Bulan memungut sampah yang berserakan di meja dan bangku milik nya dengan bolpoint yang ia pinjam dari kolong meja Gred.Memalukan sangat memalukan.Siapa sangka,pagi ini akan menjadi nasib buruknya.Untung saja baru ada beberapa murid yang sudah dikelas sekarang,mereka hanya bisa meratapi dan memberi semangat pada Bulan.Ingin membantu gadis itu pun seperti enggan,masalahnya sampah-sampah yang sepertinya berasal dari comberan kumuh yang berada di belakang sekolah itu terlihat sangat menjijikan,bau nya sangat menyengat.
"Lan,maaf ya gue gak bantu lo.Bukannya apa-apa,gue cuma alergi sama sampah!suer deh."Seru Sinai–salah satu penghuni kelas X-IPA 1,dengan alibi nya yang tidak masuk akal.
Pandu yang sedang menghapus tulisan di papan tulis menimpali.
"Gue gak munafik,gue liat nya aja
Udah jijik sumpah sama sampah-sampah itu.""Dan..Sinai"Sinai mengangkat dagunya saat Pandu menyebut namanya.
"Lo alergi sampah 'kan?sama aja lo ngealergi in diri lo sendiri."
Sinai melotot
"Maksud lo,gue sampah?!"Pandu tersenyum kecut
"Ternyata lo lebih pinter dari yang gue kira.""Dasar gak punya hati!"
Sinai menggertak kan giginya,ia menggebrak meja sebelum menelengkupkan kepalanya di meja.Sedangkan Pandu,ia tersenyum puas."Fighting,lan." Jera menyemangati,tanpa meladeni perdebatan antara Pandu dan Sinai.Begitu juga dengan Bulan,ia sudah biasa menyaksikan dua manusia itu berseteru.
"Iya."
Dalam hati Bulan mengutuk mereka,dasar teman yang tidak setia.Walaupun Bulan tidak dekat-dekat amat dengan mereka,setidaknya sesama teman sekelas seharusnya saling membantu kan?
Petir dan Gred yang baru datang seperti agak terkejut dengan apa yang dilihatnya,Petir menghampiri Bulan dan berbisik tepat di hadapan telinga gadis itu.
"Sabar"Bulan berdecak"Heh kadal,pasti ini semua ulah cewek lo!"
"Terong dkk,emang sinting sih."Ujar Gred.
"Gue jadi korban bully."Bulan termenung,ia lalu melirik Gred lalu beralih ke sampah,mengkode Cowok itu agar membantunya.
"Korban Bully pala lo."Sambung Petir.
"Si jijik,"Gred menggelitik,mengambil kantung kresek saat Pandu berniat memberikannya untuk dijadikan sebagai sarung tangan buatan.
"Pete, lo kaya nya udah tau deh,kalo cewe lo bakal ngerjain Bulan pake cara ini tapi lo pura-pura gatau,ya,'kan?"Gred mulai membantu Bulan memungut sampah.
Petir kelabakan.Bukan,bukan karena memang benar apa yang dituduhkan Gred kepada Petir.Melainkan karena Gred yang hendak melempar sampah ke arahnya.
"Cangcimen."Beo Gred,ia mengurungkan niatnya."Cangkul banci mendol."Timpal Pandu.
"Mendol paan ngap?"Tanya Petir.
Pandu melirik Petir dengan tatapa datar
"Permen dodol"Petir beroh ria,ia ingin muntah ketika mendekat ke Gred yang sedang memungut sampah.Petir menjauhkan tubuhnya,ia meludah sembarang.
"Aduh bau tai,persis kaya mulut nya si Gred."Ceplos nya seraya menutup hidung nya dengan masker yang selalu ia bawa kemana-mana,untuk berjaga-jaga barangkali ada suatu tragedi mengerikan seperti yang terjadi hari ini."Anji-g."Kali ini Gred benar-benar melemparkan sampah ke arah Petir.
Tidak kena.
Petir mengindar berlari kesana kemari disekitar kelas,bersama Gred yang setia mengejar dengan membawa kresek hitam berisi sampah-sampah dari meja Bulan yang sudah gadis itu pungut sedari tadi.

YOU ARE READING
SHINES
Teen FictionSaverus Bintang Cakrawala,hidupnya bisa di bilang mendekati sempurna. Remaja dari keluarga kaya raya, sahabat yang selalu ada,otak yang cerdas, serta gadis yang membuat masa remaja nya menjadi lebih menarik. Namun, Bintang kecil sudah terlanjur meno...