Yeonjun menolehkan kepalanya cepat ketika melihat Soobin yang mengenakan hoodie dan topi miliknya. Dia terdiam melihat gerak gerik sepupunya itu.
"Bin?"
Soobin tidak memberikan reaksi apapun dan terus membetulkan letak topinya. Lelaki itu mulai mengambil sepatunya.
"Choi Soobin!" panggil Yeonjun sekali lagi.
Tapi kemudian sudut mata Yeonjun menangkap suatu benda yang baru saja dimasukkan lelaki itu ke dalam saku hoodienya.
Yeonjun menghela nafasnya pelan, "Choi Junkyu!"
Dan saat itu juga, Soobin menghentikan pergerakannya.
"Apa?"
"Ini masih siang. Jangan cari masalah—"
"APA PEDULIMU?!"
Yeonjun terdiam mendengar bentakan dari Soobin—atau Junkyu di saat ini.
"Kau membuat Soobin menjadi kambing hitam, bodoh! Hentikan ini semua dan lupakan dendam itu!"
"Dan kau tidak akan pernah paham apa yang kurasakan! Lebih baik kau diam saja—"
Yeonjun mendecak, membuat Junkyu langsung menghentikan kalimatnya entah kenapa.
"Aku hanya memberi peringatan, untuk kebaikanmu sendiri dan juga Soobin,"
Kemudian Yeonjun berdiri dari kursinya dan berjalan menghampiri Junkyu dengan tatapan datar.
Lelaki itu berhenti di depan lelaki yang lain dan menyilangkan tangannya. Dia melirik sekilas ke arah benda di saku hoodie Junkyu dan mengambil benda itu.
"Hei—"
"Kau lihat pisau ini?"
Srek!
Tak!
Junkyu membulatkan matanya terkejut ketika Yeonjun mematahkan pisau itu dengan tangan kosong. Jarinya terluka dan mengeluarkan darah karena tergores.
Trang!
Yeonjun menjatuhkan pisau itu dan melihat ke arah tangannya yang berdarah, "Anggaplah pisau ini kau dan aku adalah Daegang. Kau tidak ada apa-apanya dibanding dia,"
"Tapi dia—"
"Kau lupa kenapa kau bisa seperti ini? Kau lupa akan apa yang dia lakukan dulu padamu?"
"Tidak. Tapi dia sudah sembuh—"
Yeonjun berdecih remeh, "Kau pikir seorang psychopath dan sociopath bisa sembuh semudah itu hanya dengan terapi? Kau yang bodoh!"
"Ap—"
"Sisi gelap dari mereka masih ada di sana dan akan terus berada di sana. Menunggu waktu yang tepat untuk kembali muncul dengan cara yang mengerikan,"
Yeonjun berbalik dan berjalan menjauhi Junkyu yang terdiam, sempat menendang patahan pisau tadi sehingga menimbulkan suara yang tidak enak didengar.
"Hentikan ini semua atau kalian berdua akan sama-sama mati di tangan satu sama lain,"
Tapi kemudian langkahnya berhenti ketika merasakan nafas panas di bagian ceruk lehernya. Dan badannya seakan kaku ketika merasakan benda tajam nan dingin yang menyentuh pipinya.
"Kau terlalu banyak bicara. Haruskah aku membunuhmu terlebih dahulu?"
•
•
•
"...Kau memintaku untuk membantuku?"
Beomgyu mengangguk, "Iya!"
"Tapi bukankah sudah kubilang? Terlalu lambat bagiku untuk keluar dari sini—"
"Aku ingat aku ingat. Dan aku tidak memaksamu untuk ikut keluar bersamaku. Cukup bantu aku saja, Ryujin!"
Jujur saja, Ryujin sedikit kecewa dan sakit hati akan jawaban Beomgyu itu. Ia kira lelaki itu akan bersikeras membawanya untuk ikut keluar.
Tapi kalau begini caranya, bukankah dia hanya dimanfaatkan?
Ryujin menghela nafasnya kasar, "Aku tidak mau,"
"Kenapaaa???" tanya Beomgyu sedih.
"Ya itu urusanmu sendiri! Aku tidak dapat keuntungan apa-apa dari membantumu—"
"Tapi aku akan sudah mengajakmu untuk keluar dari sini bersama-sama!" protes Beomgyu.
Ryujin menghela nafasnya pelan. Jika saja Beomgyu bukan temannya, mungkin lelaki ini sudah terpotong-potong menjadi bagian-bagian kecil sejak tadi.
"Tapi bukan berarti, kau langsung meminta bantuan pada orang lain. Apalagi jika itu hanya untuk kepentinganmu saja,"
Kemudian Ryujin berjalan pergi, meninggalkan Beomgyu yang hanya terdiam.
•
•
•
•
•
[TBC]
A/n:
Bagi yang belum tau, kalian bisa buka profil author dan liat ANNOUNCEMENT yang baru aja author tulis kemarin ya. Must read!!! Supaya semuanya clear.Thx for ur support, jaga kesehatan, and be happy always ^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Left Alone | TXT
Fanfiction[橙] "Inspired By" Collection (Based on TXT's Can't You See Me MV and lyrics) "My friends don't understand me anymore." Saat itu kita bilang kalau kita ini adalah teman. Tapi kenapa masih ada rahasia di antara kita? Dan kenapa kita tidak bisa mengert...