Ch 3. Ide

13 4 2
                                    

Jeonghan kembali ke ruang tamu. Ia berusaha tersenyum di depan Yeri.

"Lho kamu sendiri Han?" tanya Yeri.

"Iya, Ibuku lagi sibuk ngurus dokumen. Tadi aku sempet liat-liat dulu, kali aja ada yang bisa aku bantu jadi ibu bisa kesini nemuin kamu. Tapi malah ngga beres-beres, ya udah aku kembali karena ngga mau buat kamu makin lama nunggu sendiri disini," jawab Jeonghan bohong.

"Pasti wanita tua itu ngga mau ketemu aku lagi? Kenapa sih! Apa usahaku kurang?" gerutu Yeri dalam hati.

"Sayang ... kamu kenapa? Kok diem gitu? Maafin aku ya ..." ucap Jeonghan menggenggam tangan Yeri.

"Ngga masalah kok ... yuk katanya mau nonton," ucap Yeri.

"Oh ya, ayo kita keruang tengah."

Akhirnya mereka menonton di ruang tengah menggunakan proyektor dengan berbagai macam cemilan beserta minuman.0
.
.
.
Tidak terasa sudah 4 jam mereka menonton film. Mereka menonton 2 film berturut-turut.

"Seru banget deh! Besok kita lanjut lagi yuk!" ajak Yeri.

"Aduh maaf banget, besok aku harus diskusi untuk presentasi lusa," ucap Jeonghan penuh penyesalan.

Yeri tersenyum sembari mengelus punggung tangan Jeonghan, "tuhkan minta maaf lagi, kalau kamu ngga bisa karena tugas ya ngga usah minta maaf. Lagipula itu kewajiban kita, bagaimanapun juga pendidikan nomor 1 bukan?"

"Kamu memang yang terbaik!" Jeonghan mengecup kening Yeri.

Ting!

Ponsel Yeri berdering, ia melihat pesan masuk dari supirnya.

"Sayang ... supir aku udah di depan, aku pulang dulu ya," ujar Yeri.

"Iya, ayo aku anter," Jeonghan menggenggam tangan Yeri.

Saat mereka tiba di ruang tamu, ada Hyura sedang berbincang dengan nyonya Yoon. Yeri langsung iri dengan Hyura, ia juga ingin berada diposisi Hyura saat ini.

"Ibu, Yeri mau pulang," ucap Jeonghan membuat percakapan ibunya dan Hyura terhenti.

"Oh iya, hati-hati ya," balas sang ibu acuh tak acuh. Ia kembali mengajak Hyura berbicara.

Jeonghan melihat ekspresi Yeri, dapat Jeonghan lihat ekspresinya mengatakan tidak apa-apa. Setelahnya mereka pergi keluar.

"Nak, kalau kamu ada apa-apa langsung kabari Ibu ya," ucap sang ibu sebagai penutup percakapan.

Sudah dikatakan bukan bahwa nyonya Yoon mengganggap Hyura seperti anaknya sendiri? Namun, bagaimana dengan Hyura? Tentu saja sama. Maka dari itu, sudah tidak aneh jika Hyura memanggil nyonya Yoon ialah ibu.

"Iya Bu ..." jawab Hyura.

"Ka Hyura, ayo pulang!" ucap Bitna dari depan pintu.

"Ibu aku pulang dulu ya," pamit Hyura.

"Aku juga ya Bu ... Ibu hati-hati disini, kalau Jeonghan macem-macem hubungin aku aja Bu! Biar bisa aku hajar," ucap Bitna percaya diri karena ia pemegang sabuk hitam taekwondo.

"Hajar? Yang ada lo yang gue hajar duluan!" ucap Jeonghan di belakang Bitna.

Bitna memandang sinis Jeonghan, "idih lo tuh ngga ada apa-apanya sama gue!"

"Cih anak hasil dari hubungan gelap aja belagu!" umpat Jeonghan.

Deg!

Hati Bitna sakit. Bitna tahu ia lahir karena kesalahan kedua orang tuanya. Meski memang kenyataannya begitu, hati Bitna masih sakit sekali ketika seseorang berkata demikian. Tetapi, berkat Bitna nyonya Yoon mengetahui jika mantan suaminya sudah lama menjalin hubungan dengan wanita itu.

"Jeonghan! Sudah Ibu katakan berhenti berbicara seperti itu, mau sampai kapan kamu bersikap kekanak-kanakan seperti ini?" bentak Ibu.

Jeonghan memasang wajah kesal dan pergi ke dalam guna mengambil barangnya, lalu menaiki mobil untuk pergi ke Apartemen. Ia membatalkan keputusannya untuk menginap di sini.

"Maafin Jeonghan ya Bitna," ucap ibu menghampiri Bitna dilanjut mengelus pundaknya.

"Ngga masalah kok Bu ... kenyataannya emang gitukan? Gara-gara Mamaku, rumah tangga Ibu hancur. Dengan Ibu mengangkatku jadi anak saja sudah lebih dari cukup. Jika tidak, aku pasti sudah berkeliaran di jalan dengan pakaian tidak memadai," ucap Bitna menurunkan pandangannya.

"Kamu mau menginap disini? Tidur dengan Ibu, udah lama nih Ibu ngga tidur sama kamu," ajak ibu mencoba menenangkan Bitna.

Bitna terbujuk karena dapat bersama Ibu lebih lama. "Tapi Hyura ..." Bitna melirik Hyura tidak enak karena harusnya Bitna menginap di Apartemen Hyura.

"Aku ngga apa-apa kok, masih ada bis. Kamu disini aja nemenin Ibu," ucap Hyura cepat.

"Bener ngga apa-apa?" tanya Bitna memastikan.

"Iya," jawab Hyura dengan yakin.

"Ibu minta antarkan pak Kim untuk antar kamu ya," tawar ibu.

"Ngga usah kok Bu, aku ngga mau ngerepotin. Aku pulang dulu ya," pamit Hyura.

"Hati-hati," ucap ibu dan Bitna berbarengan.

Bitna kehilangan kedua orang tuanya saat ia kelas 1 SMP, tepat saat sang ayah meninggalkan kediamannya. Saat itu, mereka pulang dan langsung merapikan barang untuk pergi berlibur sekalian merencanakan pernikahan. Mereka sangat bahagia karena tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan gelapnya serta Bitna.

Tentu saja Bitna akan menyusul mereka setelah mengurus beberapa keperluan kepindahan sekolahnya yang akan diurus oleh asisten pribadi ayahnya.

Namun takdir berkata lain, saat perjalanan menuju Bandara kedua orang tua Bitna mengalami kecelakaan yang dimana tidak ada 1 orang pun yang selamat. Saat itulah, nyonya Yoon datang ke pemakaman orang tuanya dan mengangkat Bitna menjadi anaknya.

***

Jeonghan merebahkan tubuhnya di kasur, ia pusing sekali dengan permintaan ibu. Akan lebih mudah jika ibu merestui hubungan mereka. Sekarang bagaimana caranya mengabulkan permintaan ibu tanpa meninggalkan Yeri?

Rasanya kepala Jeonghan mau meledak.

"Akh sial!" umpat Jeonghan.

Jeonghan terus memikirkan bagaimana caranya sampai munculah sebuah ide. Ia akan langsung melaksanakannya besok pagi.
.
.
.
Besok pagi Jeonghan sudah bersiap pergi ke kampus dia ia pun menunggu di depan pintu Apartemennya.

Hyura keluar dengan roti di mulutnya, sepatu belum terpakai benar serta rambut masih terurai. Jeonghan terkejut, baru kali ini ia melihat Hyura seperti ini, biasanya ia selalu siap dengan rambut dikuncir kuda serta penampilan yang rapi dan yang paling penting tidak sarapan di jalan.

"Oh hai Jeonghan, pagi," sapa Hyura yang langsung jalan cepat. Nampaknya ia terburu-buru.

"Tunggu!" Jeonghan menahan tangan Hyura.

"Eh ada apa Han? Penting ngga? Tapi kalaupun penting bisa pas pulangnya aja? Gue udah telat nih, gue lupa kalau ada kelas pagi," ucap Hyura tergesa-gesa.

"Ini penting dan harus sekarang!" balas Jeonghan cepat.

Hyura menunggu ucapan Jeonghan selanjutnya.

"Jadi pacar gue yuk!" lanjut Jeonghan.

Hyura membelalakan matanya, "hah?"

***

-Bersambung-

Aku tunggu vommentnya chingu><

SANDIWARA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang