Beberapa hari sebelumnya..
"Thanks, Pluem. Boncengin gua mulu, lama-lama jok belakang jadi punya gua tuh." Ucap Chimon sebagai candaan. Namun suaranya pelan.
Ia capek, kakinya masih sakit. Buktinya ketika turun saja harus dibantu oleh Pluem.
"Iya, emang punya kamu. Ga ada yang lain." Balas Pluem. Membuat pipi Chimon sedikit memerah.
"Oiya, bisa jalan ke dalam rumahnya?" Lanjutnya.
Chimon mengangguk.
"Bisa, ntar kalau gabisa juga gua minta mami atau papi dah. Bentar."
Chimon mengambil handphone nya dari saku. Menelpon orang tuanya tersebut.
"Mami, Chimon didepan. Pincang, tolong bantu ya."
"Itu mah sama aja gabisa, Mon. Kenapa ga aku aja si?"
Chimon tersenyum pada Pluem, melihat Pluem yang mukanya sedang sebal.
"Ga perlu. Lo pulang aja. Hus hus." Ucapnya sambil menyuruh Pluem pulang dengan tangannya.
"Ngusir?"
"Ya."
Chimon pun tertawa melihat muka Pluem yang sedikit kesal itu. Bahkan ia menghentakkan kakinya.
Tak lama mami Chimon pun datang, Gun Attaphan.
"Mami, lama." Rengek Chimon pada maminya itu.
"Maaf, sayang. Lagi masak tadi. Kenapa ga minta papi? Kan bisa digendong."
Chimon menepuk jidatnya.
"Oiya, lupa."
"Yaudah, mami panggilin dulu. Pluem, jaga Chimon bentar ya, jangan pulang dulu." Ucap mami Chimon menepuk pundak Pluem, lalu kembali masuk ke dalam rumah.
"Tuh, mama mertua nyuruh ga pulang."
"Mama mertua pala lo."
Setelah itu mereka tak ada perbincangan. Pluem sibuk menatap wajah Chimon itu.
Diterangi oleh sinar bulan, indah sekali baginya.
"Kenapa? Ada sesuatu diwajah gua?"
Pluem mengangguk tanpa melepas pandangan.
"Apaan?" Ucap Chimon sambil memegangi wajahnya dan mengusap.
"Keimutan. Di wajah kamu ada keimutan."
Sial.
Wajah Chimon sekarang sudah memerah sempurna.
Bangsat. Umpat Chimon dalam hati.
Chimon tidak bisa berkata lagi, hingga sang papi datang sambil menggendong nya.
Lebih tepatnya merangkul lengan Chimon, udah gede dia masa digendong.
"Pluem, makasih ya udah jagain Chimon. Kapan-kapan jenguk bisa kok." Ucap papi Chimon sambil menutup gerbang.
"Iya, om. Saya pamit dulu ya om."
"Iya, hati-hati."
Di ruang tamu, ketika Pluem sudah pulang, Mami dan Papi Chimon menghampirinya dan duduk masing-masing disebelah Chimon. Chimon yang digitukan tentu bingung, apa iya membuat kesalahan?
"Papi mau ngomong serius deh sama kamu."
Nah kan, Chimon keringat dingin. Udah sakit ditambah sakit.
"Aku buat kesalahan?" Tanyanya untuk memastikan.
Kedua orang tuanya itu menggeleng.
"Pluem, dia serius sama kamu?" Tanya Papi Off pada anak semata wayangnya.
"Hah?"
"Hah hah hah aja kamu. Pluem serius enggak sama kamu? Mami khawatir dia ga serius. Kamu suka kan sama dia?" Tanya Mami Gun. Jangan tanyakan keadan Chimon saat ini, ia mematung sempurna. Mencerna kata demi kata.
'Gue suka Pluem? Pluem serius sama gue? Apaan anjir' , itulah yang dipikiran Chimon saat ini.
"Chimon!" Panggil Mami Gun menyadarkan Chimon dari lamunannya.
"Emang kenapa?"
"Tingkah laku kalian kayak orang pacaran. Ga sadar apa? Kemarin Tante New kasih tau Mami kalau kalian kelewat deket."
"Trus?"
"Mami sama Papi ada rencana, dan udah disetujui juga sama Tante New." Ucap Mami Gun dan diangguki oleh Papi Off.
"Apa emang?"
Mami Gun memberi kode pada suaminya. Papi Off langsung menunjukkan foto seorang gadis cantik dengan tinggi sekitar 160 cm dengan rambut panjang lurus. sangat cantik.
"Ciize?"
Mami dan Papi nya mengangguk.
"Jadi kamu pura-pura pacaran sama dia. Terus nanti kamu liat reaksi Pluem ya."
"Loh, mi, bukannya ciize suka sama cewek?"
"Ya iya, cuman kan ini buat liat reaksi Pluem aja. Udah terima aja, mami buatin susu kesukaan kamu dulu. Minta pijitin papi ya kakinya."
Selepas itu Mami Gun pergi menuju dapur, Chimon hanya bisa mengangguk dan Papi Off memijit kaki Chimon agar enakan.
"Papi, kapan emang?"
"Senin. Pulang sekolah, papi suruh dia buat ke sekolah kamu."
Chimon mengangguk sekali lagi.
Ia merogoh sakunya dan mengambil handphone untuk mengabari Nanaon dan menyertakan Nanon dalam rencana tersebut.
Jika diperbolehkan jujur, selama 4 tahun Pluem menyukainya, ia tidak risih sama sekali. Bahkan pendekatan yang dilakukan Pluem untuknya itu membuatnya nyaman. Dan selama 1 tahun, Chimon mulai merasakan hal aneh pada dirinya ketika Pluem melakukan pendekatan.
Chimon pernah menceritakan hal ini pada orang tuanya dan Nanon. Mami dan Papinya sih fine fine aja, asal Pluem serius sama dia. Dan Nanon, ia tidak menyangka bahwa sahabatnya akan bisa menyukai Pluem. Dan sekarang ia takut jika ia juga akan seperti Chimon, menyukai Ohm.
Awal mula perasaan ini muncul adalah ketika natal tahun lalu, dimana Pluem menyatakan cintanya sekali lagi pada dirinya. Dan menghadiahinya sebucket susu coklat.
Dan sebenarnya selama 4 tahun itu sudah bisa dikatakan serius. Namun orang tua Chimon ingin melihat seriusnya, jika benar-benar serius ketika Chimon berpacaran dengan seorang gadis ia tidak akan mundur. Saingan Pluem lebih berat ini ketimbang saat tadi, Om Mike.
Dan, Chimon ingin hari itu segera tiba.
•TBC•
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On You➹
Romance•i have crush on you• Pluem berusaha untuk mendekati chimon dengan segala cara. Apakah akhirnya mereka akan menjadi pasangan? [kalem×urakan] [b×b] [au] - TAMAT! - -joraijima