1

154 22 8
                                    

2014

"Hufftt.. tepat waktu sebelum basah kuyup. "

Syukurlah hanya sebagian surai nya yang basah, sisanya masih kering, sehingga nantinya Sandara tidak perlu mendapat omelan dari ibunya perihal lantai rumah mereka yang menjadi becek.

Sekarang dia memiliki kesempatan untuk memasuki kamarnya secara diam-diam, dia sangat percaya diri jika wanita paruh baya yang ia sebut ibu itu tidak mengetahui kesalahan nya yang telah melanggar peraturan jam malam.

Dewi fortuna sungguh-sungguh tidak pernah berpihak padanya, karena ruang tamu yang semula gelap itu tiba-tiba diterangi cahaya lampu dan menampak kan sosok ibunya yang tengah berdiri di ujung tangga.

"Astaga se- eh ibuu?? Ibu belum tidur?"

Wanita yang tak lagi muda itu berjalan cepat menuju dimana anak semata wayangnya tengah berdiri gelisah karena cemas.

"I-ibu, aku bisa jelaskan.. akkh! Ibu! Sakittt." Sang ibu menjewer gemas telinga kiri putrinya itu. Ini bukan pertama kalinya ia tertangkap basah karena keluyuran dan sang ibu tidak tau jika alasan kali ini ia pulang terlambat adalah karena mengunjungi sebuah panti asuhan di pinggiran kota.

"Kkkk.. bukankah wajar jika anak muda saat ini menghabiskan banyak waktu nya bersama teman-teman mereka?" Ujar seseorang. Sandara baru mengetahui jika ibunya memiliki seorang tamu di malam-malam begini.

"Benar! Bibi, kau sangat pengertian." Ucap Sandara menyahuti pembelaan wanita asing yang tengah duduk anggun di sofa ruang tamunya.

"Kau-"

"Ibu! Seharusnya ibu bertanya alasan aku pulang terlambat hari ini. Kami pergi mengunjungi anak-anak panti untuk berdonasi. Bukan kah seharusnya ibu bangga pada putri ibu yang dermawan ini huh?" Potong Sandara cepat. Membuat Mrs. Park hanya bisa geleng-geleng kepala. Dermawan? Ia sangat yakin jika bukan karena pihak kampus yang memaksa, maka putrinya itu tidak akan pernah mau melakukan hal-hal yang berbau dermawan.

"Bocah nakal! Berikan salam pada Nyonya Kwon. Dia adalah pemilik rumah sakit tempat ayah mu bekerja."

Mendengar itu Sandara hanya memberikan postur hormat dan di sambut senyum hangat oleh Nyonya Kwon, sepertinya wanita di depannya itu bisa memaklumi.

"Melebihi bayangan ku, ternyata kau jauh lebih cantik dari yang ada di foto." Puji nya.

Sandara. "Hehe terimakasih bibi, jujur saja kau bukan yang pertama."

Sang ibu menyikut lengan putrinya yang tidak sopan itu. "Perhatikan sikap mu." Tegur Mrs. Park.

Nyonya Kwon kembali tersenyum maklum. "Ayo, mari duduk. Aku merasa menjadi tamu yang tak tau diri bila duduk sendiri."

Mrs. Park menarik Sandara untuk ikut duduk bersama nya. Membuat gadis yang baru menginjak usia duapuluh itu kebingungan. Bukan kah yang memiliki tamu adalah ibunya? Lantas kenapa ia juga harus ikut serta dalam pembicaraan ibu-ibu ini?

Menjawab kebingungan Sandara, Nyonya Kwon menyerahkan sebuah kotak besar yang tanpa ragu langsung di buka oleh Sandara.

"Perhiasan?" Gumam nya makin bingung. Sang ibu yang melihat pun mulai ikut bingung dengan maksud perhiasan yang di berikan oleh Nyonya Kwon.

Di sana juga terselip selembar foto. "Ini.. bukan kah ini foto Presdir Kwon Jiyong?" Tanya Sandara memastikan.

"Eh? Kau sudah mengenal putra sulung ku?"

Sandara seakan ingin berteriak dan mengatakan SIAPA MAKHLUK HIDUP DI KOREA INI YANG TIDAK MENGENAL KWON JIYONG?? dia adalah satu-satunya pengusaha muda di Asia yang berhasil masuk ke dalam perhitungan pengusaha-pengusaha berpengaruh di dunia. Bahkan artis-artis pun tersaingi oleh ketenaran nya.

MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang