Akhir yang Tragis (Tamat)

3.7K 155 4
                                    

Telah diputuskan, Bu Fatma, Bu Ros, Pak Wardi, Daus serta Pak Haji Samsul untuk segera mencari 'barang' yang disinyalir digunakan untuk mencelakai Yanti secara ghaib itu.

Sedang Wiwin, Yanti, serta Riska, tetap menemani Ipul di rumah sakit.

Bu Ros, Bu Fatma, serta Pak Wardi berangkat dengan menumpang taksi. Sementara Pak Haji dan Daus kembali mengendarai sepeda motor.

Sepanjang perjalanan, Bu Fatma yang duduk di sebelah supir diam tak bicara. Ia bahkan tak sudi menatap wajah besan perempuannya yang duduk di baris belakang.

Begitu sampai tujuan, ternyata Daus dan Pak Haji sudah terlebih dulu sampai di rumah Ipul dan Yanti.

Mereka segera masuk begitu Pak Wardi membuka pintu dengan kunci yang diberikan oleh Yanti.

Bu Fatma langsung menuju ke kamar mandi yang terletak di belakang rumah, di situlah dia menduga kuat bahwa 'barang' tersebut disimpan oleh Ratna.

Daus dan Pak Wardi mengikuti Bu Fatma. Mata Bu Fatma menyisir seisi ruangan berukuran 2,5 x 2,5 meter tersebut dengan saksama. Mencoba mengira-ngira di mana benda laknat tersebut diletakkan.

Daus yang bertubuh tinggi mencoba meraba-raba ventilasi yang terletak di atas pintu dengan tangannya.

Dilapisan pertama, tak ditemukannya apa-apa. Lalu tangannya beralih ke lapisan kedua. Dan ia segera menurunkan tangan ketika ia berhasil menemukan 'sesuatu'. Saat dilihatnya, ternyat sebuah kantong berbahan beludru berwarna hitam.

Bu Fatma dan Pak Wardi mendekat untuk melihat barang temuan Daus.

"Saya rasa inilah barangnya." ujar Pak Wardi yakin. Bu Fatma serta Daus pun sama-sama mengangguk yakin.

Mereka lalu bergegas menemui Pak Haji yang sedang menunggu di dapur bersama Bu Ros.

"Apakah ini barangnya, Pak Haji?" tanya Pak Wardi seraya menyerahkan bungkusan kain beludru hitam tadi kepada Pak Haji.

Pak Haji Samsul menerimanya, lalu mencoba membuka bungkusan kain berukuran kecil tersebut.

Ada tali serut yang terpasang di ujung kain yang dapat ditarik untuk membuka atau menutup ujun kain tersebut.

Dituangkannya isi dalam kain tersebut ke telapak tangannya yang sebelah kiri. Isinya berupa beberapa potong kayu kecil yang diikat simpul yang sepertinya dari beberapa helai rambut.

Pak Haji lalu duduk bersila di atas lantai dapur, diikuti yang lainnya. Posisi mereka kini membentuk sebuah lingkaran.

Awalnya, Pak Haji mengajak membaca surah Al-fatihah sebanyak tiga kali, lalu dilanjutkan dengan zikir. Setelahnya mata Pak Haji kembali terpejam dan mulutnya tak putus membaca surah-surah panjang.

Mereka semua menunggu dengan perasaan gelisah campur tegang.

"Insya Allah, sihir ini bisa kita patahkan dengan cara membakarnya." ucap Pak Haji setelah beliau selesai membaca surah.

Daus yang merupakan perokok meski telah dilarang oleh orang tuanya, mengeluarkan sebuah korek api gas dari dalam saku jaketnya, lalu segera ia ulurkan pada Pak Haji.

Dengan mengucapkan bismillah serta diiringi kalimat tahlil oleh Pak Wardi, Bu Fatma, serta Daus, tangan Pak Haji menekan pemantik korek tersebut. Bungkusan kain beserta isinya kemudian terbakar sedikit demi sedikit hingga menjadi abu di lantai.

Oleh Pak Haji, abu sisa pembakaran tersebut diminta untuk dibuang ke air yang mengalir, seperti sungai atau laut. Daus pun menyanggupi bahwa ia yang akan membuang abu sisa pembakaran tersebut.

Sejak barang temuan itu dibakar dan abunya dibuang ke laut, kesehatan Ipul pulih dengan cepat.

Wajahnya yang biasa pucat seperti tak dialiri darah, berangsur-angsur normal.

KUPULANGKAN SUAMIKU PADA IBUNYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang