"Apa aku tertinggal jauh darinya?" Tanya Sandara lirih.
Jiyong menggeleng tegas di dalam dekapan Sandara. "Kau lebih cantik darinya."
Sandara tercekat sebentar karena kaget, namun setelah nya ia tertawa. Dia sangat senang dengan pujian pertamanya. Setidaknya ada satu hal yang ia miliki yang bisa melebihi Ji Eun.
.
.Tawa Sandara terhenti saat pendengaran mereka tiba-tiba dikagetkan oleh teriakan dari ibu Kwon Jiyong di pagi buta.
"SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN INI? SIAPA!?"
Sandara mengikuti Kwon Jiyong yang berlari keluar dari kamar mereka. Langkah keduanya berhenti saat tepat berada pada sumber suara di halaman belakang mansion.
Kaget, Sandara meraih sebelah lengan Jiyong dengan kedua tangannya. Seumur hidup ini adalah pertama kalinya ia melihat hewan yang mati dengan sangat mengenaskan. Anjing yang diketahui milik Kwon Yejin itu bersimbah darah dan tergeletak dengan leher tergorok, nyaris putus.
"Ini sudah yang kedua kali. Temukan pelakunya sekarang juga!"
Hyunbin memberi perintah kepada para pelayan untuk menyingkirkan bangkai itu sementara dia menenangkan istrinya yang histeris.
"Tidak apa-apa, kadang keluarga ini memang mendapat sedikit teror." Jiyong mengelus kedua tangan Sandara yang meremat lengan kiri nya, mencoba menjelaskan jika semua ini hanyalah ancaman kecil dari saingan bisnis mereka.
Sandara berusaha untuk mengerti dan melepaskan kedua tangannya dari lengan sang suami. Ia memang sedikit takut namun rasa penasaran jauh lebih membayanginya. "Ji, apa aku juga boleh membantu mencari pelakunya? Bangkai anjing itu terlihat baru saja dibunuh, mungkin pelakunya masih di sekitar mansion ini."
Jiyong tampak berpikir sejenak. Sangat bahaya jika pelaku itu memang benar-benar saingan bisnis dari keluarga mereka, namun dia juga tidak ingin mematahkan rasa penasaran istrinya. "Baiklah. Kau bisa mencarinya di sekitar dalam mansion."
Sandara tampak sedikit kecewa. Apa yang akan ia temukan jika hanya mencari di dalam mansion? Heol! Tidak akan ada.
"Ingat! Hanya di dalam. Jangan pernah mencoba untuk mencarinya keluar." Peringat Jiyong yang mau tak mau diangguki Sandara.
Sandara menyusuri setiap isi mansion dengan teliti, walau berpikir itu percuma ia tetap mencari untuk memenuhi rasa penasarannya.
Beruntung kedua kakinya sudah sedikit sembuh karena mencari sesuatu yang tidak pasti cukup melelahkan dengan ukuran mansion yang selebar lapangan golf. Tapi siapa yang akan menduga jika ia berhasil menemukan sesuatu. Dia melihat sebercak darah di ujung pintu kamar Kwon Mino.
Oh God! Penglihatan mu benar-benar tajam Dara! —Pekik Sandara membatin.
Tanpa ragu ia membuka pintu kamar Mino yang tidak terkunci.
Krett..
Tidak cukup satu kali terkejut, kini ia kembali dikejutkan oleh keadaan sang pemilik kamar yang wajah, leher dan kedua tangannya di kotori oleh bercak darah tengah duduk termenung di atas kasur.
Melihat keadaan Mino, tidak salah lagi jika pemuda itulah pelakunya! Jantung Sandara berdetak kencang. Jujur saja ia sangat takut dengan situasi ini. "....apa kau terluka?" Sandara mendekati Kwon Mino dengan perlahan dan penuh kewaspadaan.
Ia bisa saja berlari dan berteriak memberitahu seisi mansion jika Mino lah pelakunya, namun kekosongan di mata pemuda itu lah yang menghentikan Sandara. Sebesar apapun tubuhnya, ia tetaplah seperti seorang anak kecil yang bingung karena kehilangan arah di mata Sandara.