Happy reading!
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, perut Xaviera terasa mual. Dan akhirnya ia memuntahkan cairan bening.
Huek...huek...
Entah sejak kapan Xaviera mulai merasakan perubahan ini dalam tubuhnya. Sering kali mual hingga muntah, badannya terasa lemas dan sering pusing. Akhirnya, pagi ini ia memberanikan diri untuk menggunakan testpack (alat pengecek kehamilan).
Dibalik jendela kamarnya, Xaviera termangu dalam lamunan. Tubuhnya melemas serta warna wajah yang mendadak pucat pasi.
Pagi hari yang seharusnya penuh semangat ini, harus diawali dengan sebuah kenyataan yang sangat menampar hidupnya.
Sebuh benda kecil panjang berwarna putih masih ia genggam erat. Sesekali kedua bola matanya melirik serta mengamati benda itu dengan lebih cermat. Mana tahu ia salah melihat, saat pertama kali matanya menangkap tanda dua garis muncul dari benda itu. Namun sayangnya, mata Xaviera masih sangat baik dan pandangannya sangat jelas. Ia tidak mungkin salah.
Aku hamil... -batinnya
“Ra..” Lamunan Xaviera mendadak buyar ketika mendapati sebuah panggilan dari seseorang di belakangnya.
Kak Justin sudah berdiri diambang pintu sambil menenteng Jas mahalnya. Dengan senyuman di wajah tampannya, hari ini dia memakai celana hitam dan jas yang senada, kemeja putih dan dasi maroon. Mungkin kak Justin mau meeting pikir Xaviera.
Justin menghampiri adik kesayangannya yang terlihat sangat pucat.
“Kamu sakit?”
Xaviera mengerjap, kemudian berdiri ketika sang kakak sudah berada dekat dengannya. “Ti—idak kak. Cuma agak kurang enak badan saja.” jawabnya cepat.
Xaviera merapikan baju dress juga rambut hitam panjangnya. Tak lupa membuat senyum palsu, untuk menutupi kekalutan isi hatinya.
“Ya sudah. Kakak tunggu kamu dibawah, sarapan sudah siap." ucap Kak Justin sebelum memutar tubuhnya, berjalan keluar kamar Xaviera.
Ketika kakaknya sudah keluar kamar, Xaviera buru-buru merapikan dandanannya lagi dan segera mengambil tasnya yang ada di atas tempat tidur.
Xaviera langsung meluncur kebawah untuk menemani kakak-kakak tampannya seperti biasa.
“Selamat pagi.” sapa Xaviera girang.Xaviera langsung mencium pipi Rose dan duduk disampingnya.
Jelas saja langsung mendapat protes dari sang kakak. “Kenapa hanya Rose? Apa tuan putri tidak sayang kepada pangeran?!” ucap Justin memanyunkan bibirnya.
“Menggelikan!” ucap Jeffrey melihat kelakuan kembarannya.
Terdapat nasi goreng kimchi yang sudah tersaji diatas meja makan sebagai menu sarapan. Xaviera menyuapkan nasi goreng kimchi kedalam mulutnya yang terasa hambar di lidah, dengan susah payah ia menelannya. Bukan karena masakan bibi Han tidak enak, tapi akhir-akhir ini nafsu makannya sedikit berkurang. Serta kejutan besar dari testpack yang ia gunakan atas saran kak Wendy dokter klinik kampus.
“Kalau tidak enak badan, tidak usah ke kampus.” ujar kak Justin, ditengah menghabiskan sarapan.
“Kamu sakit Ra?” tanya kak Jeffrey, khawatir.
Xaviera menghentikan pergerakan tangannya, lalu tersenyum tipis “tidak apa kak, aku kuat kok!”
Sesaat setelahnya pandangan Xaviera terkunci pada kedua sosok kakaknya.
Kak Justin, ia adalah sosok yang diam-diam selalu menyayangi serta mengkhawatirkan kedua adiknya, menyenangkan dan yang terkahir ini kalian harus tau walaupun kak Justin mempunyai julukan playboy internasional, kenyataannya tak seperti itu. Sedangkan untuk kak Jeffrey, ia adalah sosok yang diam, tegas, disiplin, tanggung jawab, setia dengan kekasihnya serta sangat menyayangi adik kecilnya. Terkadang jauh lebih protektif dari kak Justin.