Happy reading!
Brukk!
Xaviera terjatuh dilantai koridor kampus. Sebelum pingsan samar-samar ia mendengar seseorang memanggilnya.
"Xaviera!"
"Hei! Bangun."
Xaviera tidak tahu siapa yang telah menolongnya. Saat sadar dari pingsan, dirinya sudah berada di klinik kampus.
"Kamu sudah sadar?" tanya seseorang dengan nada lembut.
Karena mendapati tatapan tak terbaca dan kerutan di dahi Xaviera. Seseorang tersebut memperkenalkan dirinya.
Seorang wanita cantik yang berumur 28 tahun. "Nama ku Min Wendy. Tenang saja, aku seorang dokter. Jadi, tidak usah takut."
Setelah mendapati jawaban yang membuat Xavier tenang, perlahan kerutan di dahinya pun menghilang."Kamu itu kurang darah, makanya kamu pingsan." ucap Wendy.
"Sekarang masih pusing?" lanjutnya bertanya.
"Iyaa kak dan... sedikit mual" jawab Xaviera.
"Sering mual?"
"Iya bahkan setiap hari dan badanku terasa lemas sekali kak" jawab Xaviera jujur.
"Terakhir kali kamu menstruasi kapan?" tanya Wendy lagi.
Xaviera mulai berfikir keras. Iya, kapan terakhir kali dia menstruasi? Seingatnya bulan lalu dan bulan ini dia belum menstruasi. "Bulan lalu." lirih Xaviera.
"Bulan ini kamu belum menstruasi?"
Xaviera hanya menggelengkan pelan kepalanya.
"Maaf, aku mau tanya sebelumnya. apa kamu pernah berhubungan badan?" tanya Wendy hati-hati.
Xaviera kaget mendengar pertanyaan tersebut. Xaviera hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya kebawah, tanpa bisa berkata apa-apa.
"Saran aku, sebaiknya kamu beli alat tes kehamilan. Ya, siapa tahu kamu ternyata positif hamil." lanjut Wendy
"Why?" tanya Xaviera penuh tanda tanya "Aku tidak mau hamil, aku tidak mau!" lanjutnya dengan isak tangis.
"Sudah... kamu bisa ceritakan sama kakak, apa yang sebenarnya terjadi" kata Wendy sambil mengelus punggung Xaviera.
Xaviera akhirnya menceritakan kisah pilunya pada Wendy. Wendy begitu terkejut mendengar ceritanya, dia begitu iba melihat Xaviera seperti ini.
"Kamu tenang ya, kakak bakal bantu kamu sebisa mungkin" kata Wendy menenangkan Xaviera dengan senyuman tulusnya.
"Terimakasih banyak kak" ucap Xaviera membalas senyuman Wendy.
Sepulangnya dari kampus akhirnya Xaviera memberanikan diri untuk pergi ke apotik untuk membeli testpeck.
Sesampainya dirumah, Xaviera masih memegang testpeck terus menerus. Dia masih takut untuk menggunakannya, dia takut bila hasilnya positif. Dia takut bila hasil akhirnya ia hamil dan menjadi seorang ibu tunggul. Serta dia takut kedua kakaknya akan kecewa padanya.
Xaviera takut hamil seorang anak yang bahkan siapa ayahnya pun dia tidak tahu. Begitu banyak hal yang Xaviera takutkan.
Sampai akhirnya testpeck itu hanya tergeletak diatas westafel kamar mandinya. "Ra! Are you oke?" tanya seseorang mengetok pintu kamar mandinya dari luar.
Xaviera buru-buru menyimpan testpeck itu kedalam tasnya, ia begitu panik ketika mendengar suara kak Justin dari luar kamar mandi.
"It's okay." Xaviera langsung membasuh wajahnya.