue lagi.
“gua juga ga tau” jawab chan.
Tiba tiba ada seorang siswi yang berlari ke arah mereka.
“ana, lo dipanggil kepala sekolah ke ruangannya sekarang” kata siswi itu lalu pergi.
“mau gua temenin?” tawar chan, ana menggeleng. Dia berjalan sendiri ke ruangan kepala sekolah.
“permisi pak” ana mengetuk pintu, lalu masuk. “bapa memanggil saya? Ada apa ya pak?” tanyanya.
“KAMU MASIH TANYA KENAPA?! KAMU ITU SUDAH BIKIN MALU SEKOLAH KITA! HAMIL DIUMUR SEGINI, KAMU KIRA ITU TINDAKAN TERPUJI?!”
“ba-bapa ngomong apa? Hamil? Saya ngga ngerti pak”
“GAUSAH PURA-PURA GAK TAU KAMU! MEMANGNYA KAMU KIRA SAYA GAK TAU KALAU KAMU SUDAH MELAHIRKAN SEORANG ANAK SECARA DIAM-DIAM?!” bapak kepala sekolah menunjukkan berita itu pada ana.
“anak? Saya ngga punya anak, pak. Berita itu bohong” sanggah ana.
“KAMU GA BISA BOHONG LAGI, SEMUA INI SUDAH ADA BUKTINYA” seseorang masuk membawa seorang bayi. “mau alasan apa lagi kamu?!”
Ana bingung. Benar-benar bingung. Apa ini nyata? Mengapa ada yang tega menuduhnya melakukan itu? dia sama sekali tidak tahu apapun tentang ini.
“pak, sa-saya berani sum—
“SUDAH DIAM KAMU! LEBIH BAIK KAMU KELUAR DARI RUANGAN SAYA SEKARANG!”
“ta-tapi pak..”
“keluar! besok saya akan panggil orang tua kamu!”
“ja-jangan pak, saya mohon. Saya ga melakukan itu pak, saya dituduh. Saya mohon jangan panggil orang tua saya pak” ana berlutut dan menangis di depan kepala sekolah.
“saya bilang keluar!” dengan terpaksa ana keluar dari ruangan itu.
Dia berjalan di koridor sambil menangis.
Semua orang menatap nya dengan tatapan jijik. Dari tatapan itu dia tau, bahwa berita itu pasti sudah tersebar ke satu sekolah.
Dia bisa mendengar samar-samar suara orang-orang yang membicarakannya.
‘ih ga nyangka ya, ternyata lugu-lugu gitu mainnya udah ga bener’
‘iya, tadi gua liat anaknya emang bener-bener baru lahir’
‘so lugu dasar’
‘kasian ya jay, punya adek kayak dia’
‘pasti dia malu banget punya adek kayak gitu’
‘atau jangan-jangan si jay juga suka main cewek lagi’
'atau emang dia sering jadi mainan abangnya sendiri'
Kata kata itu menusuk hati ana. Terlebih saat nama abangnya ikut disebut-sebut. Rasanya dia ingin menghilang dari dunia saat ini juga.
Ana berlari menjauh dari kerumunan itu. Dia berlari ke luar sekolah. dia terus berlari tanpa tau tujuan. Hampir saja dia tertabrak sebuah mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND • JUNG CHANWOO ✓
Teen Fiction"untuk apa kamu mencintai orang yang tidak pasti mencintaimu, jika ada orang yang pasti mencintaimu?" - chandra angelo