Sandara masih duduk diam di bangku taman, mengabaikan dingin nya udara malam.
"Kau menyesal?" Tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di hadapan kepala Sandara yang tertunduk.
"Menyesal atau tidaknya. Aku bahkan tidak punya hak untuk memilih jalan hidup ku, eonni." Jawab Sandara tanpa perlu mendongak untuk melihat siapa yang tengah berdiri di hadapan nya. Dia sudah yakin itu Park Bom.
"Jangan menyerah."
Sandara menggeleng. "Aku sudah berjalan sejauh ini, menyerah pun akan percuma."
Park Bom berjongkok di hadapan Sandara. Ia meraih kedua kaki nyonya muda nya itu untuk di letak kan di atas pahanya.
"Apa yang kau lakukan, eonni?" Sandara berusaha menarik kedua kakinya, namun tidak berhasil.
"Apa lagi yang ingin ku lakukan? Kau tidak melihat luka pada kaki mu?" Sinis Park Bom.
"Aku bisa mengobati nya sendiri." Sandara masih bersikeras untuk menarik kakinya.
"Cih kau memanggil ku dengan sebutan eonni, tapi lihat sikap mu padaku! mencerminkan jika kita hanya sebatas orang asing." Sungut Park Bom membiarkan kedua kaki Sandara terlepas dari pangkuan nya.
Sandara merasa tidak enak. Dengan berat hati ia kembali meletakkan kedua kakinya ke atas paha Park Bom, membiarkan wanita itu mengobati luka nya.
"Eonni,"
"Hm?"
"Bisa kau ceritakan mengenai Kwon Ji Eun?"
Park Bom diam sejenak. Ia mengalihkan tatapan nya pada mata sendu Sandara. "Kau yakin?"
"Tentu, aku harus yakin." Jawab Sandara.
Sambil mengobati luka pada kaki Sandara, Park Bom memulai cerita nya.
"Nyonya Ji Eun adalah wanita ter-cerdas dari banyak nya wanita konglomerat yang pernah aku kenal. Dia telah membantu mengembangkan bisnis keluarga Kwon selama tiga tahun pernikahan nya dengan Tuan Jiyong, bahkan Tuan besar Hyunbin selalu membangga-banggakan menantu nya itu ketimbang putra nya sendiri. Dia juga satu-satunya dari anggota keluarga Kwon yang bisa mengontrol kenakalan Tuan muda Mino. Nyonya Yejin sendiri bahkan tidak bisa mengontrol putra bungsu nya itu. Selain memukul dan memarahi, tidak ada yang bisa Nyonya Yejin lakukan terhadap kebangkangan Tuan muda Mino."
Sandara mendengar kan cerita Park Bom dengan saksama. Pantas saja Mino sangat menentang kehadiran nya, ternyata hanya wanita itu yang bisa mengerti si putra bungsu Kwon.
"Lalu bagaimana dengan hubungan Ji Eun dan Jiyong?" Tanya Sandara.
"Sejauh yang ku tau, Tuan Jiyong sudah menyukai Nyonya Ji Eun semenjak bangku sekolah dasar. Mereka berpacaran lama hingga kemudian menikah. Namun naas, maut harus memisahkan mereka di saat Nyonya Ji Eun memilih mengakhiri hidupnya dan calon anak mereka."
"Apa?! Mengakhiri hidup? Bukan kecelakaan??" Sandara tidak pernah tau kebenaran dari kematian Kwon Ji Eun.
Park Bom telah selesai membalut kedua telapak kaki Sandara dengan perban. Wanita itu lalu duduk di sebelah Sandara.
Park Bom. "Kecelakaan adalah apa yang publik ketahui. Kebenaran nya, Kwon Ji Eun meninggal karena bunuh diri. Keluarga Kwon tidak mungkin menyebar luaskan aib tersebut, maka dari itu mereka merekayasa kematian nya sebagai sebuah kecelakaan."
"Tapi kenapa ia bunuh diri? Dia akan melahirkan calon pewaris Kwon, kehidupan nya bahkan sempurna. Kenapa—"
"Tidak ada yang tau alasan di balik keputusan Nyonya Ji Eun tersebut." Potong Park Bom bisa mengerti kebingungan Sandara.