Enam

4.3K 357 13
                                    

Selamat membaca

Author POV

Pesta resepsi pernikahan Arkan dan Mentari di langsungkan dengan sangat mewah di salah satu hotel bintang lima milik keluarga Aldama, dari keluarga, teman, sahabat, rekan-rekan bisnis kedua keluarga, para politisi sampai artis ibukota hadir dalam acara tersebut.

Arkan sengaja mengadakan acara resepsi besar-besaran agar semua tahu Mentari adalah istrinya.

"Selamat ya dokter," kata salah satu tamu

"Terimakasih telah hadir. Selamat menikmati hidangan kami."

"Selamat ya kawan semoga cepat dapat momongan,"

"Thanks "

"Loh... Mentari " ujar tamu itu.

"Kamu kenal istri saya?" Tanya Arkan penasaran.

"Iya, mentari adik kelas saya. Siapa yang tidak kenal dengan siswi terpintar di sekolah kita dulu, iya kan Tar?" Lalu laki-laki itu menyalami Mentari. Arkan tidak suka ketika temannya menatap Mentari, entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu.

"Dulu saya pernah nembak Mentari, tapi dia nolak saya," ujar laki-laki itu sendu.

"Kak Rafi," ujar Mentari lembut, Arkan semakin tidak suka saat Mentari memanggilnya kakak. Ya Tuhan kalau bukan di pesta nya mungkin dia sudah menghajar laki-laki itu.

"Semoga kamu bahagia ya Tar," Rafi lalu turun dari atas pelaminan.

"Kamu pernah pacaran sama dia," Mentari buru-buru menggeleng, dia tahu perubahan wajah Arkan saat Rafi bilang dia kakak kelas istrinya. Ada sedikit rasa bahagia ketika Arkan cemburu pada laki-laki lain, itu tandanya Arkan punya rasa pada dia.

"Dia kan tadi bilang aku menolaknya. Aku tidak pernah pacaran mas." Arkan tersenyum dia percaya pada istrinya yang polos.

"Dia kan ganteng masa kamu tidak ada rasa, sama sekali."

"Dari kecil hanya ada satu laki-laki yang aku cinta mas, yaitu kamu, aku tidak tertarik pada yang lain" batin Mentari.

"Aku enggak kepikiran pacaran waktu sekolah. Aku hanya ingin fokus terhadap pendidikan ku aja."

"Makin sayang deh. Oh ya malam ini kita nginap di hotel ini," kata Arkan.

"Lalu Melati?" Tanya Mentari

"Dia ikut bunda malam ini,"

"Aku ngerasa tidak enak menitipkan Melati terus pada orang tua kita"

"Kan mereka sendiri yang ingin bergantian merawat Melati. Enggak usah merasa tidak enak gitu, pokoknya kita hanya fokus membuat adik Melati cepat hadir biar dia ada temannya,"

"Kan emang tiap hari juga,"

"Haaaaa.. tapi malam ini akan terasa beda, kita seperti pengantin baru beneran."

"Beda apanya?" Seru seorang wanita dengan perut besarnya. Dia berjalan menghampiri mereka bersama suaminya.

"Hayo kak Arkan mau ngapain?" Ucap Amora menggoda pengantin baru itu.

"Kaya ga pernah aja luh." Kata Arkan langsung menggenggam tangan istrinya.

"Dasar bucin," ujar Amora

"Biarin sama istri sendiri"

"Dulu aja sok-sok an tidak peduli, eh sekarang bagai perangko ga mau lepas. haaa"

"Sayanggg.. udah yuk," kata Marvel

"Oh ya kami pulang dulu ya, udah cape banget nih." Ya Amora sedang mengandung sembilan bulan, tapi dia tetap memaksa ikut ke pesta kakaknya, karena kata dia ini akan menjadi pesta pernikahan terakhir untuk kakaknya sampai dia tua nanti.

"Aku sudah tidak sabar melihat perutmu besar seperti Amora." Arkan menatap istrinya.

"Amin. Semoga segera jadi." Ujar Mentari dengan wajah merah.

Acara berakhir pukul dua belas malam, semua tamu sudah pada pulang. Hadi dan Indah juga menginap di hotel ini. Begitupun dengan kedua orang tua Mentari, mereka juga menginap di sini.

"Mas aku mau mandi dulu ya," saat ini kedua pengantin itu sudah ada di kamar hotel milik Hadi.

"Ikut. Kita mandi bareng biar cepat," ujar Arkan lalu menyusul istrinya masuk ke kamar mandi.

"Mas mau ngapain," tanya Mentari melihat suaminya juga ikut masuk ke dalam bathup.

"Ya mandilah. Kita mandi berdua biar cepat." Kata Arkan dan langsung menyerang istrinya. Bukan nya sebentar, mereka malah semakin lama.

Sekitar pukul sepuluh pagi mereka baru bangun. Ternyata ada puluhan panggilan telepon dari Indah. Orang tua mereka sudah menunggu mereka dari pukul sembilan pagi.

"Mas ini gimana, mereka sudah menunggu kita sejak sejam lalu."

"Kamu tenang aja mungkin mereka sudah pulang, nanti kita ke rumah bunda menjemput Melati."

"Hari ini mas enggak mau keluar dari kamar ini, sayang kan udah di dekor gini."

"Lalu makan gimana,"

"Nanti kita pesan, kamu udah lapar, "

"Belum, aku tidak biasa makan ketika baru bangun tidur."

"Bagus deh. Karena dia yang sedang memakan kamu,"

"Dia siapa.... " sebelum Mentari selesai bicara, Arkan sudah kembali melumat bibir ranum nan seksi milik istrinya. Melati hanya menikmati kegiatan mereka pagi ini, karena tadi Arkan sudah bilang tidak mau keluar kamar, itu artinya mereka akan bermain di kamar sampi puas.

Pulang dari hotel terlebih dahulu Arkan pergi ke rumah mertuanya untuk memjemput putri mereka. Setelah itu, sebelum kembali ke rumah, Arkan mampir ke rumah orang tuanya karena Hadi bilang ada yang ingin mereka katakan.

"Assalamualaikum mom,"

"Waalaikum salam "

"Masuk, babah kalian sudah nunggu dari tadi. Sini sayang sama oma yuk," kata Indah ingin menggendong cucu keduanya, tapi Melati menggelengkan kepalanya, bocah itu masih rindu dengan ibunya, karena kemarin hampir seharian dia tidak bisa bersama ibunya.

"Masih ngantuk dia mom. Tadi cuma tidur sebentar di mobil." Ujar Mentari

"Oh. Ya sudah ayo masuk," ternyata benar Hadi sudah menunggu mereka di ruang keluarga, di sana juga ada Algis yang baru turun dari kamarnya.

"Kel."(uncle)" Seru Melati melihat pamannya yang sudah rapi minta di gendong. Lalu Algis menghampiri keponakannya dan menggendongnya.

"Tadi katanya ngantuk, lihat uncle nya langsung ceria lagi." Ujar Arkan heran dengan tingkah putrinya.

"Dia ngajak ke supermarket kak. Bagi duit sini. Dia suka beli banyak," kata Algis dengan menadahkan tangannya pada Arkan. Memang Melati akrab dengan Algis karena dia sering di ajak ke supermarket dekat rumah mereka, dan di supermarket Algis akan membiarkan Melati memilih yang dia suka, dan semuanya Algis beli.

"Emang dia beli apa ke supermarket,"

"Banyak. Cepetan bagi duit." Seru Algis. Lalu Arkan memberinya tiga uang seratus ribu. Sebenarnya pemuda itu mempunyai ATM tanpa harus meminta pada Arkan, tapi dia lebih senang di kasih uang langsung.

"Jadi, ini ada paket bulan madu untuk kalian berdua, ini hadiah dari kami. Terimalah, paket bulan madu ke Turkey untuk satu minggu, sekalian kalian penghadiri pernikahan uncle Agha di sana, karena babah tidak bisa hadir." Ujar Hadi memberikan paket itu pada Arkan.

"Tapi bagaimana dengan Melati. Aku belum pernah meninggalkan dia ke luar negeri." Ujar Mentari terisak.

Bersambung

Typo bertebaran, mohon di koreksi

31 maret 2021

Mentari untuk Arkan  (Aldama Family seri 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang